Meskipun dia tahu mereka akan bertemu lagi, Xiaye tidak menyangka akan terjadi begitu cepat dan bahkan tiba-tiba.
Menjelang jam sibuk, banyak orang berkumpul di sekitar Plaza Era Baru. Orang-orang yang berlalu-lalang terlihat sedikit menunduk, melangkahkan kaki menerjangan dinginnya angin, dengan cekatan menyusuri keramaian.
Sosok tinggi Han Yifeng berdiri tegap di antara kerumunan. Wajahnya yang dingin terlihat tampan seperti biasanya. Satu-satunya perbedaan dari seorang Han Yifeng tiga tahun lalu dengan saat ini adalah dia lebih dewasa dan matang.
Xi Xiaye berpikir, "Tidaklah susah untuk bertindak seolah-olah aku tidak mengenalnya."
Dia mengalihkan pandangannya dan fokus ke dokumen-dokumennya. Ketika dia berbalik dan bersikap acuh seolah-olah dia tidak melihat siapa pun, tiba-tiba seseorang memanggilnya dan membuatnya tertegun.
"Xiaye!"
Xiaye berhenti dan memegangi dokumen-dokumennya dengan erat. Jari-jarinya menjadi pucat dan dia tersenyum pahit sebelum melanjutkan jalannya. Asisten Xiaye melihat apa yang terjadi dan tidak mengatakan apa-apa, hanya terus mengikutinya.
Ekspresi Han Yifeng menjadi gelap. Dengan cepat Yifeng mencoba mengejar dan menahannya dengan memegang bahu Xiaye. "Xiaye! Berhenti, ayo bicara!"
Xiaye kemudian terpaksa berhenti. Dia menatapnya dan tersenyum, menjawabnya acuh. "Apa lagi yang harus kita bicarakan?"
Nada suara Xiaye terdengar tenang dan santai. Dia menjauhkan bahunya dari tangan Han Yifeng kemudian menatapnya. Ditutupnya dokumen yang sedang dibacanya dan menyerahkannya kepada asistennya.
"Hati-hati dengan bagian operation yang terakhir. Lakukan riset pasar besok pagi dan serahkan padaku hari Senin depan. Kirimkan juga fase ketiga dari proyek Grand Waves Villa kepadaku. Aku butuh itu besok pagi," Xi Xiaye menginstruksikan sederhana.
"Mengerti, Direktur Xi!"
Asisten Xiao Mei mengangguk. "Direktur Xi, barusan, Xiao Song mengirim data untuk Imperial Sky Entertainment City. Ini silakan!"
Xiao Mei menyerahkan folder biru kepada Xiaye.
Xiaye mengambilnya dan membalik-baliknya. Matanya mebaca sekilas dokumennya dan mengangguk. "Mmm, sepertinya baik-baik saja. Itu saja untuk hari ini. Kirim barang-barang kembali ke kantor dan kau bisa menyelesaikannya untuk hari itu. Bawa mobilnya ke sini."
Dia menutup dokumen dan menyerahkan kunci kepada Xiao Mei.
"Baiklah, Direktur Xi!"
...
Dia telah banyak berubah dalam tiga tahun terakhir.
Seorang Xi Xiaye yang pemalu dahulu, sekarang tidak ada lagi. Yang menggantikannya adalah sosok Xiaye yang dingin. Dia terlihat seperti orang yang tidak memiliki emosi namun tetap terlihat cerdas dan tegas.
Han Yifeng menatap lampu jalan, lalu melirik gadis di seberangnya. Setelah beberapa saat dia menghampirinya.
"Xiaye, Ku akui aku mengkhianatimu di masa lalu ..."
Han Yifeng berhenti di belakangnya dan kemudian menghadap ke arah yang Xiaye lihat. Langit di luar gelap dan ditutupi awan tebal. Semuanya terlihat keabu-abuan. Han Yifeng mengedipkan matanya, lalu menghela nafas, "Maaf, Xiaye ... Jika ini bisa membuatmu merasa lebih baik, kuharap kau tidak menyalahkan orang lain ... Salahkan semuanya padaku ..."
