Chereads / Tate no Yuusha no Nariagari / Chapter 99 - Chapter 11 Interdimensional

Chapter 99 - Chapter 11 Interdimensional

00:00

Hitungan waktunya habis.

Disaat yang sama, sekeliling kami menghilang, dan selama sesaat rasanya aku kayak mengapung di udara.

Terdengar suara dentangan yang berasal dari kapal.

Seaat kemudian bidang pandangku dipenuhi dengan kapal-kapal lain, banyak sekali, dan kami berada dipermukaan laut.

Jadi ini pertempuran laut. Aku menatap retakan yang muncul di langit. Itu adalah tanda kehadiran gelombang kehancuran.

Langitnya berwarna ungu, dan terdistorsi serta dipenuhi retakan-retakan kecil.

"Cepat! Kita harus naik ke kapal-kapal yang lebih besar!"

Ratu meneriakkan perintah, dan para knight serta prajurit yang berada diatas perahu mulai mendayung, membawa kami ke samping sebuah kapal terdekat yang lebih besar. Kami naik ke kapal tersebut.

Filo berada dalam wujud Filolialnya, dan aku serta Rahtalia naik ke punggungnya, lalu dia melompat naik ke dek, mengantar kami ke kapal tersebut dalam satu kali gerakan.

Para pahlawan berada di dek dan menatap retakan di langit.

Sulit mempercayai mataku sendiri. Salah satu anggota party Itsuki memakai Risuka Kigurimi dan memiliki topi Santa yang berbeda warna di kepalanya.

Aku tau aku gak perlu mengkhawatirkan itu, tapi aku gak bisa berhenti melihat!

"Fueeee..."

Tatapan mata besar yang mengintimidasi berasal dari kigurimi itu. Tapi, siapa yang punya mata seperti itu di party Itsuki? Pasti itu si cewek bernama Rishia.

Pekkul Kigurimi memiliki peningkatan statistik dan kemampuan yang besar, jadi kemungkinan versi Risuka-nya juga sama. Gak terlalu aneh kalo membayangkan dia memakainya untuk pertempuran besar. Sekilas terlihat seperti mereka gak menganggapnya serius.

"Apa yang terjadi?"

"Ini baru saja dimulai, jadi kami belum betul-betul tau, tapi aku melihat para monster mulai keluar dari retakan-retakan itu."

Kata Itsuki dan menunjuk retakan yang ada di langit.

Tampak seperti ikan raksasa, atau semacam ikan, bermunculan dari retakan.

Aku menduga yang akan muncul adalah sejenis burung. Tapi kurasa ini lebih baik dalam artian tertentu.

"Gimana caranya kita bertempur?"

Setidaknya kami punya pelaut sekarang, berkat perjalananku kembali ke Melromarc.

"Para perenang terbaik sudah berada di air, melawan para monster yang ada di air."

Sang Ratu bertindak sebagai komandan tertinggi. Beliau mendekat dan mengatakan rencananya.

"Para demi-human tipe air memimpin serangan. Banyak petualang yang bergabung dengan mereka, mengandalkan pengetahuan mereka tentang laut. Mereka sudah berenang dan bertempur."

"Untungnya kita merekrut para petualang itu di kota."

Melromarc adalah sebuah negeri supremasi manusia, jadi gak banyak demi-human yang ada didalam pasukan.

Konsekuensinya, kebanyakan prajurit yang bisa bertarung melawan gelombang, atau yang bisa kami susun untuk melawan gelombang, merupakan para manusia. Dan para manusia cuma bisa bertempur dari dek kapal—menggunakan meriam.

Itu artinya, tugas kamilah, para pahlawan, untuk berada di barisan depan.

"Ayo bergerak."

"Tuan Iwatani, tunggu sebentar."

"Ada apa?"

"Para monster berukuran kecil yang harus dihadapi sangatlah banyak, tapi aku rasa kami bisa menanganinya. Aku ingin para pahlawan berfokus pada ancaman-ancaman yang lebih besar yang berasal dari gelombang."

"Aku mengerti. Tapi bagaimana caranya kami menemukan ancaman-ancaman besar tersebut?"

Aku membayangkan mereka akan berkonsentrasi pada kaki gelombang, dimana retakan yang ada di langit bertemu dengan permukaan air.

