Chereads / Raja Iblis Pembunuh Raja Iblis / Chapter 4 - Chapter 3 : Pengalaman Pertama di Dunia Parallel

Chapter 4 - Chapter 3 : Pengalaman Pertama di Dunia Parallel

Pada saat aku terbangun dari pingsanku, aku sedikit merasa kasihan kepada Azazel karena dia mati ditangan sahabat-sahabatnya sendiri. Terlebih lagi, mereka membunuhnya karena alasan yang tidak masuk akal.

Tapi… apa benar jika mereka adalah sahabatnya? Menurutku, hanya Azazel yang menganggap mereka sahabat, dan mereka tidak menganggap Azazel begitu.

"Lebih baik kau tenang saja Azazel! Aku akan membebaskan dunia ini dari kejahatan."

Itu hanyalah kata-kata yang keluar dari mulut seorang bocah. Aku sendiri tidak yakin bisa melakukannya.

Tapi, tetap saja aku masih menganggap kejadian tadi sebagai mimpi… tidak, sejujurnya 90% dari diriku berharap bahwa itu adalah mimpi. Namun sisanya yang membuatku menerima tawaran dari Azazel.

Aku bangun dari posisiku sambil membersihkan pakaianku.

"Kalau tidak salah… ah, utara!"

Aku pun berjalan ke arah utara tanpa alas kaki dan suara perutku yang berbunyi. Bukankah itu kejam? Dia tidak membiarkanku sarapan dan membuatku berjalan kaki tanpa alas kaki. Ini kejahatan!

***

Setelah berjanan cukup lama ke arah utara, Aku melihat pohon yang cukup besar dan teduh. Tanpa pikir panjang aku langsung berlari menuju pohon tersebut.

Setelah sampai tepat di bawah pohon tersebut, aku benar-benar kagum, karena pada saat dilihat lebih dekat, pohon tersebut ternyata lebih besar dari yang terlihat.

"Waah! Besar sekali … Oh ya, gali tanahnya!"

Setelah mengagumi besarnya pohon tersebut, aku langsung mencoba menggali. Setelah cukup lama menggali karena Azazel hanya memberikan petunjuk 'di bawah pohon tersebut', pada akhirnya aku mulai mengeluh.

"Kau pikir betapa besarnya pohon ini?!!"

Dukk--!

Setelah cukup lama menggali, tanganku serasa memukul sebuah kotak kayu. Itu membuatku mencoba mengetuk kembali beberapa kali.

Duk, duk, duk!

Wah… sepertinya kotak ini!

Aku langsung mencoba mengeluarkan kotak tersebut. Setelah mengeluarkan kotak tersebut, aku sadar bahwa kotak tersebut tidak terlalu besar. Besarnya seperti kotak kardus biasa, namun terbuat dari kayu.

Aku langsung membuka kotak tersebut karena tidak terkunci, di dalamnya terdapat sebuah pakaian. Mungkin untukku? Tidak hanya itu, ada sebuah sabuk kulit, sebilah pedang panjang satu tangan, dua bilah belati, sepasang sepatu yang benar-benar pas dengan ukuranku, dan sebuah kantong berisi tiga potongan kristal.

Setelah beberapa saat mengamati seluruh isi kotak tersebut aku mulai mengamati sekitar.

"Sepertinya tidak ada orang! Aku harus cepat!"

Setelah mengamati keadaan sekitar untuk memastikan tidak ada orang, aku langsung mengganti baju yang kukenakan dengan baju yang berada di dalam kotak tersebut dengan cepat.

Mau bagaimana lagi? Pakaian yang kubawa dari dunia asalku akan sangat menarik perhatian banyak orang, jadi aku langsung mengganti pakaian. Yah, ini hanya pandanganku berdasarkan ingatan Azazel.

Bukannya aku tidak memiliki rasa malu, tapi aku tidak memiliki pilihan lain!

Setelah mengenakan pakaian yan sepertinya telah disiapkan oleh Azazel, aku melihat sekujur tubuhku yang telah berpenampilan benar-benar berbeda dari diriku yang sebelumnya!

"Ooh…!! Aku benar-benar menjadi sungguh keren!"

