"pagi.. sudah merasa lebih baik?" tanya leon sambil menyodorkan segelas air putih pada alice pagi ini.
Dimana aku? Oh ini kamar leon, apa aku tadi malam tertidur begitu saja?
"trimakasih.." alice mengambil gelas itu dan meminumnya, memberikan gelas itu kembali pada leon
"oya,.. apa aku tertidur tadi malam? Aku hanya mengingat aku menangis dan setelah itu?"
"haha ya kamu menangis semalaman di pelukanku dan tertidur begitu saja" senyum leon pada alice seakan menyembunyikan kegugupannya.
Ya.. lebih baik mengatakan itu dari pada aku harus bilang jika aku sedikit memukul syarafmu supaya kamu tertidur saat itu dan membawamu pulang. Jika tidak kamu akan menangis terus semalaman dan itu dapat membuatmu sakit nanti.
"ow begitu..." jawab alice polos. Dia hanya duduk termenung di ranjang putih itu, pandangannya jauh ke luar jendela besar yang tertutup tirai putih tipis.
"ayo kita sarapan, setelah itu aku akan mengajarimu mengenai kontrak xing grup dengan jo grup, aku tidak mau kamu besok datang dengan tangan kosong kesana" kata leon seakan melupakan kejadian tadi malam.
"bisakah kita langsung membahas mengenai kontrak itu? Aku tidak nafsu makan"
"no..no.. kamu harus sarapan alice ayo.." leon dengan segera mengangkat tubuh gadis itu seperti karang beras di bahunya
"aa... aku bisa jalan sendiri, turunkan aku" rengek alice dengan tubuh lemasnya.
"bagaimana kamu bisa jalan dengan tubuh selemas ini,"
"oke kita sudah sampai" ujar leon sambil menurunkan alice. Alice dan leon langsung menuju meja makan, suasana sarapan kali ini sungguh hening hanya suara gesekan sendok dan piring yang kadang terdengar, leon yang memang selalu diam saat makan kecuali alice membuat sebuah percakapan ringan kini hanya memakan sarapannya sambil memandang alice. Alice memang tidak seperti biasanya dia hanya duduk makan dengan hening seperti memikirkan sesuatu di tempat lain.
"aku sudah selesai makan, leon aku akan ke atas untuk mandi dulu baru aku akan memenuimu di ruang kerja" alice dengan segera pergi saat leon mengangguk paham.
-----
Setelah sarapan yang hening itu leon memasuki ruang kerjanya dan menunggu alice, hampir satu jam gadis itu tidak muncul juga.
Apa dia belum selesai mandi? Ini sudah lebih dari setengah jam. Baiklah aku akan menghampirinya
"alice" suara leon lirih sambil membuka pintu kamar, di lihatnya siluet lembut gadis ramping di balik tirai putih sedang memandang keluar jendela. Dia berdiri temenung seperti tidak mendengar panggilan leon.
"hei.. apa yang kamu lakukan?" bisik leon sambil memeluk lembut bahu rapuh alice.
"tidak ada, kapan kamu masuk? Aku tidak mendengarnya... kamu sudah menunggu lama ya?" suara alice pelan
"ya begitulah" kata leon yang terdengar manja dan merebahkan dagunya di bahu alice.
"ayo kita mulai membahas kontraknya" suara alice terdengar samar seperti ada yang mengganjal dipikirannya.
"oke" leon menarik nafas dalam
-----
Setelah percakanpan singkat itu leon dan alice mulai membahas mengenai kontrak dengan jo grup selama beberapa jam.
"oke aku mengerti semuanya sekarang"
"gadis pintar" leon melakukan kebiasaanya membelai kepala allice dengan lembut
"besok kita akan menghadiri rapat umum pemegang saham di jo grup kalau begitu"
"apa kamu juga akan hadir?" tanya alice bingung
"tentu saja, aku akan menjadi sekertarismu mulai besok.."