Permukaan lautnya putih dan berbusa. Kau bisa melihat bahwa itu bergerak-gerak karena para monster yang bergerak ke arah kapal-kapal. Kami harus masuk ke air untuk melawan mereka.

Aku menemukan suatu bayangan yang bergerak cepat dibawah air. Sesaat kemudian, mahluk itu melompat ke dek kapal. Itu adalah seekor Inter-Dimensional Saguahin Shadow.

Penampilannya tampak seperti setengah ikan, setengah mahluk tipe manusia. Adapun untuk bayangannya, aku gak yakin, tapi itu mungkin suatu tipe dari demi-human.

"Shooting Star Spear!"

Motoyasu menikam Saguahin itu menggunakan tombaknya.

"Mahluk ini lebih tangguh daripada kelihatannya!"

"Hya!"

Lonte dan rekan-rekannya, Ren dan partynya, Itsuki dan partynya, mereka semua menyerang para monster yang menjadi ancaman akan mengambil alih kapal.

"Hya!"

Filo melompat dan berputar, menendang salah satu monster ke udara dan keluar dari kapal.

Tapi monsternya banyak sekali jumlahnya.

Aku melihat sekeliling. Ada sekitar 10 kapal. Gimana caranya kami melindungi 10 kapal?

Pasukannya terdiri dari para petualang terkuat di Cal Mira dan para prajurit berpengalaman dari Melromarc. Kuharap mereka bisa bertahan.

Tapi pertempurannya semakin kacau. Haruskah aku menggunakan Shooting Star Shield?

Skill itu gak akan bisa dimasuki siapapun yang bukan partyku dan gak cukup besar untuk melindungi seluruh kapal.

Aku melihat sekawanan monster terlempar dari kapal.

"Fool Moon Army!"

Itu adalah L'Arc.

Dia mengayunkan sabit besar miliknya.

Wow, dengan sebanyak itu monster yang berkerumun di dek, itu kayak sebuah adegan dari game pertarungan Dynasty. Dia kayaknya sedang bersenang-senang.

Therese ada di belakang dia, merapal mantra.

"Shining Stone, Showering Thunder!"

Sambaran petir ganas menyambar dari langit dan membunuh seekor monster yang ada didepan dia.

Mereka berdua memang sesuatu. Aku harus mencari cara untuk membuat mereka bergabung dalam partyku.

"Kita akan menjatuhkan drum rucolu peledak ke laut! Peringatkan para petualang!"

Sang Ratu meneriakkan perintah dan seorang prajurit meniup sebuah kerang—suaranya menderu dan menggema keseluruh kapal dan air.

Para petualang dan para demi-human yang ada di air segera berenang kembali ke kapal. Sesaat setelah itu sejumlah drum di jatuhkan ke air.

"Drum peledak...."

Aku menatap ke sisi kapal untuk melihat apa yang terjadi.

Drum-drum itu tenggelam perlahan-lahan. Seberapa efektifknya kah cara itu?

Saat aku memikirkannya, drum-drum itu meledak secara dramatis, menghasilkan geyser gelembung yang menjulang ke udara. Lautnya perlahan-lahan berubah menjadi merah.

Whoa! Perlahan-lahan, bangkai ikan dan para monster mengapung ke permukaan. Jumlahnya sangat banyak.

Kurasa lautnya berubah menjadi alkohol.

Tentunya itu cuma efektif di area sekitar dalam waktu yang singkat, jadi seiring waktu airnya akan bercampur dengan air laut yang lainnya dan efeknya akan menghilang. Tapi untuk beberapa saat, kayaknya itu memiliki efek yang sangat mematikan bagi para monster yang ada disana.

Itu luar biasa. Aku gak pernah menyangka kalau buah kecil itu segitu kuatnya.

"Jangan senang dulu!"

"Betul!"

"Dimana bosnya?!"

Itu mengingatkan aku. Aku sebenarnya belum pernah melihat kedatangan monster bos sebelumnya.

Aku cuma melihat para pahlawan lain melawan bosnya dari kejauhan.

"Haruskah kita melompat ke air dan berenang untuk menemukannya?"

Kurasa itu mungkin kau harus menyerang retakannya secara langsung untuk membuat bosnya muncul.

Aku gak akan bisa melakukannya sendiri, tapi dengan Raphtalia dan Filo, itu gak akan mustahil.

Dan kami gak punya pilihan lain. Para monster terus keluar dari retakan tanpa henti.

