Ying Bao menyadari sesuatu.
"Xi Sayang, Kakek buyut mengira aku Xi Sayang."
"Ya, Kakek buyut mungkin salah."
Pria tua itu memang salah. Dalam memori kesadarannya yang singkat dan sementara, dia melihat Xu Xiyan ketika dia masih anak-anak. Dia berkata lagi, "Yanyan, tidakkah kau harus pergi ke sekolah TK hari ini?"
Ying Bao sangat kooperatif dan siap berpura-pura menjadi ibunya ketika dia masih anak-anak. Dia menjawab kakek buyutnya, "Ya, Kakek. Baby tidak sekolah hari ini."
"Apa ayahmu memukulmu lagi? Biar Kakek melihatmu. Apa kau terluka? Apa tanganmu sakit?"
Ying Bao tidak mengerti apa yang dia katakan dan menatapnya dengan wajah bingung.
Xu Xiyan, yang berdiri di samping, merasa hatinya semakin getir setelah mendengar kata-kata kakeknya dan air mata mengalir deras di matanya dalam sekejap.
Kata-kata pria tua itu akan selalu membangkitkan kesedihan masa kecil Xu Xiyan.