Knock.. knock.. "permisi" ketukan pintu memecahkan kecemasan dan ketegangan diruang itu. Sekertaris sexy paman jo masuk ke ruangan membawa satu nampan berisikan tiga gelas kopi hangat
"ya masuklah" kata paman jo lega setidaknya dia dapat menarik nafas lega sesaat dan memikirkan rencana apa yang diperlukan.
Sekertaris itu menaruh gelas di masing-masing orang begitu pula untuk alice. di samping gelas kopi itu disediakan pula selembar tisu untuk masing-masing gelas.
"saya permisi dulu" kata sekertaris itu dengan senyum menggodanya setelah menaruh kopi dia keluar dari ruangan.
"ehem.. bisa kita lanjutkan paman? Eh maksudku direktur Jo" kata alice dengan penekanan yang lebih kuat pada kata direktur jo.
"hehe alice tidak perlu terlalu tegang, mari kita minum dahulu kopi ini selagi hangat" senyum getir paman jo sambil menyeruput kopi di depannya, alice tidak merasa ada yang salah dengan itu dan dia juga sudah haus dari tadi karna harus bersikap professional maka dia juga meminumnya.
Rooftop… tulisan samar di tisu samping gelasnya terlihat samar tapi alice yakin itu sebuah tulisan seseorang yang sengaja menulisnya. Menyadari hanya dia yang tau dengan ini alice segera mengambil tisunya dan berpura-pura mengenakannya untuk menyeka sedikit kopi yang tertinggal di bbiirnya lalu menggenggam erat tisu itu.
"alice.. aku akan menceritakan padamu semuanya, beri aku waktu oke.."
"waktu?"
"iya.. bagaimana seminggu lagi, iya seminggu lagi aku akan memberitahumu segalanya" pinta paman jo dengan cemas
"besok"
"Apa?"
"iya.. aku memberi waktu untukmu sampai besok" jawab alice santai namun tegas
"tapi alice" raut wajah pria tua itu semakin panik dan pucat pasif
"paman, disini bukan momen dimana kamu bisa meminta sebuah pilihan. Aku yang memutuskan disini"
"besok, atau tidak sama sekali" jawab alice tegas
"baiklah besok. Aku janji besok aku akan menceritakan semuanya. Waktu dan tempat aku akan menghubungimu nanti"
"tidak, kita akan bertemu di jam dan waktu yang sama seperti hari ini. Yaitu di kantor"
"baiklah seperti yang kamu mau" senyum getir paman jo.
"oke karna tidak ada lagi yang ingin aku bicarakan. Kami akan pergi sekarang"
Mendengar kalimat itu paman jo merasakan kelegaan di hatinya, keberaniannya sedikit demi sedikit menucul kembali
"oke alice kita bertemu besok, tapi aku peringatkan untukmu ntah bagaimana kamu bisa mendapatkan saham ini dari xing grup tapi aku yakin itu hanya kebetulan saja" alice mengerti maksud paman jo, pria itu pasti berfikir alice hanya bermain kotor dengan salah satu karyawan disana untuk mendapatkan saham ini.
" ku sarankan padamu untuk pergi dan bersembunyi karna kamu tidak bisa melawannya, aku memperingatkanmu karna aku masih menganggap kamu sebagai anakku juga, anak dari teman baikku" sambung paman jo.
Mendengar itu alice hanya tersenyum kecil "hahaha benarkah? Menarik sekali aku tidak sabar untuk bertemu dengannya" alice mengepalkan tangannya tanpa diketahui paman jo.
"alice! Aku tidak bercanda"
"aku juga, apa kamu pikir aku akan takut! Bila aku harus matipun aku tidak akan pernah takut padanya! Dan satu lagi paman, aku tidak pernah menganggapmu sebagai ayah sama sekali. Jadi jangan panggil aku anakmu!" ekspresi alice jijik memandang paman jo
"kami permisi" alice dan leon meninggalkan ruangan itu. Leon mengikuti alice dari belakang sekilas dia menatap tajam pada paman jo. Tatapan pria tampan itu membuat paman jo bergidik dan terancam.
Sialan! Apa-apaan mereka! Alice kamu memang sama bodohnya dengan ayahmu dulu, hanya demi keluarga dia merelakan jabatan dan kekayaannya hahaha. Itulah bedanya aku dan ayahmu. Aku tidak sebodoh ayahmu yang melawan dia. Kita lihat saja nanti alice.
Paman jo mulai mengeluarkan smartphone nya dan menghubungi seseorang.
"siang tuan" suara paman jo sedikit takut
"ada apa" sahutan dari balik panggilan itu terdengar santai.
"a.a.k.u ada sedikit informasi dan juga masalah"
"katakan"
"tadi alice tiba-tiba datang sebagai pemilik saham dari jo grup dia mengancamku agar menceritakan semuanya jika tidak dia akan mengungkapkan hasil korupsiku selama ini"
"hm.. menarik sekali," jawab pria di balik telfon itu
"lalu apa yang kamu katakan?" sambung pria itu dengan santai
"dia memberiku waktu sampai besok untuk menjelaskan semua, apa yang harus aku lakukan tuan?" Tanya paman jo dengan lirih dan takut
"lakukan apapun yang kamu mau, aku tidak keberatan" jawab pria itu dengan santainya dan mematikan panggilan telfon.