Gak ada gunanya terus berada di kapal dan terus melawan monster-monster kroco ini.

"Tapi kalau kita enggak membunuh bosnya duluan, ini akan butuh waktu lama."

Sial.

Itu sebabnya mereka mengerahkan segala tenaga mereka untuk mengalahkan bosnya saat gelombang yang sebelumnya. Kurasa.

Kami sedang membicarakan soal rencana kami, lalu salah satu kapal terdekat terlempar ke udara dan hancur.

Pasti ada seekor monster besar yang berada dibawahnya.

Para pelaut dan prajurit mulai berteriak.

"Apa itu?!"

Aku berbalik. Disana ada seekor paus besar yang melompat dari laut. Paus itu punya tanduk yang sangat besar di kepalanya.

Namanya muncul di layar menuku.

Inter-dimensional Whale

Seberapa besarnya mahluk itu? Perkiraanku mahluk itu sepanjang lebih dari 150 meter. Itu kayak seekor paus sperm yang memiliki tanduk seperti bor, dan mahluk itu berwarna putih.

Dibeberapa tempat ada benjolan besar yang nampaknya merupakan permata. Benjolan-benjolan tersebut membuat paus itu tampak seperti memiliki bentuk yang gak karu-karuan.

Yang jelas, kayaknya kurang tepat menyebutnya seekor paus—bentuknya sangat beda jauh.

Dan juga bisa diasumsikan kalau kami sedang menatap monster bos gelombang ini.

Aku menunjuk mahluk itu dan memastikan kalau Ren, Motoyasu dan Itsuki menatap mahluk yang sama yang sedang kulihat.

Ren mengguncang kepalanya, Itsuki mengangguk, dan Motoyasu sedang menunjuk.

"Pasti yang itu."

"Gak mungkin!"

"Elu bisa nunggu dimari, Ren. Urus para monster kroco ini saat kami pergi!"

"Sialan! Hundred Sword!"

Dia mengangkat pedangnya ke udara dan pedang itu berhamburan menjadi ratusan pedang yang lebih kecil yang terbang ke udara dan menghujani para monster yang lebih lemah di laut.

Apa lagi yang bisa dia lakukan kalau dia gak bisa renang? Dia harus melakukan apa yang dilakukan para petualang lain—menembakkan meriam dan semacamnya.

Itsuki mengarahkan busurnya pada sebuah balista besar dan menembakkan panah demi panah. Apa gak ada tugas buat pengguna perisai kayak aku ini?

"Motoyasu! Elu Pahlawan Tombak kan? Senjata punya elu itu kayak sebuah harpon*! Maju sana bunuh monster itu!"

(T/N: *sebenernya harpon itu juga tombak, cuma lain jenis aja)

Bukankah ada suatu kisah tentang seorang kapten yang ingin balas dendam? Menyalurkan energi itu dan membunuh mahluk itu!

"Motoyasu! Keluarin sebuah kamikaze pada mahluk itu!"

"Naofumi! Bangsat lu!"

"Jangan banyak bacot!"

Raphtalia menampar aku seolah aku adalah orang jahat.

"Tuan Naofumi, kita harus memikirkan rencana bukannya berdebat."

"Kamu benar. Motoyasu?"

"Paan?"

Aku memberi tanda pada dia agar mendekat ke tepi dek. Dia mendekat penuh kecurigaan, bertanya-tanya apakah aku betul-betul punya rencana.

"Senjata punya lu adalah yang paling cocok buat pertarungan di laut, jadi elu musti mendekat dan memimpin serangan!"

Dan aku mendorong dia.

"Apa?! AHHHHHHH!"

Itu lebih mudah dari yang aku duga. Dia jatuh.

Dia jatuh ke air, menghasilkan percikan buih.

"Oh tidaaaaaaaaak! Tuan Motoyasu!"

Lonte dan rekan-rekannya berteriak.

"Pahlawan Perisai sedang mencoba membunuh Pahlawan Tombak!"

Lonte mengangkat tangannya untuk menunjuk dan memaki aku, tapi saat dia melakukannya segel budak pada dadanya diaktifkan.

"Kyaaaaaaa!"

"Myn... Jalang!"

Lonte berpaling untuk mendengarkan apa yang Motoyasu teriakkan. Dia akhirnya muncul ke permukaan air.