"apa!?" alice terkejut dengan kalimat leon itu, dia sudah memperkirakan ke jo grup tidak sendirian dan akan di temani oleh dean atau kevin, tapi kali ini leon yang akan menemmaninya?
"leon apa kamu bercanda? Bagaimana bila mereka tau kalau aku datang bersama dengan tuan muda dari xing grup?" bukankah selama ini leon menghindari pertemuan terbuka seperti ini agar orang-orang tidak tau dia tuan muda dari xing grup?
"aku sudah punya rencana, lagipula aku lebih menghawatirkan dirimu jika aku tidak berada disana"
"tapi.." memikirkan semua ini semakin membuatku pusing, lebih baik aku mengikuti yang dia inginkan, setidaknya aku sudah melarangnya tadi. Dan pasti dia sudah memikirkannya secara matang.
"huh… baiklah, oya berkas-berkas apa ini?" Tanya alice sambil melihat setumpukan lembaran kertas yang dari tadi sudah ada di meja leon.
"oh ini, beberapa laporan tentang Xing grup yang harus ku acc,"
"kalau begitu aku akan keluar supaya tidak mengganggumu disini"
"oke"
Alice mulai berjalan keluar ruangan.
"oya alice" suara leon menghentikan langkah gadis itu
"iya? Ada yang kamu inginkan?" Tanya alice
"tidak, hanya saja… jika kamu ingin mengatakan sesuatu aku akan mendengarkannya kapanpun, jadi pastikan untuk tidak memikirkannya sendiri oke!" kata leon. Suara maskulin dan berat pria tampan itu sempat menggetarkan hati alice namun gadis itu hanya tersenyum dan pergi.
Bagaimana aku harus membebankanmu dengan hal lainnya leon? Kamu sudah banyak membantuku selama ini. Aku akan mencoba mencari solusinya sendiri untuk sekarang.
Berjam jam sudah berlalu hari berganti malam, namun rumah besar itu hanya ada keheningan. Leon sibuk dengan semua berkas kantornya sedangkan alice hanya duduk terdiam di samping jendela kamarnya. Dia tidak sadar sudah berjam-jam dia memandang keluar jendela dengan tatapan kosong sampai leon menghampirinya.
"apa kamu bosan?" peluk leon lembut, kepala pria itu bersandar di bahu alice dengan lelahnya
"tidak.. bagaimana dengan berkas-berkas kantormu? Sudah selesai?" jawab alice dengan senyum kecil. Leon tau senyum itu berisikan kesedihan dan kebimbangan alice.
"yap sudah selesai, oya… ingat yang kukatakan tadi jika ada yang ingin kamu katakan padaku katakana saja" leon tidak ingin memaksakan alice untuk bercerita namun dia juga tidak ingin alice memendamnya sendiri.
"em" alice mengangguk.
"ayo kita ke nite bar… nanti kita akan terlambat" alice melepaskan tangan kokoh yang memeluknya itu dan segera bersiap.
--------
Malam ini bulan bersinar sangat terang, kursi-kursi di nite bar sudah terisi penuh dengan para pelanggan yang mencari ketenangan di penat mereka dan tak lupa pelanggan setia nite bar yaitu sheren sudah lama duduk di salah satu kursi dan menggoda leon dengan tawa dan guyonannya.
"hei, kamu lihat ada yang berbeda tidak?" Tanya dean pada Kevin sambil mengamati alice
"ya, aku rasa kak alice berbeda, raganya memang disini tapi pikirannya kurasa jauh menghilag entah kemana" jawab Kevin sambil membenarkan kacamatanya
"benarkan, bukan hanya aku yang merasa seperti itu, dari tadi dia tidak berkonsentrasi" pikir dean yang mengamati alice sedari tadi. Sudah beberapa kesalahan yang di buat alice, mulai dari salah memberikan minuman, hampir memecahkan gelas bahkan menungkan minuman hingga kepenuhan.
