Saan menaiki tangga dan berjalan menuju ke ruangan ali. Ia mengetok pintu dan meminta ijin masuk ke dalam ruangan.
Tok Tok Tok, maaf tuan, apakah saya boleh masuk?
Masuklah.
Saan kemudian membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan.
Apakah kamu sudah membawa para budak itu kesana?
Ya tuan, sudah saya bawa mereka ke tempat yang telah tuan perintahkan.
Bagus, kalau begitu saan ada yang ingin kau sampaikan?
Saya hanya ingin menyampaikan tentang rencana kita memerangi negeri mereka.
Sudah seberapa luas daerah yang telah kita kuasai?
Sampai saat ini, kita hanya mampu menguasai seperempat luas wilayah mereka.
Apakah sekuat itu para prajurit mereka. Sampai - sampai kita belum menguasai seluruh wilayah mereka.
Itu benar tuan, mereka memiliki pejuang - pejuang yang tangguh. Sulit bagi kita untuk maju lebih jauh.
Jadi begitu. Ayah, apakah rencana kita akan berhasil dengan menguasai wilayah mereka.
Tenang saja anakku. Bukankah aku akan turut berperang melawan mereka. Sampai saat ini, aku menyerahkan seluruh tugas perperangan kepada saan.
Tapi ayah, apakah raja akan menghargai semua perjuangan kita.
Tentu saja, ia bergantung pada ku dan menghormati ku. Bukankah aku adalah nabi yang di akui oleh seluruh kerajaan.
Benar, ayah adalah orang yang patut di perhitungkan.
"Nak, saat ini bukannya ayah tidak mau ikut campur dalam peperangan. Tetapi ayah sedang mempersiapkan kapan saat kita mulai melakukan peperangan secara luas. Dan itu sebabnya, seluruh tanggung jawab dalam perang saat ini, ayah serahkan pada tangan kanan ayah, yaitu saan. Kamu bisa menanyakan padanya, bagaimana ayah membuat perang itu begitu terencana.
Itu benar Tuan Ali, sampai saat ini kitalah yang dominan dalam perang.
"Dengarkan", ayah akan mulai ikut berperang nanti. Akan tetapi saat ini, ayah ingin membuat sultan bergantung pada ayah. Sehingga kedepannya raja tidak bisa berbuat apa - apa terhadap setiap kebijakan ayah.
Apakah ayah berencana memulai perang dengan gereja?
Hahahaha, kamu benar - benar cepat menangkap maksud ayah.
Sebagian tawanan perang telah ayah bawa kemari. Jika nanti kamu membutuhkan lebih banyak lagi, saan akan membawa ketempat mu.
"Tunggu", jika ayah dan saan berada disini, siapa yang memimpin para prajurit?
Tenang, masih ada abdulah dan para pengikut ayah yang lain.
Apakah mereka yang saat ini memimpin prajurit disana?
Benar. Sekarang, bawa ayah ke tempat fatimah berada. Sudah lama ayah ingin bertemu dengan anak dan juga cucuku.
"Baik ayah", saya akan membawa mu ke tempat tinggal ku.
Saan tolong kau beritahu kepada para penjaga disini. Aku dan ayah akan pergi ke rumahku terlebih dahulu.
"Baik Tuan Ali".
Mereka pun berjalan keluar, dan diikuti oleh saan yang tidak ikut pergi dengan mereka. Melainkan bertugas menjaga perusahaan budak, dan menyampaikan kepada para penjaga. Bahwa, tuan ali akan pulang sebentar.
Ayah, sudah berapa banyak pengikut ayah disana. Tidak kah aku terasa diasingkan, bila ayah sama sekali tidak memberitahu ku jumlah para pengikut mu.
Bila aku ingat sudah dua puluh lima tahun aku disini dan pengikut mu, masihlah hanya kami berlima: aku, khadijah, abu, zaid, dan Bilal. Serta saan yang bertugas mengawal mu, bila ia dihitung, maka, jumlahnya hanya enam orang.
Siapa abdulah ini, sejak kapan ia menjadi pengikut mu?
Ya, memang banyak yang telah berubah. Tidakkah kamu ingat, dulu raja selalu menolak keinginanku untuk bertemu dengannya, dan menyampaikan nubuat dari Dewa Olha.
Tentu, dulu ayah hanya seorang prajurit biasa, dan ayah dikeluarkan dari kerajaan karena menolak mengakui dewa yang disembah oleh raja.
Ya, itu memang benar. Aku menolak menyembah "Dewa Penghancur" 'Sisha'. Hanya karena mereka begitu takut dengan kekaisaran Danlada.
Lalu, bagaimana cara ayah menyakinkan mereka agar percaya dengan Dewa pengampun Olha; yang justru ayah karang agar mereka mau ikut berperang.
Tentu saja aku mengunakan sedikit sihir ku.
Sihir? Sejak kapan ayah bisa sihir.
Bukankah kau sudah melihat sihir. Terlebih aku membawa hewan dari tanah Guardian. Tempat para hewan - hewan ajaib dan raja para naga.