"Ini adalah bagian dari rencana Tuan Iwatani. Kau harus menghargainya!"

Sang Ratu berpaling dan berteriak pada Lonte.

Si Lonte akan berusaha menghancurkan hidupku setiap kali dia punya kesempatan.

"Aku punya saran. Tuan Kawasumi dan Tuan Amaki akan mendukung pertempuran dari dek kapal, berfokus pada serangan jarak jauh."

"Baik."

"Dimengerti."

"Motoyasu, kalo lu bisa bertarung di air, maka lakukan saja."

"Gue lebih suka gak melakukannya!"

"Kau lah satu-satunya yang bisa menyerang secara efektif dalam situasi ini. Bukankah ini tampak seperti peluang bagus untuk memperoleh dana yang dibutuhkan untuk membeli kembali kebebasan putriku?"

"Um....."

Sesaat dia berpikir mau menolak, lalu dia menyerah dan menyelam ke bawah air.

Senjata legendaris bisa memberi penggunaannya skill-skill yang memungkinkan berenang lebih baik lagi, dan kalau skill itu dikombinasikan dengan pekkul kigurimi, maka kau bisa berada dibawah air dalam waktu yang sangat lama.

Kau bahkan gak memerlukan kacamata untuk melihat di bawah air.

"Bagaimana denganku?"

"Tuan Iwatani, aku ingin kau melindungi kapal untuk berjaga-jaga jika monster itu menyerang kami."

"Itu terdengar seperti anda ingin aku berada di air. Jika monster itu menyelam ke dasar laut dan mulai menyerang dari bawah, anda ingin aku memblokirnya!?"

"Tentunya aku tidak mau kau melakukannya jika kau merasa kau tak bisa melakukannya."

"Oh, um... dimengerti."

Aku gak betul-betul tau apakah aku bisa memblokir seekor monster sebesar itu, tapi rencana beliau merupakan rencana terbaik yang kami miliki.

"Oh, dan nona Raphtalia? Tolong gunakan balista kapal untuk menyerang monster itu."

"Apa?"

Raphtalia terkejut dia diberi tugas itu. Aku sendiri hampir gak mempercayainya.

Kurasa itu masuk akal. Aku gak bisa membayangkan dia berdiri di punggung paus itu dan menikamnya dengan pedangnya. Kurasa cuma Motoyasu yang bisa melakukannya.

"Nampaknya temanmu, Raphtalia, cukup kuat. Jika itu benar, maka kurasa dia bisa memgerahkan kekuatan terbaik balista kami."

"Huh? Aku nggak betul-betul paham apa maksud anda."

Aku tau kalau sebuah balista lebih kuat daripada busur yang bisa kau tarik dengan tanganmu. Tapi apa hubungannya dengan siapa yang menggunakannya? Itsuki mungkin punya satu atau dua skill yang spesifik pada balista. Gimanapun juga dia adalah Pahlawan Busur.

Aku gak paham alasan kenapa Raphtalia akan bisa menggunakannya lebih baik daripada siapapun juga.

Mungkinkah ada semacam sistem yang gak kuketahui? Seperti gimana aku gak mengetahui tentang sistem power up dari pahlawan?

"Busur dan senjata jarak jauh tetap menitikberatkan pada statistik dari penggunanya."

Jadi senpi dan busur serupa dengan senjata-senjata lain di dunia ini?

Diduniaku, kekuatan dibalik tembakan senpi atau panah gak betul-betul bergantung pada siapa penggunanya. Kau pasti akan mati jika kena. Tapi kurasa di dunia ini statistik dari penggunanya memiliki pengaruh. Mungkin itu mempengaruhi peningkatan kecepatan panahnya atau semacamnya.

Itu betul-betul kayak sebuah game.

Seperti yang ada di dalam game-game. Busur dan senpi dan pedang bisa sekuat senjata lain.

Itu gak masuk akal di dunia asalku, tapi yah, kami gak punya statistik angka di dunia asalku.

Aku harus menganggap tempat ini sebagai sesuatu yang sepenuhnya berbeda. Kalau aku memperlakukan seperti dunia asalku, cuma kematian yang menungguku.

Kalau di pandang dari sudut pandang sang Ratu, itu mungkin masuk akal untuk menyuruh Raphtalia menembak.

"Dipahami. Baiklah Raphtalia, kamu seranglah Inter-dimensional Whale menggunaan balista kapal."

