"!!!"
Aku menengadah ke langit dan berteriak, tapi gak ada suara yang muncul dari tenggorokanku.
Aku membencinya! Apa yang aku benci? Seluruh dunia! Segalanya!
Aku sangat membenci segalanya sampai kupikir aku akan kehilangan akal sehatku.
Segalanya berwarna merah dan hitam, dan segala yang kulihat menyebabkan lebih banyak kebencian mendidih didalam diriku.
"!"
Aku mendengar seseorang berbicara padaku. Sesaat, itu terasa seperti aku disiram air. Tapi itu sia-sia saja.
"!"
Segala sesuatu yang kusentuh sangat menjengkelkan. Aku ingin membakar semuanya!
"Master, apa kau betul-betul membenci segalanya?"
"Segalanya mencoba untuk menjebakku, untuk melukaiku, untuk membunuhku! Aku benci segalanya!"
"Sungguh? Benarkah? Apa kau betul-betul menganggap seperti itu?"
Ya.... terus kenapa?!
"Apa kau membenci waktu yang kau habiskan bersama aku dan Mbakyu?"
Aku.... ingat suara itu.
Aku ingat seorang cewek muda yang selalu ada disampingku melalui segalanya. Dia sangat setia. Dia melindungi aku meski dia terluka. Hal itu memenuhi pikiranku.
Ada seseorang yang menetas dari sebuah telur, tumbuh, dan mengatakan bahwa dia mencintai aku.
"Itu...."
"Aku tau kau gak membencinya. Aku tau kau gak membencinya karena, Master, kau selalu berusaha melakukan sesuatu demi kami!"
Warna hitam dan merah itu memudar. Segalanya menjadi jelas.
Itu seperti mereka menyiramkan air pada api. Aku merasa air itu meresap kedalam hatiku.
"Jadi, Master, aku akan memakan kemarahanmu! Aku akan memakan kebencianmu!"
Tiba-tiba segalanya menjadi jelas. Aku melihat sekeliling.
"Tuan Naofumi!"
"Apa kamu baik-baik saja?!"
Sepertinya sudah beberapa saat berlalu sejak aku berteriak kearah langit.
Raphtalia berbicara padaku. Dia kuatir. Ren menepukkan tanganya pada pundakku.
"Master, apa kau baik-baik saja?"
"Kau... Kau memelukku?"
"Ya. Pasti sangat berat untukmu, kan?"
Filo dalam wujud Filolial Queen'nya. Dia memelukku dari belakang. Sayap dan kakinya terbakar, gosong. Dia pasti gak bisa menahan kekuatan dari perisai itu setelah perisainya menjadi lebih kuat. Itu pasti sangat menyakitkan. Namun... Namun dia kuatir padaku.
"Aku... Mbakyu... dan Mel, serta semua orang! Kami semua percaya padamu. Kami percaya padamu, jadi... berjuanglah!"
"...Ya. Kau benar... Kau benar."
Aku gak boleh tertelan oleh kebencian.
Yang harus kulakukan adalah menghancurkan sumber rasa sakitku. Kalau aku bisa membunuh dia, apa yang terjadi nanti bukanlah masalah.
Aku... demi Melty, demi para pahlawan.... Aku akan membunuh dia!
"....Aku maju."
"Apa yang akan lu lakuin?"
"Gue akan menggunakan skill terkuat dari perisai terkuat punya gue."
"Ada apa dengan perisai itu? Sebelumnya itu terlihat gak menyenangkan, tapi sekarang terlihat lebih buruk lagi."
Shield of Rage II memiliki bentuk seekor naga marah pada perisainya, tapi saat perisai itu menjadi Shield of Wrath, itu terlihat lebih menakutkan lagi. Wajah naga berubah menjadi wajah iblis, dan sudutnya bengkok dan melengkung.
"Itu adalah sebuah skill yang mungkin akan gue gunain pada elu suatu hari nanti. Serang dia dan beri gue kesempatan untuk menggunakannya."
"Lu... Oh yah. Gue rasa kita gak punya pilihan lain selain ngandalin elu."
"Itu benar. Elu adalah orang yang paling susah buat dipercaya, tapi itu adalah satu-satunya peluang kita."
"Serah lu dah."
"Kami akan gunain sihir kami buat dukung elu."
Para pahlawan mengangguk dan berpaling pada high priest.
