"Itu saja," Mo Beichen menyimpulkan.
"Kalau begitu, bolehkah aku pergi sekarang?" Ouyang Feifei kembali bertanya.
"Boleh."
Ouyang Feifei segera meninggalkan ruangan itu.
Dia menarik napas dalam-dalam begitu berada di luar karena hatinya yang sudah hancur semakin bertambah hancur.
Pada saat itu, wanita itu sudah menerima kenyataan bahwa tidak ada lagi kata kebahagiaan untuk masa depannya.
Ini pasti sudah menjadi takdirku... Ouyang Feifei menghela napas.
Ketika Ouyang Feifei melangkahkan kakinya, dia tidak sengaja menabrak bahu seorang pria.
"Apa yang salah denganmu? Tidak bisakah kau melihat…"
Pria itu memarahi, tetapi kemudian kalimatnya terhenti.
Matanya berbinar ketika melihat orang yang menabraknya adalah seorang wanita cantik.
"Maafkan aku."
Ouyang Feifei meminta maaf dan mencoba pergi, tetapi pria itu meraih lengannya.