Sore itu Rafa sampai di Jakarta setelah perjalanan panjang yang melelahkan. Dua tahun yang lalu Papa mengirim Rafa ke Padang untuk mengurus hotel kami yang saat itu rugi besar setelah tertipu rekan bisnis Papa. Selama 2 tahun itu juga, Rafa harus berada jauh dari rumah akibat pertengkaran besar dengan Papa malam itu.
"Mamaaa! Liat siapa yang dateng."
Tiba-tiba terdengar teriakan dari bawah sana.
Siapa yang datang sampai-sampai membuat Berlian berteriak? Batin ku.
Aku pergi memastikan siapa yang datang dan kulihat Rafa ada di sana.
"Oh, hi!." Sapa ku sambil menuruni tangga.
"Apa kabar?" Tanyaku.
"Baik."
"Kamu sudah pulang? Mama pikir kamu masih harus di sana lebih lama." Tiba-tiba Mama datang mengalihkan tatapan ku dari Rafa.
"Yeah, I finished my work faster." kata Rafa. Ah, tidak lupa dengan nada suara yang datar.
"Sudah kabari Papa?" Rafa hanya menggeleng menjawab pertanyaan Mama.
"Biar Mama yang kabari. Kamu istirahat aja."
"Hmm"
"Abang, aku kangen banget!" Tiba-tiba Berlian memeluk Rafa.
"Ahahaha. Abang bawain oleh-oleh buat kamu." Kata Rafa sambil menyerahkan paperbag mewah pada Berlian.
"Really? Thank you." Sambil menerima beberapa paper bag yang dibawa Rafa sejak tadi.
"Hope you like it."
Alana tidak kaget melihat pemandangan di hadapannya. Seringkali Rafa bercengkrama hangat dan memanjakan Berlian serta dirinya, dulu.
"Ini buat lo."
"Terimakasih."
Alana segera menerima sebuah paper bag yang disodorkan Rafa untuknya. Entah apa isinya.
***
Malam itu Papa terkejut dengan kepulangan Rafa tapi setelahnya Papa terbiasa dan sepertinya pertengkaran mereka sudah berakhir. Entahlah. Sejak tadi Papa maupun Rafa terlihat biasa saja.
"Gua kira lu balik tahun depan, Bang. Padahal gua mau liburan ke sana akhir tahun." Ucap Alana.
"Papa kira kamu juga akan kembali tahun depan." Sambung Papa.
"Lo bisa ke sana sendiri. Semua pegawai kenal lo." Kata Rafa.
"Kondisi di sana udah membaik, Pa. Lagian aku kangen Jakarta." Jawab Rafa sambil mengalihkan pandangan dari Alana.
"Papa juga janjiin aku bonus kalo berhasil nangangin hotel di sana." Tiba-tiba saja mata Rafa berbinar dan tersenyum cerah. Tak lupa juga tangan nya yang kini sudah bersiap menerima uang.
Sementara Papa kini hanya menunjukkan muka masam dan berdecak.
"Nanti Papa transfer."
"Besok kamu mulai bantu Papa di kantor. Jam 8, jangan sampe telat." Ucap Papa tanpa memberikan Rafa kesempatan untuk menjawab.
"Ya, ya, Okey. Tapi jangan besok lah, Pa. Besok Rabu. Nanggung banget. Aku masih mau santai dulu, Senin aja aku mulai bantu Papa, ya?"
"Halah, santai-santai... palingan kamu mau main ke club bareng temen-temenmu, kan?"
"Loh itu Papa tau"
"Ya terserah kamu, deh. Tapi habis ini bicara dulu sama Papa."
"Kalo Papa cuma mau bicarain itu, aku gamau." Kali ini Rafa bersuara lebih datar dengan wajah sedikit masam.
"Okey, fine." Kata Papa
"Jangan lupa Abang udah janji temenin aku belanja besok sore." Berlian yang sejak tadi diam tiba-tiba berbicara.
"Mama titip baju pesenan tante Rena, ya Berlian?"
"Yah, Mama. Rumah tante Rena kan beda arah sama Mall...Titip ke ka Al aja ya, Ma. Ka Al mau, kan?"
"Yaudah besok." Jawab Alana singkat.