Untuk pakaian bagian atas, aku menggunakan kaos putih polos, lalu sebuah baju dengan warna dominan hitam dan bagian atasnya ungu. Itu juga langsung tersambung dengan kain tambahan yang akan terlihat seperti jubah. Pakaian itu juga memiliki tudung kepala.

Untuk pakaian bagian bawah, aku tetap mengenakan celana jeans milikku. Karena sejak awal aku tidak mengenakan alas kaki, aku jadi mengenakan sepatu yang disediakan di dalam kotak itu.

Untuk peralatan, aku menggunakan sabuk kulit yang memang khusus itu untuk menggantung pedang dengan sarungnya di pinggang bagian kiriku. Aku juga menyilangkan kedua belati yang kudapatkan di pinggang bagian belakang. Untuk kantong Kristal, aku mengikatnya di pangkal atas paha bagian kanan.

Aku benar-benar bersemangat!! Aku benar-benar sudah telihat sebagai salah satu petualang di dalam game. Jika berdasarkan ingatan Azazel, di dalam dunia ini ada petualang. Kurasa aku dapat menjadi petualang untuk merahasiakan identitas asliku.

Oh ya, aku sampai lupa. Aku harus mencari kota di dekat sini, kemudian mencari tempat yang menyediakan makanan karena aku sangat lapar.

Aku kemudian melihat ke arah utara sambil meletakkan salah satu tanganku kepada batang pohon tersebut. Bahkan dari jarak yan cukup jauh, aku melihat sebuah kota yang besar dan di sekelilingnya ada tembok besar yang sepertinya bertujuan melindungi kota tersebut.

"Apakah kota itu?"

Setelah itu aku mulai melanjutkan perjalanan. Cukup lama, dan aku sudah berada cukup dekat dengan kota itu. Dan pada saat itu aku melihat sekelompok orang yang terdiri dari empat orang. Tiga laki-laki dan seorang perempuan. Bukankah yang sedang mereka lawan tersebut…. Goblin?

Sepertinya mereka sedang dalam masalah.

Mereka semua terlihat seperti seumuran deganku.

Yang sedang kulihat adalah seorang remaja dengan satu pedang di salah satu tangannya, satu orang lagi pengguna tombak, dan seorang lagi pengguna pedang dan perisai. Sang perempuan sepertinya seorang mage. Entah kenapa aku merasa seperti itu setelah melihatnya.

"Hohh… sepertinya dia adalah orang yang kubutuhkan."

Pada awalnya aku tidak berniat untuk membantu mereka, namun pada saat gadis tersebut hampir diserang oleh 3 goblin secara bersamaan, tubuhku serasa bergerak sendiri.

"Gawat!! Cepat menghindar!"

Saat aku mencabut padang milikku dari sarungnya kemudian berlari, tiba-tiba aku langsung berada di depan gadis tersebut, dan pada saat aku melihat mereka semua, itu terlihat seperti slow motion.

"Kenapa mereka berhenti bergerak? … bukan, aku yang bergerak dengan sangat cepat!"

Tanpa pikir panjang, aku langsung menebas semua goblin yang berada di sekitar mereka berempat tanpa terkecuali. Pada saat aku menebas mereka semua, itu terasa seperti kau hanya mengayunkan pedangmu seperti biasa.

Setelah menebas semua goblin tersebut, aku memilih untuk pergi tepat ke hadapan gadis tersebut kemudian mengambil posisi kuda-kuda dan memasukkan kembali pedang milikku ke dalam sarungnya.

Ketika pedang yang kugunakan telah masuk ke dalam sarungnya, waktu kembali berjalan normal dan para goblin tersebut masing-masing terbelah menjadi dua. Ini adalah pertama kalinya aku membunuh makhluk hidup, perasaan campur aduk, dan jijik menyelimuti pikiranku, aku serasa mau muntah, namun aku berusaha menguatkan diriku, dan akhirnya aku tidak jadi untuk muntah.

Mereka berempat terkejut karena seluruh goblin telah mati dalam sekejap, kemudian mereka melihat ke arahku dengan pandangan takjub namun seperti ketakutan.

"Apakah kau baik-baik saja?"

Aku mengatakan kalimat tersebut kepada gadis itu dengan gaya yang keren.