"Oh.... Baik."

"Akan aku tunjukan padamu cara kerjanya, jadi jangan khawatir soal itu. Nah sekarang Tuan Iwatani, bawa Filo bersamamu dan tolong lindungi kapal. Kami akan mengeluarkan sihir seremonial untuk mendukungmu."

Aku ingat mereka pernah menggunakan sihir seremonial saat pertarungan melawan high priest. Itu sangat kuat. Kurasa sang Ratu telah menjelaskan bahwa itu biasanya digunakan untuk peperangan. Kuharap itu akan efektif terhadap monster bos.

Satu lagi, sampai sekarang para pahlawan memimpin serangan di setiap gelombang yang datang. Apa kami betul-betul harus bertindak sebagai penyerang pendukung dalam pertempuran ini?

"Serahkan padaku. Baiklah! Ayo pergi, Filo!"

"Baik!"

Kami melompat ke laut dari dek.

Airnya masih berwarna merah karena lucol.

Inter-dimensional Whale menyelam jauh di bawah kami.

Kayaknya itu adalah pola penyerangannya—menyelam dalam dan kemudian menghantam kapal dari bawah. Motoyasu sebenarnya sangat mengesankan. Dia menikamkan tombaknya ke sisi mahluk itu dan ikut menyelam bersamanya.

Tapi dia gak punya waktu buat menggunakan skill, dan bos itu jauh lebih kuat daripada dia—jadi serangan-serangannya gak punya banyak pengaruh.

Apa?! Paus itu berbalik menghadap ke permukaan. Apa dia bersiap menyerang?

Aku menarik napas panjang dan berenang ke bawah kapal, memposisikan diriku dibawah lambung kapal.

Aku menatap ke kedalaman dan melihat paus itu berenang dibawah.

Aku gak tau kemana dia mau menyerang, yang mana itu membuatnya sulit untuk bertahan.

Sebelum dia bisa menyerang, aku menjauh dari lambung kapal dan mulai berenang ke bawah kearah mahluk itu.

Filo ada bersamaku, tepat disampingku. Hal pertama yang harus kami lakukan adalah memposisikan diri untuk memblokir tanduk itu.

Itu gak sulit. Paus itu menyadari kami dan mengarahkan tanduknya. Sekarang dia menyerang lurus kearah kami!

Bagus! Teruslah kearahku—dasar paus geblek.

Pada saat ini, Motoyasu, Filo dan aku adalah satu-satunya mahluk hidup yang ada di sekitar paus itu. Semua monster lain telah meninggalkan area itu.

Maju sini!

Aku menyiapkan diriku sendiri dan kemudian paus itu meluncur kearahku. Tanduknya melesat di air, bersiap untuk menikamku.

Aku merasa tanduk itu menghantam aku dengan hantaman yang sangat kuat, tapi defense milikku cukup kuat untuk menahan serangannya.

Tapi aku gak punya pijakan, jadi aku gak bisa menghentikan pergerakan paus itu.

Paus itu terus mengarah ke permukaan, dan aku merasakan kakiku menabrak bagian luar lambung kapal.

Aku gak bisa berbuat banyak. Tapi itu berlaku untuk paus itu juga.

Dia mulai meronta-ronta, berusaha untuk menghempaskan aku dari tanduknya.

Jangan harap aku akan membiarkannya!

Aku menatap Filo.

Dia berada dalam wujud Filolial queen, dan dia tau apa yang aku maksudkan. Dia meluncur di air dan menendang paus itu keras-keras.

Dan monster itu bereaksi—dia kehilangan keseimbangan!

Saat monster itu terhempas di air, Motoyasu terus melakukan serangan.

Karena aku menghentikan monster itu sesaat, Motoyasu mendapat waktu sesaat untuk menggunakan skill miliknya.

Diatas air, para prajurit diatas kapal mulai melakukan penyerangan. Bola-bola meriam dan panah besar di hujankan pada paus itu, dan airnya dipenuhi dengan suara ledakan dan hantaman.

Airnya kacau, dipenuhi dengan gelembung-gelembung putih dan aku gak bisa melihat apa-apa.

Tapi aku terus memegang tanduk itu dan mendorong monster itu menjauh dari lambung kapal.

Nafasku sudah hampir habis.

Sambil terus memegang tanduknya, aku berbalik ke samping dan berenang ke permukaan.

