Chereads / Ayah Super Anak Kesayangan / Chapter 65 - Ayah Terbaik di Dunia

Chapter 65 - Ayah Terbaik di Dunia

Xu Xiyan memeriksa kancing manset itu. Kancing manset itu dibuat dengan indah, dengan lambang cincin daun terukir. Tidak ada informasi yang menunjukkan tempat kancing manset itu dibuat.

Xu Xiyan tidak dapat menemukan hubungan antara foto dan kancing manset, jadi dia mengembalikan foto dan kancing manset kembali ke bingkai foto dan memasukkannya ke dalam tasnya.

Dia terus mencari-cari di rak buku dan laci, namun tidak menemukan hal lain yang berharga.

Xu Xiyan mulai merasa menyesal. Ketika dia meninggalkan keluarga Xu lima tahun yang lalu, dia tidak berpikir untuk melihat barang-barang milik ibunya. Mungkin ada sesuatu yang berharga di kediaman keluarga Xu.

Namun bagaimana dia bisa kembali sekarang?

Malam itu, Xu Xiyan dan Ying Bao tinggal di rumah keluarga Jing. Xu Xiyan mengobrol dengan putrinya, menanyakan apakah dia menyukai rumah kakek buyutnya.

Jawabannya jelas di wajah Ying Bao.

"Aku menyukainya! Sangat menyenangkan tinggal di rumah Kakek. Jauh lebih baik dari tempat yang dulu kita tinggal di Estan. Baby suka bunga dan ikan di taman Kakek Buyut. Rumah Kakek Buyut sangat indah dan aku bisa berteman dengan harimau besar."

Dulu ketika mereka tinggal di Estan selama beberpa tahun, Xu Xiyan dan putrinya tinggal bersama pamannya, Jing Zhannan, di Pangkalan Utama Grup JS Mercenary, di sana tidak ada taman yang indah.

"Apakah kau mau tinggal bersama Kakek Buyut mulai besok?"

"Aku mau!" Ying Bao berpikir sesaat.

"Tapi bagamana dengan Tante Jeruk?" dia bertanya. "Dia masih menungguku di rumah. Kami berjanji akan melakukan siaran langsung bersama-sama!"

"Yah... aku akan memberitahu Tante Jeruk bahwa jika kau ingin melakukan siaran langsung, dia bisa datang ke sini. Kalian berdua masih bisa melakukan siaran langsung di sini di rumah Kakek Buyut!"

"Lalu, bagaimana dengan Xi Sayang? Apakah Xi Sayang juga akan tinggal bersama Baby di rumah Kakek Buyut?"

Ying Bao khawatir. Dia tumbuh dengan Xu Xiyan sejak lahir dan mereka tidak pernah terpisah sebelumnya.

Xu Xiyan memeluk Ying Bao dan dengan lembut menepuk lengannya.

"Dengar, Xi Sayang tidak bisa tinggal di rumah Kakek Buyut. Mulai besok dan seterusnya, Xi Sayang akan sangat, sangat sibuk, karena Xi Sayang sudah mulai syuting film untuk mendapatkan uang."

"Lagipula," lanjutnya. "Aku masih harus menemukan ayah terbaik di dunia untuk Ying Bao. Jadi itu sebabnya aku tidak bisa tinggal bersama Ying Bao di rumah Kakek Buyut!"

Ying Bao mendengarkan dan memahami kata-kata ibunya. Dia memikirkannya dengan cermat.

"Baby mengerti sekarang. Jangan khawatir, Xi Sayang! Baby akan mengurus diri sendiri dan Baby akan hidup bahagia di rumah Kakek Buyut. Ketika Xi Sayang sedang syuting, tolong jangan terluka, kalau tidak Baby akan merasa sedih."

"Oke, aku akan menjaga diriku sendiri dan aku berjanji aku tidak akan terluka."

"Mmm. Baby ingin tidur sekarang. Selamat malam, Xi Sayang."

Ying Bao merasa lega. Dia memegangi ibunya erat-erat dan membenamkan jawah kecilnya ke dada Xu Xiyan. Dia menutup matanya, wajahnya penuh cinta untuk ibunya.

"Selamat malam, Baby."

Begitu Ying Bao tertidur, Xu Xiyan menundukkan kepalanya dan dengan lembut menciumi kening putrinya. Hati Xu Xiyan begitu penuh cinta dan kelembutan saat dia melihat wajah kecil putrinya yang lembut.

Banyak orang mengatakan bahwa anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua tunggal biasanya lebih dewasa sebelum waktunya daripada anak-anak lain pada usia yang sama dan itu ternyata benar. Ying Bao dewasa sebelum waktunya di saat pertumbuhannya.

Dia baru berusia empat tahun dan untuk anak kecil, dia mengerti banyak hal. Dia tahu kesulitan ibunya, dia akan merasa tidak enak dan mengkhawatirkannya seperti orang dewasa.

Sesungguhnya, Xu Xiyan memahami putrinya dan tahu bahwa dia seperti anak-anak lain, merindukan cinta ayah, merindukan keluarga yang bahagia dan stabil dan ingin tidur setiap malam di tempat tidur antara Ibu dan Ayah, mendengarkan cerita sebelum tidur mereka.

Xu Xiyan menarik napas dan mendesah.

Terkadang Xu Xiyan bertanya-tanya pada dirinya sendiri, haruskah aku memberitahu Ying Bao? Haruskah aku memberitahunya bahwa aku telah menemukan ayahnya?

Haruskah aku memberitahu dia bahwa ayahnya ada di Peijing, dekat dengan kami?