"Yah, yah.... Sungguh perlawanan yang sia-sia. Mari kita akhiri ini. Persiapan kami sudah selesai. Riwayatmu akan tamat sekarang."
Udaranya seperti dipenuhi dengan sihir. Langit dipenuhi cahaya, semakin padat, siap menghantam kami kapan saja.
"Ayo maju!"
Saat aku berteriak, semua pahlawan berlari kearah high priest.
"Filo, naikkan aku ke punggungmu dan terbang!"
"Oo~ke!"
Filo menaikkan aku ke punggungnya dan melompat tinggi ke udara.
"Sihir seremonial tingkat tinggi, Judgment!"
Cahaya penghakiman dari langit ditembakkan ke bawah!
"Majuuuuuuuuuuuu!"
Aku mengangkat perisaiku.
Suara yang seperti kaca pecah memenuhi telingaku, dan cahaya itu mengarah padaku.
Tapi cahaya itu gak cukup kuat untuk menebus Shield of Wrath III. Gak sedikitpun cahaya yang melewati aku.
"Dia tidak terluka oleh Judgment?! Bagaimana bisa?!"
Si high priest terkejut. Setengah dari senyumnya memudar.
Aku membayar harga yang berat untuk menggunakan perisai itu. Kuharap perisai ini sekuat yang terasa.
"Dasar bodoh! Kau tidak akan selamat dari ini!"
High priest mengangkat pedangnya dan mengarahkannya padaku.
"Phoenix Blade!"
Burung yang terbuat dari api keluar dari perang itu dan terbang kearahku.
"Jangan harap!"
Aku menyiapkan perisaiku. Filo merapal mantra, membentuk semacam koneksi denganku. Aku tiba-tiba tau apa yang harus dilakukan.
Serangkaian kata-kata muncul didalam kepalaku. Syarat aktivasi Rage Robe (medium)?
"Pahlawan Perisai dan rekannya adalah sumber dari segala kekuatan. Dengarkan kata-kataku dan patuhilah. Ubahlah api ini menjadi kekuatan! Wrath Fire!"
Amarahku akan menjadi kekuatanku.
Burung itu terbang kearahku. Api menyebar berusaha membakarku, tapi semua api itu berubah menjadi kekuatan untukku.
"Apa?! Dia memakan skillku?!"
Serangan dari para pahlawan dan tendangan Filo yang kuat meretakkan dan kemudian menghancurkan medan kekuatan milik high priest.
"Rasakan ini!"
Filo menggunakan serangan terbaiknya!
Dia dalam wujud Filolial Queen, tapi dia menggerakkan sayapnya dengan cara yang sama saat dia menyerang Fitoria.
Dia memiliki kekuatan yang cukup untuk menggunakannya sekarang, di pertarungan yang sebenarnya. Dia bergerak ke arah high priest dengan sangat cepat.
High priest mengubah senjatanya menjadi tombak dan menyiapkannya untuk memblokir Filo. Dia mulai memutar tombaknya didepannya. Aku punya firasat buruk.
"State of Selflessness!?"
Motoyasu berteriak terkejut. Itu pasti sebuah skill tombak yang kuat.
"Kau tidak bisa membantah kehendak Dewa! Aku adalah Dewa!"
Selain serangan Filo, semuanya terhempas. Tombak itu memancarkan cahaya.
"Ugh!"
"Ouch!"
Cahaya dari tombak itu mencapai aku. Rasanya seperti cahaya itu mencoba untuk merobekku dari dalam. Itu sangat menyakitkan.
Sebuah skill serangan balik?! Seberapa menjengkelkan dia?!
"Tapi kau gak bisa menghentikan kami!"
"Benarkah?"
Lalu senjatanya berubah menjadi busur dan dia melompat mundur.
"Jangan biarkan dia lolos! Filo!"
"Oke! Haikuikku!"
Filo tepat berada didepan dia dalam sekejap dan menendang.
Tapi si high priest lenyap tepat saat tendangan Filo hampir kena.
Dia gak boleh lolos. Dia harus mati.
Kemana... Dimana dia? Saat aku mulai bertanya-tanya, high priest dalam jumlah yang banyak tiba-tiba muncul!
Apa lagi sekarang? Semua pengikut tiba-tiba berubah wujud. Mereka tampak sama persis seperti high priest!
"Mirage Arrow?!"