"bos ada apa dengan kak alice?" Tanya dean. Leon menoleh pada gadis di sudut sana yang lebih banyak termenung dari pada tersenyum.
Aku tidak tahan lagi! Baiklah..
"kamu gantikan aku sebentar" pinta leon pada dean
"tentu"
"eh leon kamu mau kemana?" Tanya sheren yang kecewa pria tampannya meninggalkan dia.
"hehe kakak cantik, bos sedang ada urusan yang penting sekali jadi aku akan menggantikkannya sebentar. Aku juga tidak kalah tampankan dari dia"
"ih" decak kesal sheren. Ya kamu memang tampan tapi jika dengan leon itu hanya satu persennya saja. Ahh… pangeranku teganya dirimu gumam sheren kecewa.
"alice ikut denganku sebentar"
"eh!"
leon menarik keras tangan alice membawanya paksa ke ruangannya.
"oke jadi.." Tanya leon yang duduk di meja kerjanya kakinya menyilang dan tangannya terlipat di depan dada seakan menunggu jawaban gadis yang berdiri di hadapanya
"apa?" Tanya alice bingung dan murung.
"…." Pria tampan itu hanya terus menatapnya dalam dengan mata coklatnya yang indah itu. Alice mulai gugup dan tidak berani menatap leon.
Alice tertunduk dan mulai menangis,
"hick hick… apa yang harus kulakukan?" Tanya alice disela sesenggukannya
"ow alice, ayo kemarilah" suara leon melembut dan membuka kedua lipatan tangannya untuk alice. Alice segera memeluk tubuh pria tampan didepannya itu dan mulai menangis keras.
"alice, dengar… semua ini kamu sudah mempunyai semua jawabannya, aku tau kamu hanya takut dan ragu dengan jawaban itu. kamu hanya butuh kalimat Tanya untuk memastikannya"
"jadi sekarang, aku akan bertanya… apa yang akan kamu lakukan?" bisik pria itu lembut
Alice melepaskan pelukannya dan menatap leon
Lama.. alice menatapnya sangat lama.
"apa sekarang kamu tau?" Tanya leon dengan senyuman hangat pria itu.
Alice membalas dengan senyumnya juga dan mengangguk.
"ya"
"baguslah" "gadis pintar" sembari mengacak lembut rambut gadis didepannya
"leon, aku harus pergi sekarang"
"mau aku temani?" Tanya leon dengan ceria
"kali ini aku akan pergi sendiri" jawab alice dengan senyum yang tidak bisa di hilangkan dari wajahnya.
"baiklah… ini kunci mobilnya"
"tidak, kurasa akan lebih cepat menggunakan motor, apa kau punya?"
"wow jadi kamu juga bisa mengendarai motor!"
"tentu saja, semua jenis motor jika kau ingin tau hahha"
"mari kita lihat, motor apa yang dean punya disini" leon membuka pintu ruangan menuju dean dan berbisik padanya, dari kejauhan alice dapat melihat raut wajah terkejut dean seraya memberikan kunci motor dan jaket kulit hitam pada leon.
"alice, ini.." leon dengan segera menghampiri alice dan memberikan kunci serta memakaikan jaket kulit itu pada alice.
"kamu lihat motor sport berwarna merah itu?" menunjuk salah satu motor di teras nite bar
"oke,.. aku bisa mengendarai itu" kata alice pede sambil menepuk kakinya yang semampai.
"hahaha"
"leon, trimakasih.. aku akan segera kembali"
"em" "hati-hati"
Alice kamu memang gadis yang menarik… hah.. jantungku berdetak sangat cepat lagi kali ini gumam leon yang melihat alice pergi dengan kerennya.
"bos dimana kakakku?" Tanya Kevin dengan wajah datar dan polos
"dia… dia sedang dalam perjalanan menemui seseorang"
"apa?!"
"eih.. tidak perlu khawatir, bukankah dia kakakmu…"
"tapi.."
"sudah ayo kembali berkerja" leon menyeret kevin dengan senangnya