Huh? Paus itu tampak terkejut. Aku menariknya ke permukaan!

"Pufah!"

Aku mengeluarkan kepalaku dari air dan menarik nafas panjang.

"Huff... Huff..."

Aku memenuhi paru-paruku dengan udara dan menyelam lagi. Paus itu meronta-ronta di air. Dia gak bisa membebaskan tanduknya.

Gak ada yang lain lagi yang bisa kulakukan.

Bejolan yang seperti permata di tubuhnya mengeluarkan sihir dari kanan dan kiri, tapi sihir-sihir itu sama sekali gak melukai aku.

"Shooting Star Spear! Lightning Spear!"

Paus itu berada di permukaan laut sekarang. Motoyasu naik ke punggungnya dan menggunakan skill secara terus menerus.

"Rasakan ini! Hya! Hya!"

Filo melakukan hal yang sama. Sekarang dia punya tempat untuk berpijak, dia akhirnya bisa menghasilkan damage yang besar. Cakarnya yang tajam merobek punggung paus itu.

Raphtalia mengunci sasaran pada paus itu dengan balista.

Itsuki menembakinya. Balista milik Raphtalia sangat besar, jadi kuharap itu memiliki kekuatan serangan yang besar pula.

Semua orang mengeroyok monster itu, dan air disekitarnya menjadi merah gelap.

Ada deru angin saat Raphtalia menembakkan panah balista. Panahnya mengenai monster itu.

Huh? Apa serangan Raphtalia yang paling efektif? Apa kami menang?

"Bocah Perisai! Jangan bergerak!"

"Apa?"

L'Arc menyiapkan sabitnya dan melompat ke air.

"Flying Circle!"

Sebuah piringan cahaya muncul dari senjatanya dan menebas paus itu.

...?!

"Wha....."

Cipratan darah dalam jumlah banyak terhambur di udara dan menghujani kami. Ekor paus itu terpotong menjadi dua.

"....?!"

Inter-dimensional Whale berteriak kesakitan.

"Gak akan kubiarkan dia bersenang-senang sendirian!"

Filo berteriak, dan dia mendaratkan tendangan penghabisan pada monster itu.

Terjadi cipratan darah lagi, dan sirip kiri paus itu terlempar. Serangan milik Filo betul-betul menakutkan.

Tapi L'Arc cuma melakukannya dalam satu serangan, sedangkan Filo butuh upaya yang cukup lama.

Paus itu mulai kejang.

"Waktunya menghabisinya! Aku akan menyerang!"

"Oke!"

L'Arc menatap Therese.

"Shining stone! Thunder rain!"

"Combo skill. Thunder rain flying circle!"

Sihir petir milik Therese menyambar sabit milik L'Arc, dan itu tampak mengisinya dengan energi. Mengangkat senjata yang diisi tersebut, dia menembakkan lingkaran cahaya pada paus itu. Filo mengepakkan sayapnya dan menyerang disaat yang bersamaan.

"Spiral Strike!"

Serangan mereka menghantam paus disaat yang hampir bersamaan.

Paus itu terbelah menjadi dua.

"....!"

Paus itu menjerit sekali lagi lalu mati.

"Sudah selesai yah?"

L'Arc berdiri diatas mayat paus itu, puas akan dirinya sendiri.

"Kalian memang kuat."

Sejujurnya, mereka merupakan petarung yang lebih baik daripada Motoyasu.

Seberapa kuatnya mereka? Ada sesuatu yang aneh. Apa mereka sekuat itu saat kami bertarung bersama beberapa hari yang lalu?

Memang aku berpikir mereka itu kuat pada saat itu, tapi aku cuma berpikir mereka kuat sebagai petualang.

Motoyasu sama bingungnya kayak aku.

"Aku berjuang keras!" Oceh Filo.

"Ya, memang."

"Tuan Naofumi!"

Raphtalia melambaikan tangan padaku dari dek.

"Menakjubkan. Sekarang kita cuma perlu menyerang retakannya dan mengakhiri semuanya."

Aku memberi isyarat pada Ratu agar dia memberi komando pada kapal untuk bergerak kearah retakan.

Tapi aku mendengar dentuman logam, dan aku merasa ada yang mengawasi aku. Aku berbalik.

Itu adalah L'Arc. Dia mengacungkan sabitnya kearahku dan mengeringai mencurigakan.

****