Itsuki berteriak.
"Skill itu membentuk ilusi dan membingungkan musuh! Hati-hati!"
Sial.... gimana caranya kami menemukan high priest yang asli?
Seluruh tempat dipenuhi dengan para high priest, dan sepertinya semakin lama semakin banyak.
"Heh, heh, heh... Itu menarik, tapi sudah saatnya kita mengakhiri ini."
Semua high priest itu mengangkat busur mereka dan menarik talinya. Dia siap untuk menggunakan sebuah skill.
"Ini adalah skill yang paling kuat. Iblis Perisai, kuharap kau menikmatinya."
Busur itu bersinar. Sial! Aku mungkin bisa selamat, tapi gimana caranya kami melakukan serangan balik?
"Aku adalah sang ratu dan sumber dari segala kekuatan. Dengarkan kata-kataku dan patuhilah. Tahan mereka dalam kurungan es! All Drifa Icicle Prison!"
Semua high priest tiba-tiba menyadari bahwa kaki mereka terjebak dalam es.
Lalu, satu per satu, para high priest palsu kembali ke wujud asli mereka.
"Sekarang."
Siapa itu? Tidak, aku gak punya waktu untuk mengkhawatirkan itu sekarang. Aku harus fokus mengalahkan high priest. Aku harus menghabisi satu-satunya musuh sejati itu.
Blood Sacrifice!
Saat aku memikirkannya, kata-kata yang diperlukan muncul dalam pandanganku. Aku mengucapkannya.
"Biarkan penjahat bodoh ini dihukum sebagaimana kurasa setimpal. Teriakan pengorbanan pada langit! Biarkan jeritan si bodoh ini menembus langit! Biarkan rahang naga yang terlahir dari dagingku menghapus dia dari dunia ini! Blood Sacrifice..... Ugh!"
Ap....Apa?!
Saat aku menyelesaikan pemanggilan skill, darah keluar dari mulutku dan pori-poriku, dagingku robek, dan tulang-tulangku menjerit kesakitan.
Apa ini adalah sebuah skill bunuh diri?!
High priest melihat aku berteriak kesakitan dan tersenyum.
Tapi sesaat setelahnya... serangkaian rahang yang mirip jebakan beruang yang besar muncul tepat di bawah kaki high priest. Tidak.... Aku bisa menyebutnya rahang naga yang terbuat dari logam.
Gak seperti perangkap beruang normal, yang ini punya beberapa barisan gigi logam... Itu benar-benar tampak seperti seekor naga membuka mulutnya dari bawah tanah, dan seperti seekor hiu, itu memiliki banyak lapisan barisan gigi.
"Apa...."
Sebuah sentakan logam yang keras menggema di area, dan rahang itu menutup si high priest.
"UGAHHHHHHH!"
Jeritannya menggema di udara.
Ada sebuah kilatan, cipratan darah, dan sebuah bayangan hitam.
"Apa ini?!"
Rahang itu menutup, tapi yang bisa dilakukan rahang itu adalah memberi damage besar pada high priest yang dengan cepat mengeluarkan skill untuk menghancurkan rahang itu. Akan tetapi, serangannya gak efektif.
Rahang itu menutup dua kali, tiga kali, dan replika senjata legendaris itu dipenuhi retakan. Rahang itu menutup lagi, dan dengan itu terdengar suara logam yang pecah dan berhamburan. Lagi dan lagi, seolah tersenyum, rahang itu menutup lagi.
Itu... sangat kejam.
"Ugh... Aku... Dewa..."
(TL note: jujur saja aku bingung nerjemahin yang ini, Inggrisnya "Ugh... I... bl... God...", jadi aku terjemahin sekenanya aja)
Akhirnya, si high priest tewas. Rahang itu menutup untuk terakhir kalinya dan tenggelam kedalam tanah—lenyap.
"...."
Kami semua memperhatikan dalam keheningan.
Semua skill yang berasal dari Curse Series adalah hal-hal yang berbau gore. Gimanapun juga, itu adalah Soul-Eating Shield.
Setelah melihat itu, aku setuju dengan peringatan Fitoria.
Aku menyadari, dan setuju, bahwa itu bukanlah sesuatu yang harus digunakan sembarangan. Para penganut yang tersisa saling berbisik dalam keputusasaan.
"...Dan ini adalah akhir dari kalian semua."
