"Aku tidak bilang kalau kau tidak waras tapi aku hanya bilang agar kau itu berpikirlah dewasa sedikit, itu maksudku. Takkan karena rindu sampai membuatmu tidak kuat menanggung beban hidup. Hah! kau ini ada-ada saja" keluh Fani.
'Betapa sia-sianya hidupmu Dinda, kalau aku sudah tidak punya waktu untuk memikirkan hal tersebut. Hidupku hanya seputar mengumpulkan uang untuk hidup. Huft, kita memang berbeda. Inilah aku, nasibku' Fani tersenuum pahit.
"Apa yang salah dengan rasa rinduku kepada Niko? Bukankah itu wajar, karena aku menyukainya dan kami sudah lama tidak bertemu".
"Hello Dinda .... Sadarlah, kalian itu bukan siapa-siapa, kalian bukan sepasang kekasih jadi kenapa rasa rindumu itu sampai membuatmu setengah gila heh?! Sudahlah, aku mau berangkat kerja. Aku rasa kalau mengenai itu aku tidak perlu khawatir. Aku tidak mau mendengar kekonyolanmu lagi. Bye" Fani berlalu tanpa mempedulikan Dinda yang masih kebingungan.