Kala itu terasa lumayan dingin untuk sebuah awal musim semi; terlebih saat malam hari. Angin dingin yang berembus semakin menambah kesuraman yang dirasakan saat itu.
Usai dua murid beladiri di tempat latihan Ayah Ji Zitong membantu guru mereka kembali ke tempat latihan, Ji Zitong terlihat masih berdiri sambil sesekali melihat dari jendela kaca, menunggu Su Chen datang. Dilihatnya Kakeknya Su Chen yang masih tertidur pulas di meja, membuat gadis itu mengernyit.
Dia hanya melihat ke arah lampu lalu-lintas yang menyala bergantian—merah ke hijau, ke merah lagi. Dia juga terus melirik ke ponsel di tangannya, mengkerut karena seluruh tubuhnya bergetar menahan dingin. Disadarinya bahwa sekitar tiga puluh menit lebih telah berlalu, dan pria yang diteleponnya tadi masih belum terlihat batang hidungnya. Merasa jengkel, diumpatnya lagi Su Chen. Ketika hendak meneleponnya, tiba-tiba—
Bruk!
Seseorang menyenggolnya dari belakang, membuat ponselnya terjatuh.