Wah… sudah lama sekali aku ingin mengatakan kata-kata itu kepada seorang gadis!

Kemudian, remaja dengan satu pedang tersebut menghampiriku. Aku merasa bahwa dia adalah pemimpin mereka. Entah apa yang membuatku berpikiran seperti itu. Apa mungkin karena aura miliknya? Hanya bercanda. Aku tidak dapat merasakannya.

"Apakah kau yang telah menghabisi mereka semua?"

Menghabisi? Sepertinya aku masih tidak terbiasa dengan kata tersebut. Tidak! Aku tidak akan terbiasa, mungkin? Jika terus menerus begini, mungkin saja aku bisa terbiasa.

"Y-Ya! Memangnya kenapa?"

Setelah aku menjawab pertanyaan mereka, aku mendapatkan perlakuan yang belum pernah aku dapatkan… bukan, bahkan tidak pernah terpikirkan. Dia menundukkan kepalanya, tentu saja itu membuatku terkejut. Namun, ketika aku menyuruhnya untuk mengangkat kepalanya, dua orang yang berada di belakangnya juga ikut menundukkan kepala mereka.

"Su-Sudahlah… aku hanya membantu kalian… angkat kepala kalian!"

Aku juga tidak terbiasa dengan situasi seperti ini! Tolong hentikan!

"Tidak, kau telah menyelamatkan nyawa kami semua, kami benar-benar berterima kasih! Kami berhutang nyawa kepadamu!"

Jadi itu benar. Mereka memang sedang kesulitan. Yah, kurasa keputusan bagus untuk membantu mereka. Meski pada awalnya aku sama sekali tidak berniat untuk melakukannya karena bahkan ini adalah pertama kalinya aku memegang pedang asli.

Mereka sama sekali tidak mendengarkanku! Tidak hanya itu. Aku juga mendengar suara yang sangat lemah dan halus dari belakang. Ketika aku mengalihkan pandanganku ke arah belakang, gadis itu juga melakukan hal yang sama.

"Te-Terima… kasih…"

Dia juga?!! Benar-benar diluar perkiraanku.

"Kubilang sudah! Angkat kepala kalian!"

Aku sedikit meninggikan suara, dan akhirnya mereka mau untuk mengangkat kepalanya.

"Setidaknya… kami ingin membalas kebaikanmu! Apa saja, tolong katakan!"

'Apa saja?', ini adalah kesempatan untuk melihat kemampuanku yang baru!

"Kalau begitu, kau!"

Aku menunjuk gadis tersebut dengan ekspresi bersemangat. Gadis itu tersentak karena terkejut, dan juga membuat wajah yang manis! Sial, dia benar-benar manis.

"Bisakah kau melihat kemampuan yang kumiliki?"

Mendengar itu, remaja dengan satu pedang yang berada di belakangku tiba-tiba bertanya

"Apakah hanya itu?"

"Hn? … hanya itu, memangnya kenapa?"

"Tidak, aku pikir anda akan meminta… itu… yang… be-begitu…"

Aku sedikit memiringkan kepala karena tidak terlalu mengerti apa yang dia katakan. Tapi, tidak lama

kemudian aku sadar bahwa yang dia maksud adalah 'itu'.

"Tidak!! Kau pikir aku ini orang macam apa?!!"

"Ah… maafkan aku!"

Aku hanya bisa menghela nafas panjang. Kanapa dia bisa berpikir begitu? Aku kembali menatap

gadis tersebut lalu menanyakan apakah dia bisa melakukannya atau tidak.

"Y-Ya… saya bisa!"

"Baguslah! Bisakah kau melakukannya sekarang?"

"Baiklah…"

Gadis itu mengeluarkan sesuatu seperti kertas lusuh dari tas miliknya. Setelah itu dia

mengambil posisi berlutut, lalu meletakkan kertas tersebut tepat di depannya dan menyuruh salah

satu rekannya untuk mengambil salah satu jantung milik goblin yang telah mati dan meletakkan

jantung itu tepat di atas kertas tersebut.

Tidak lama kemudian dia bergumam seperti sedang menbaca mantra dan membuat jantung

tersebut melebur dan membentuk suatu pola di kertas tersebut.

Setelah itu, dia kemudian memberikanku sebuah jarum.

