Chereads / help you kill you / Chapter 29 - Percakapan dengan Sahabat

Chapter 29 - Percakapan dengan Sahabat

"baiklah ini ceritanya, tadi saat bekerja di restoran coba tebak!" kata sella sangat bersemangat

"ha? Apa? Ayolah jangan buat penasaran.."

"hahaha oke oke"

"pak bams tua Bangka itu… tadi pagi hahaaha dia tiba-tiba datang ke resto dengan muka yang babak belur dan tangan kirinya di gips"

"apa? Benarkah?"

"yup! Sepertinya tangan kirinya patah… lalu ketika di tanya apa yang terjadi dia hanya diam saja dengan raut wajah marah"

"hahaha aku rasa dia habis dihajar seseorang" jawab sella senang.

"kau tau, kami sangat senang melihatnya hahaha… kurasa itu balasan karna dia melecehkanmu tempo hari"

Alice seakan tidak percaya dengan kata-kata sella, meskipun dia sedikit senang dengan kejadian ini tetapi alice mulai berfikir apa kejadian itu berhubungan dengannya. Dia mengingat ingat kejadian kemarin malam,

Apa ini ada hubungan dengan perginya leon kemarin? Dan juga darah di sela jari leon kemarin apakah itu karna menghajar pak bams?

Alice melirik leon yang sedang menyajikan cocktail pada sheren. Menyadari lirikan alice leon balik memandang alice dia mengangangkat sedikit alisnya seolah mengatakan ada apa?

Alice hanya menggeleng dengan sedikit senyumnya pada leon lalu menoleh kembali pada sella.

"hahaha apa tidak apa-apa kita menertawakan pak bams?" Tanya alice dengan nada bercanda

"tentu saja,.. dia pantas mendapatkan itu, kau tidak tau betapa kami sangat marah ketika dia menghinamu tempo hari.."

"hahaha benar juga.." tiba-tiba handphone alice bergetar menerima sebuah pesan masuk, dia membuka pesan itu. Yang mengetahui nomer alice hanya leon dan sella. Jika sella lagi berbicara di depannya sekarang, maka sudah pasti leonlah yang mengirim pesan

"Apakah ada yang menarik?" Isi pesan leon. Alice tau maksud pesan itu pasti leon menayakan maksud lirikan alice yang tadi.

"tidak ada apa-apa, hanya saja kamu sangat tampan dari sini, aku takut wanita di depanmu akan semakin tergila-gila padamu ^^" memberi sedikit emoticon senyum membuat leon tersenyum membaca pesan alice dan melirik alice senang.

"ketampanan ini hanya milikmu, tidak perlu khawatir ^3^" ketik leon dalam pesannya disertai emotikon kiss pada ahir pesan. Raut wajah alice merona membaca pesan leon. Dia tidak membalas pesan itu lagi dan hanya mengangguk sekilas ke arah leon.

Sheren yang berada di depan leon mengamati leon yang sedari tadi memainkan hp dan terlihat gembira, kecemburuan mulai dirasakannya.

Sialan! Kenapa leon mengabaikanku dan malah asik mengetik di ponselnya. Siapa yang dia kirimi pesan sehingga dia begitu senang?

Sheren mulai mengikuti gerak gerik leon dan menemukan bahwa lelaki tampan di depannya itu sedang memperhatikan alice yang berada di meja sudut ruangan

Ow.. ternyata gadis cupu yang waktu itu… dia bahkan tidak selevel denganku, beraninya dia. Heh lihat saja nanti, aku kan menggoda leon supaya kamu sadar akan posisimu disini gadis bodoh!

Dilain tempat, sella memperhatikan wajah temannya yang memerah sambil melihat ke layar hpnya.

"ehem.. sepertinya ada yang lagi jatuh cinta nih ehem"

"eh.. siapa?" jawab alice malu seakan menutupi maksud sella

"aku rasa leon orang yang baik.." sella berkata seakan dia menyadari semua yang alice pikirkan.

"benarkah, apa begitu menurutmu?"

"tentu saja, dia bahkan menolongmu dan juga mengizinkanmu tinggal dirumahnya, apa dia sudah menyatakan cintanya padamu? Kurasa dia menyukaimu.."

"eh, ya.. begitulah" jawab alice ragu sambil menggaruk rambutnya yang tidak gatal dan mengalihkan pandangannya dari sella.

"begitulah bagaimana maksudmu? Jangan katakan kau menolaknya!"

Melihat alice yang masih diam dia yakin bahwa alice belum menerima pria tampan itu, sella seakan tidak percaya dia bahkan membuka mulutnya lebar tercengang tidak pecaya dengan alice

"alice! Apa kamu sudah gila? Makhluk tuhan paling tampan seperti leon menyatakan cintanya padamu tapi kamu menolaknya! Bahkan orang buta saja akan langsung menerima leon!" sella memepuk jidatnya keras

"eh stttt!" alice mencoba menutup mulut sella karna berbicara terlalu keras

"bukan begitu maksudku! Ya.. jujur saja aku juga menyukainya tapi untuk mencintainya pasti membutuhkan waktu bukan? Lagipula aku mempunyai beberapa perjanjian dengannya. Aku takut jika aku mencintainya akan lebih sulit untukku menepati janji yang telah kubuat dengannya." Jawab alice lirih. Dia tidak ingin orang lain mendengarnya

"kau benar, sangat mudah untuk menyukai pria tampan, namun untuk jatuh cinta pasti butuh waktu… memangnya perjanjian apa yang kamu buat padanya?"sella mendekatkan kepalanya menatap alice seakan memojokkan alice. Alice tau sella memikirkan sesuatu yang tidak seharusnya tetntang leon dan alice.