Untuk sesaat, Xiaye merasakan tekanan berat di dadanya dan dia hampir pingsan.
Namun, ego dan harga dirinya tidak akan pernah membiarkannya menunjukkan sisi lemah di depan orang lain. Dia tertawa kecil bahkan tanpa memandangnya saat dia menatap langit kelabu. "Kupikir seperti kebanyakan orang lainnya kau akan bertanya padaku 'Halo, apa kabar?', Tapi sepertinya ..."
Dia tidak ingin memikirkan siapa pengkhianat itu lagi. Dia tidak ingin menghidupkan kembali penderitaan yang dia alami selama ini. Dia tidak ingin tahu apa-apa tentang mereka, namun hatinya masih terasa seperti awan kelabu. Tanpa hujan lebat atau angin topan yang dahsyat, yang tak akan pernah berlalu.
Xi Xiaye, kau telah meragukan tekadmu sendiri.
Mengapa kau begitu sedih?
Karena kau tidak pernah berhenti menyayanginya.
Mengapa?
Aku sendiri tidak tahu ...
Dia menarik napas dan berbalik untuk melihat bayangan dingin di bawahnya dan kemudian menyadari langit telah menjadi gelap. Lampu-lampu jalan mulai menyala, cahaya temaram yang menerpa terbias tampak suram di jalanan.
Xi Xiaye memperhatikan kerumunan yang berjalan di sekitar alun-alun dan menghela napasnya, "Aku benar-benar berharap ... kita tidak pernah mengenal satu sama lain ... andai aku tidak pernah bertemu denganmu. Maka, setidaknya, aku tidak perlu menderita."
Dia berbalik dan berjalan menuju deretan lampu jalan. Dia tidak menatap Han Yifeng, sosok langsingnya melewati jalanan . "Aku telah melepaskanmu. Kita orang asing sekarang, jadi tolong jangan ganggu aku lagi dan aku akan melakukan hal yang sama ..."
Xiaye meninggalkannya dengan kata-kata ini dan sosoknya menghilang bak angin di antara lampu-lampu jalan yang sepi.
Saat Han Yifeng melihatnya perlahan menghilang dari pandangannya, dia merasakan sesuatu di dadanya seolah ada sesuatu yang meninggalkannya. Dia mengepalkan tangannya seolah-olah dia mencoba meraih sesuatu, namun tangannya kosong. Dia tidak bisa menangkap apa pun ...
Dia menatap lampu jalan yang sepi dan tiba-tiba teringat banyak hal -
Bertahun-tahun yang lalu, seorang gadis dengan dua tiket film berdiri di bawah lampu jalan ini dan menunggunya sepanjang malam hanya untuk mengajaknya keluar untuk menonton film.
Dahulu, gadis itu menempuh ribuan mil melalui beberapa kota hanya untuk mendapatkan CD bertanda tangan Eason Chan untuknya.
Dahulu kala ...
Saat itu, segalanya sangat sederhana. Mereka sangat polos.
Han Yifeng bersyukur atas segala yang telah dia lakukan untuknya. Selama berada di luar negeri, dia terkadang meminta tolong kepada teman-temannya untuk mengeceknya dan merasa lega setelah mengetahui dia baik-baik saja.
Perasaan bersyukur bukanlah cinta. Banyak orang bisa mengucapkan terima kasih untuk orang lain, tetapi itu bukanlah cinta. Dan dia hanya bisa meminta maaf kepada Xi Xiaye.
Namun, ketika dia melihat wanita itu meninggalkannya pergi, Kesedihan timbul di dalam hatinya, seolah-olah dia baru saja kehilangan sesuatu yang penting, sesuatu yang dia tahu tidak akan pernah bisa kembali lagi ...