Bukankah hanya sebagian orang saja yang mampu mengunakan sihir itu. Dan lagi, untuk pergi ke Tanah Guardian, memiliki rintangan yang cukup berat. Mustahil manusia biasa bisa sampai disana.
Aku tidak bohong jika aku memang mampu mengunakan sihir.
"Bagaimana mungkin", bukankah kerajaan kita sangat sedikit, bahkan, tidak ada sama sekali penyihir disana.
"Ali", kau akan tahu, jika kau memang sangat dekat dengan fatimah.
"Fatimah", apa hubungannya dengan fatimah?
Tidak kah kau melihat fatimah mengunakan sihir?
Tidak, selama pernikahan kami, aku tidak pernah melihat ia mengunakan sihir.
Dengarkanlah. Mungkin selama ini aku menyembunyikannya dari kalian. Tapi, aku sudah berpikir untuk memberitahu para pengikut ku, terlebih, kau adalah menantu ku.
Aku harap kau bisa menjaga rahasia ini. Selama ini aku berasal dari keluarga ras esper. Dan itu membuat ku mampu mengunakan sihir.
Jadi, apakah ayah selama ini bukan berasal dari kerajaan "Arbadis"?
Tentu, ayah ku merupakan seorang esper dan ia menikahi ibuku yang berasal dari kerajaan arbadis.
"Ras Esper", ras apakah itu. Aku tidak pernah menyangkah, jika ayah berasal dari ras yang berbeda dengan kerajaan arbadis.
Selama ini, ras arba lah yang tinggal di kerajaan arbadis. Terlebih ras manusia tidak mampu mengunakan sihir begitu saja. Dibutuhkan pembelajaran, jika mereka mau mengunakan sihir.
Memang benar ras manusia tidak akan mampu mengunakan sihir begitu saja. Mereka harus belajar, jika mereka mau menggunakan sihir. Sedangkan aku memiliki garis keturunan yang sedikit berbeda dengan ras manusia.
Setahuku di kerajaan arbadis, tidak ada yang mampu belajar sihir. Itu sebabnya kerajaan kita tidak ada sekolah sihir.
Itu benar, akan tetapi, bagaimana jika kau memiliki bakat sihir sejak lahir. Tentu kau hanya perlu mengenal kemampuan mu, dan dengan mudahnya kau akan mampu mengunakan sihir.
Apakah itu yang membuat ayah mampu mengunakan sihir?
"Tepat sekali", aku berasal dari ras yang sedikit berbeda dengan manusia.
Apakah itu artinya ayah merupakan demi human?
" Tidak", ras esper adalah ras manusia juga. Hanya saja, mereka memiliki bakat alami sihir sejak lahir. Mereka berbeda dengan manusia yang perlu belajar tentang sihir.
Aku jadi teringat tentang salah satu budak ku, apakah ia juga sama seperti ayah. [Termenung]
Apa yang kau pikirkan Ali.
Tidak ada apa - apa ayah.
Mereka pun menaiki kereta kuda yang telah disiapkan oleh para pelayan ali.
Silakan ayah, anda dapat menaikinya terlebih dahulu.
Mereka pun beranjak pergi ke tempat tinggal ali.
Jalan di ibukota memiliki lampu - lampu penerang yang berasal dari batu cahaya. Tiang - tiang lampu mulai menerangi jalan yang gelap di jalanan.
Ayah tidak kah jumlah pengikut mu sudah bertambah banyak? Mungkin kah nanti mereka akan memberontak?
Tidak, aku sudah memilah siapa saja yang akan menjadi pengikut ku. Tidak semua orang dapat ku terima.
Baiklah, aku rasa aku tidak perlu terlalu khawatir terhadap ayah.
Kita sudah sampai ayah.
Setelah beberapa menit perjalanan, mereka pun sampai di rumah ali, tidak membutuhkan waktu yang lama. Karena jarak perusahaan budak dengan rumah ali sangat dekat.
Mari kita turun.
Mereka mengetuk pintu dan seorang wanita yang terlihat masih muda, datang membukakan pintu.
"A-Ayah".
Oh, apakabar fatimah, bagaimana keadaanmu.
Mereka pun berpelukan, selama beberapa detik.
Ba-Baik ayah, ayah sama sekali tidak memberitahu ku akan kedatangan ayah. Aku sunguh terkejut.
Hahaha, apakah ayah tidak boleh datang ke rumah anaknya?
Ti-tidak ayah. Hanya saja aku sama sekali tidak menyiapkan apapun.
Tidak perlu persiapan apapun. Ayah hanya ingin tahu kabar anak ku.
Jadi, apakah Ali sudah tahu ini lebih dahulu.
Fatimah pun menatap ali dengan mata yang terlihat ingin menerkamnya.
" " "Ali mengusap dahinya".
Tidak, tidak ayah sama sekali tidak memberitahunya, bahwa ayah akan datang.
Benarkah?
Benar.
Baiklah, mari masuk ayah.
Mereka berdua pun memasuki rumah itu. Dan melanjutkan pembicaraan dengan fatimah di dalam rumah sebentar. Setelah itu, mereka pergi tidur dengan terlebih dahulu fatimah pergi ke kamar untuk menyiapkan tempat tidur bagi ayah nya.