Kedua benda ini adalah kenang-kenangan yang ditinggalkan oleh ibunya: biola dan bros.
Ibunya, Jing Ruyue, adalah seorang pemain biola yang terkenal di dalam dan di luar negeri. Kemudian, dia meninggalkan karier musiknya dan bergabung dengan bisnis hiburan untuk membantu mewujudkan impian Xu Jinshan menjadi sutradara terkenal.
Namun akhirnya, dia tidak menyangka betapa mengerikan Xu Jinshan setelah mereka menikah. Bros misterius adalah alasan awal kehancuran mereka dan kekerasan dalam rumah tangga suaminya.
Xu Jinshan selalu yakin bahwa Jing Ruyue berselingkuh dengan pria yang memberinya bros itu. Setiap kali dia memukulnya untuk mencari tahu siapa pria tersebut. Namun, Jing Ruyue lebih suka menerima pukulan daripada mengatakan yang sebenarnya. Bahkan ketika dia meninggal, Jing Ruyue memegang bros itu di tangannya. Itulah sebabnya Xu Xiyan selalu ingin tahu pemberi bros itu.
Siapakah orang yang Jing Ruyue lindungi dengan mempertaruhkan hidupnya?
Setelah dia mengemas semua barang, Xu Xiyan membawa kopernya ke bawah. Xu Jinshan dan Su Rui tidak ada. Hanya Xu Xinrou yang datang dan berkata, "Mengapa kau begitu keras kepala, Yanyan? Kau tahu jika kau mengakui, ayah akan memaafkanmu!"
"Maaf, dalam kamusku, tudak ada kata pengakuan!" Xu Xiyan terus berjalan.
"Apakah kau benar-benar akan pergi?"
"Bukankah ini yang kau harapkan?" Mata Xu Xiyan memandang penuh ironi.
"..." Jantung Xu Xinrui berdebar, saat dia merasa sedikit bersalah.
Xu Xiyan berjalan keluar dari gerbang rumah keluarga Xu dengan yakin, tanpa menoleh ke belakang. Dengan penuh tekad dan rasa bangga, dia menyadari keputusannya adalah pilihan paling tepat dan bermartabat yang dia buat dalam 12 tahun ini!
Daripada menunggu diusir keluar dari rumah, lebih baik berjalan keluar pintu dengan kepala tinggi.
Saat melewati taman, Xu Xiyan mendengar seseorang memanggilnya dan dia berbalik. Ternyata kakeknya.
Dengan tongkat berkaki empat, pria tua itu terhuyung ke arahnya dengan senyum ramah. "Yanyan, kau tidak sekolah?"
"Ya, Kakek!" Xu Xiyan tersenyum padanya. Di keluarga Xu, kakeknya mungkin satu-satunya yang benar-benar mencintainya.
Sangat disayangkan dia sudah tua dan menderita masalah mata dan Alzheimer. Dia tidak bisa lagi mengelola urusan keluarga atau melindunginya seperti dulu.
"Oh, Yanyanku sudah tinggi! Kau akan masuk sekolah menengah tahun depan?" Pria tua itu membelai kepala Xu Xiyan, mengucapkan kalimat yang biasa. Dalam ingatannya, Xu Xiyan masih seorang murid.
"Ya, Kakek, tahun depan aku akan masuk sekolah menengah. Aku sibuk di sekolah, jadi aku tidak bisa sering bertemu Kakek!" Ketika Xu Xiyan mengatakannya, dia merasa hidungnya sakit, dan air matanya tidak bisa berhenti menetes.
Ketika dia meninggalkan keluarga Xu hari ini, dia tidak akan kembali lagi. Bisakah dia melihat kakek lagi di masa hidupnya?
Dia hanya berharap ini bukan terakhir kalinya mereka bertemu.
"Sekolah itu penting. Kakek tidak bisa membantumu lagi! Ini ada uang saku yang Kakek simpan! Ambil dan belilah makanan ringan!" Pria tua itu menaruh gulungan uang ke telapak tangannya.
Xu Xiyan menatap uang kertas di tangannya, satu yuan, lima yuan, sepuluh yuan, dan yang terbesar adalah lima puluh. Mungkin ada lebih dari seratus, yang semuanya disimpan kakeknya.
Ketika memegang uang itu, Xu Xiyan merasakan beban yang tak terlukiskan dalam hatinya. Dia memeluk pria tua itu sambil menahan kesedihan dan air matanya, lalu berkata kepadanya, "Kakek, kau harus hidup lama dan menunggu Yanyan untuk memberimu kehidupan yang lebih baik ketika ia menjadi orang."
"Bagus, Kakek akan tunggu!" Pria tua itu sangat senang. Bahkan keriputnya pun meregang.
Setelah mengucapkan selamat tinggal pada pria tua itu, Xu Xiyan meninggalkan keluarga Xu. Dia telah merencanakan langkah selanjutnya....