"aish.. tidak seperti bayanganmu!" jawab alice cepat untuk meruntuhkan prasangka temannya yang mulai meracau.

"ahahaha.."

"itu hanya perjanjian biasa, dia akan membantuku dan sebagai balasannya aku akan menuruti kemauannya" jawab alice cepat

Aku tidak mungkin memberitaumu yang sebenarnya sella, maafkan aku

"tuh kan sudah kuduga.." sella menepuk kedua tangannya seolah pemikirannya tepat

"jadi apa yang leon lakukan? Ahhh aku juga akan rela jika pria tampan seperti itu meminta apa saja dariku hahaha"

Plak! Alice memukul jidat temannya itu

"auch!"

"hahaha dasar… tidak seperti dugaanmu" alice tertawa melihat sella yang merintih kesakitan memegang keningnya.

"awalnya aku juga berfikir dia akan berbuat seenaknya padaku, namun dia tidak melakukannya, dia memberiku kebebasan dan tidak memaksakan kehendaknya" jelas alice sambil melirik leon di sebrang sana

"wah.. bukankah itu sikap lelaki sejati? Syukurlah alice, aku merasa sedikit iri denganmu" sela mengikuti pandangan alice ke leon. Namun beberapa saat kemudian tatapan mereka berdua tidak hangat lagi. Alice dan sella memandang kecut kearah leon.

Dilihatnya seorang wanita sedang menggoda leon. Tatapan wanita itu mulai menggoda, tangannya meraba-raba leon serta tertawa ceria kepada leon. Meski terlihat jelas leon tidak menanggapi wanita itu dan tatapannya sedingin es pada wanita itu namun wanita mana saja yang melihat pasti akan cemburu.

"alice siapa wanita itu?" pandangan sella masih tetap menatap wanita di depan leon, pakaian minim terlewat sexy yang dikenakannya seakan memang dipersiapkan untuk menggoda semua pria, belum lagi makeupnya lipstick merah darah, kulit putih pucat dan mata yang menggoda, sella sedikit iri dia juga memahami perasaan alice yang menurutnya kalah jauh.

"oh.. dia sheren" jawab alice singkat sembari melepaskan pandangannya dari dua makluk itu dan menyeruput kopinya lagi,

Sella tau ada nada kecemburuan di balik kata-kata alice.

"sepertinya dia menyukai leon.. lihat saja tingkahnya yang sedari tadi menggoda leon" lirik sella kesal dan kembali menatap alice.

"yap begitulah"

Sela mulai merasakan aura sedih dari gadis didepannya itu.

"aish.. sudahlah menurutku kamu lebih cantik darinya"

Brr uhuk uhuk! Alice tersedak oleh kata-kata sella

"apa aku bercanda! Uhuk uhuk" jawab alice sambil terbatuk

Sella aku tau kamu mencoba menghiburku tapi dengan memejamkan mata saja orang-orang tau siapa yang akan dipilih mereka.

"aku serius, memang sekilas tadi aku juga iri dengan kecantikannnya, dada besar, body seperti cello. tapi setelah aku perhatikan dia terlihat biasa saja jika tanpa makeup dan juga dada besarnya itu pasti hasil dari operasi plasik. Juga bodymu tidak kalah darinya.. hm… seperti biola kecil yang ramping hahaha"

"Hahahaha… dasar kamu!" mereka berdua tertawa lepas.

"oh iya, ayo kita balas wanita genit itu kkkk" sela tertawa licik seakan mempunyai rencana besar untuk memisahkan sheren dari leon

"hah? Bagaimana caranya?"

"kemarikan handphonemu.." sella merebut handphone ditangan alice

"eh.."

"uhhh wallpaper yang bagus.." sella melihat foto alice dan leon.

"ehem.. itu ulah leon"

"aih so sweet sekali,.. aku jadi iri, bisakah aku memiliki salah satu dari dua malaikat yang tersisa disana? Hehe"

"hei hei ayo fokus dengan apa yang ingin kau lakukan!" gesa alice pada sella

"ow iya, baiklah baiklah" sella segera mengetik dengan cepat di layar ponsel alice, alice tidak mengetahui apa yang diketik sella. Yang jelas sekarang dia merasakan aura kejahilan yang aman sangat dari sahabatnya itu.

"oke sudah beres, kita tunggu beberapa detik" sella menaruh handphone itu dimeja dengan perasaan puas.

"apa yang kamu tulis?"

Belum sempat alice melihat apa yang ditulis sahabatnya itu di layar handphonenya tiba-tiba leon sudah berdiri di samping mereka.