"Untuk apa ini?"

Salah satu rekannya memberitahuku bahwa jarum tersebut untuk menusuk jariku agar

mengeluarkan darah.

Setelah aku menusuk salah satu jariku, gadis tersebut mengarahkan tanganku tepat di atas

kertas yang telah memiliki pola tersebut. Ketika darahku menetes tepat di atas kertas tersebut,

lingkaran sihir langsung keluar, lingkaran sihir tersebut berwarna hitam- sangat hitam.

Tidak lama kemudian, lingkaran tersebut menghilang dan menjadi tulisan di atas kertas

tersebut. Meski tulisannya bukan tulisan dari dunia asalku, tapi aku bisa membacanya. Apakah ini

karena ingatan Azazel?

"Baiklah… sudah selesai."

Gadis tersebut memberikan kertas itu kepadaku. Yang kubaca adalah…

Human Form :

 Kemampuan : [Antimatter], [Micro Blackhole], [Black Sun], [Resurrection]

 Elemen : Kegelapan, Api, Air, Angin, Tanah

 Form : 'Pertarungan Telah Berakhir, Aku Akan Kembali Menjadi Manusia.'

Devil King Form :

 Kemampuan : ???

 Elemen : ???

 Form : 'Aku Akan Menjaadi Raja iblis, Untuk Membersihkan Dunia Ini Dari Kekacauan, Untuk Melindungi Semua Yang Kusayang. Demi Itu Semua, Aku Rela Mengotori Tanganku Dengan Darah.'

Setelah membaca itu semua, aku menunjukkan senyum masam sambil memalingkan pandanganku dan juga salah satu mataku berkedut.

Semua kemampuannya aku tahu, tapi efeknya itu lho… untuk elemen, sepertinya hanya cahaya yang tidak kumiliki. Tapi, kenapa pada perubahan Raja Iblisku sama sekali tidak diketahui?!! Aku benar-

benar tidak habis pikir!

"Apa yang tertulis disitu?"

Gadis tersebut langsung bertanya kepadaku, tentu saja aku akan merahasiakan identitasku terlebih

dahulu, jadi aku langsung menyimpan kertas tersebut dan berkata 'tidak ada-apa'.

Setelah itu aku berdiri lalu bertanya kepada mereka.

"Jadi, apa yang akan kalian lakukan setelah ini?"

Entah apa yang mereka pikirkan, tapi mereka hanya saling melihat satu-sama lain, kemudian remaja

dengan satu pedang yang tak kuketahui siapa namanya itu pun menjawab.

"Kami akan mengumpulkan barang-barang mereka terlebih dahulu, kalau kau..."

Dia memanjangkan nadanya, apa dia bertanya namaku?

"Rei. Kanezuki Rei."

"… Kanezuki Rei. Ah, aku Reiga, pengguna tombak itu adalah Neil, dan yang berbadan besar itu

adalah Rots, sedangkan gadis itu Lia."

Aku akan mengingatnya!

"Aku akan pergi kekota tersebut."

Aku mengatakan hal itu sambil menunjuk kota yang dikelilingi tembok besar tersebut.

"Wah, kebetulan, kami juga akan pergi ke sana, bagaimana jika kita pergi bersama?"

Yah, itu bukanlah tawaran yang buruk. Lagi pula aku juga ingin mendapatkan informasi tentang

dunia ini. Jadi aku menerima tawaran mereka.

Setelah mereka mengumpulkan barang yang mereka dapatkan dari membunuh monster-

monster tersebut- meski aku yang membunuh semuanya, Reiga berdiri tegap sambil mengusap

keringat yang berada di keningnya.

"Apa sudah semuanya?"

Anggota yang lain melihat Reiga dan mengatakan bahwa mereka telah mengambil semua item yang

dapat mereka temukan, sedangkan aku hanya duduk sambil melihat mereka.

"Kalau begitu, ayo kembali! Ayo, Kanezuki Rei!"

"Ah… baiklah."

Aku berdiri sambil membersihkan jubahku, kemudian menghampiri mereka. Tapi kenapa Reiga

memanggilku dengan nama lengkap? Aku lebih suka dipanggil dengan nama depanku saja. Tapi,

biarlah.