Pria itu kini melakukan panggilan telfon lainnya,
"siang bos" sahut pria lain yang dia hubungi. Suaranya penuh dengan kepatuhan dan hormat
"aku ada tugas untukmu, bereskan seseorang untukku besok, aku akan kirim detailnya padamu nanti"
"baik bos" sikap patuh pria itu. Setelah mendengar jawaban pria itu dia menutup telfonnya dan kembali dengan aktifitasnya tadi. Dia mengambil kuasnya lagi dan melanjutkan lukisannya tadi, lukisan siluet gadis sedang duduk melukis
Alice lama tidak bertemu, hah… aku sangat merindukanmu, jari-jari cantikmu, wajahmu dan tubuhmu. Sebentar lagi aku akan menjemputmu sayang gumam pria itu dengan senyum jahat.
-----
Sementara setelah keluar dari ruangan paman jo alice dan leon memasuki lift. Leon menekan tombol menuju rooftop.
"rooftop?" Tanya alice bingung
"yup, bukankah kamu ingin menemui seseorang?" jawab leon santai
"wah.. sepertinya aku tidak bisa menyembunyikan apapun darimu" kata alice kagum dia baru menyadari leon tau pesan di tisu tadi.
"apa kamu sudah mulai lebih menyukaiku?" kata leon menggoda alice.
"hahaha apaan sih"
"ahirnya kamu tertawa juga"
-----
Sesampainya di rooftop seorang pria tegak bersender di pagar salah satu sudut atap gedung itu, alice melihat punggung pria itu di kejauhan dan mulai mendekati pria itu.Semakin mendekat dia semakin mengenal pria itu.
"kak david?" sapa alice, pria itu berbalik sedikit terkejut
"alice!? Sudah kuduga itu tadi kamu! Bagaimana kabarmu" teriak david senang tanpa sadar mereka berpelukan.
"ehem" dehem leon kesal terlihat dari tatapan matanya pada david.
"eh.. kak kenalkan ini leon" alice memperkenalkan leon pada david
"leon" "david" sapa david lagi dengan senyum
"siapa dia alice?" Tanya david
"em…" alice bingung harus memperkenalkan leon sebagai siapa. Dia hanya menatap leon
"saya sekertaris nona alice" menyela pertanyaan david. Demi kebaikan alice, leon tidak bisa memberitahukan yang sebenarnya. Istilah sekertaris sangat mengganggu leon sebenarnya karna itu menandakan dia tidak ada hubungan special pada alice di hadapan david saat ini.
"oh baiklah" david merasa lega
"kak, apa kamu yang menulis di tisu itu, ada apa?" Tanya alice penasaran
"iya alice, aku sengaja melakukannya diam-diam karna jika mereka tau aku mengenalmu dan juga pak direktur (ayah alice) nanti aku akan dapat masalah"
"ah tapi itu tidak penting, sekarang yang penting adalah kemana saja kamu dan direktur selama ini? Tahun lalu kenapa kalian tiba-tiba menghilang? Aku mencari kalian selama ini!" Tanya david penasaran dan juga rindu
"kak, hanya kamu yang masih memanggil ayah sebagai direktur" senyum alice hangat.
"tentu saja, bagiku Cuma ada satu direktur yang pantas disini yaitu pak direktur"
"ceritanya panjang kak, dan juga aku tidak tau apa yang sedang terjadi, karna itu sekarang aku ingin mendengarnya dari paman jo"
"alice kamu harus hati-hati pada pak jo, dia bukan orang yang baik seperti yang kita kenal saat bersama pak direktur dahulu" peringat david
"ya aku tau kak, tapi kamu tidak berubah sepertinya hehehe" canda alice
"tentu saja! Aku tidak tertarik dengan kekuasaan atau kekayaan seperti dia" bela david
"hahaha iya aku tau" alice menepuk punggung david seperti adik yang akrab dengan kakaknya. Tanpa disadari leon mengamati tingkah itu merasa cemburu. Tatapannya tajam menatap david.
kenapa tiba-tiba aku merinding ya? Seperti ada yang ingin menusukku dari belakang guman david.
"oh iya alice, maksudku membawamu kemari adalah untuk ini" david menyodorkan sebuah kaset game pada alice.
"world of alice" alice membaca sampul kacet game itu
"ini bukannya game yang dibuat ayah?"
"ya benar, ini kaset asli dari game yang direktur buat untukmu. satu tahun lalu sehari sebelum direktur pergi dari perusahaan dia menitipkan kaset ini padaku. Direktur bilang aku harus memberikannya padamu suatu hari nanti,semula aku tidak tau apa maksudnya, namun ku kira hari ini saat yang tepat memberikannya padamu alice"
"em, terimakasih kak" mata alice sedikit basah, dia tidak menyangka ayahnya mempunyai sesuatu untuknya selama ini.
"oya alice bagaimana kabar direktur dan bunda?"
"aku rindu sekali pada mereka" Tanya david senang
"hm… nanti aku akan mengajakmu menemui mereka kak" senyum alice pada david
"oke, oya ini sudah lewat dari jam istirahat kerja, aku harus kembali kerja" david melihat jam ditangannya
"iya kak, kamu bisa kembali kerja aku akan menikmati angin disini sebentar lagi"
"oke, bye.." sapa david yang meinggalkan mereka.
"aahhh" keluh leon yang memeluk alice dari belakang dan merebahkan kepalanya di salah satu bahu alice
"hm.. ada apa?" alice bertanya dan masih memandang jauh keluar
"siapa dia?"
"apa kamu cemburu?" Tanya alice dengan senyum cerahnya