Pasukan bantuan menyerbu kerumunan penganut dan mulai menangkap dan mengikat mereka.
Jadi kurasa kami menang.
Aku memperhatikan para pasukan bantuan, namun kemudian aku terhuyung kedepan dan jatuh dari Filo.
Shield of Wrath telah membuka sebuah skill baru, Blood Sacrifice.
Itu sangatlah kuat, tapi bayarannya sangat besar....
"Master?!"
Filo berlumuran darahku. Dia memelukku, dan dia tampak sangat kuatir.
Perisaiku kembali ke Chimera Viper Shield.
"Kau terluka parah! Seseorang! Seseorang tolong!"
Seorang perwira wanita berlari mendekat saat Filo berteriak.
"Bunda?!"
Melty berteriak saat dia melihat wanita itu.
Itu benar... Perwira yang memimpin pasukan bantuan.... Dia tampak sama persis dengan doppelgänger ratu.
Mulutnya disembunyikan dengan sebuah kipas yang terlipat, tapi aku sangat yakin.
"Kinerjamu sangat mengesankan, Pahlawan Perisai."
Dia pasti merupakan orang yang berteriak dan menghentikan high priest.
"Semuanya! Menyembuhkan luka Pahlawan Perisai adalah prioritas tertinggi kita! Ini adalah perintah kerajaan. Apapun yang terjadi, Pahlawan Perisai harus selamat!"
"Baik!"
Tim medis dari pasukan bantuan berlari ke tempat aku berbaring dan mulai menggunakan mantra padaku.
"Drifa Heal."
Aku diselimuti oleh cahaya, tapi rasa sakitku gak menghilang.
"Ini.... Ini adalah sebuah kutukan. Tapi aku tidak pernah melihat kutukan yang sekuat ini."
Tim medis saling bertukar tatapan terkejut. Mereka mulai menggunakan sihir anti kutukan. Mereka memberiku air suci. Tapi gak ada yang berhasil.
"Kita harus menyelidiki ini lebih lanjut! Semuanya cepatlah! Ya, kau juga!"
Sang ratu memberi perintah pada Filo dan tim medis, dan mereka semua berlari.
"Uh...."
Seluruh tubuhku menjerit kesakitan. Tapi aku gak boleh kehilangan kesadaran.... tidak disini.
Karena aku masih gak tau apakah ratu itu kawan atau lawan.
"K...Kau sang ratu?"
"Ya, aku Ratu Melromarc, Mirellia Q. Melromarc. Aku minta maaf bahwa butuh waktu lama bagi kami untuk sampai disini."
"Ya... itu betul-betul... lambat."
Lambat, lambat untuk melakukan sesuatu dan segalanya. Apa dia punya kekuasaan, atau tidak? Apa dia memerintah negeri, atau tidak?
Apa dia memahami segala sesuatu yang telah terjadi?
Aku punya banyak hal yang ingin kukatakan pada dia.
Aku ingin memberitahu dia seberapa mengerikan putri dan suaminya... Aku punya banyak sekali kebencian.
"Itu benar... Semua ini adalah kesalahanku."
"Bunda...."
"Mama, kenapa kau meminta maaf pada orang seperti dia?!"
Si Lonte menunjuk padaku dan berteriak histeris. Pembuluh darah mencuat di keningnya.
"Malty... Ada banyak hal yang harus kita bicarakan saat kita sampai di istana. Kusarankan kau mempersiapkan diri."
Seluruh area nampak bergemuruh dan bergetar. Gak seorangpun marah padaku, tapi aku masih merasakan syaraf-syarafku menegang dan merinding.
Sang ratu menjentikkan jarinya, dan dua Shadow muncul dibelakang Lonte. Mereka mengikat dia.
"Tapi, Mama!"
"Bungkam si bodoh itu."
"Ha!"
Mereka membungkam mulutnya dan membawa dia pergi.
"Apa yang kau lakukan pada Myne?!"
Motoyasu berdiri disana, tak mampu mempercayai matanya sendiri.
"Aku adalah ibunya Malty. Aku hanya menggunakan wewenangku untuk membawa dia kembali ke istana. Nah sekarang, para Pahlawan, pertempuran sudah berakhir. Mari kita kembali ke istana dengan tenang."
Sang ratu memiliki aura kuat yang segera membungkam Motoyasu dan yang lainnya. Adapun untukku, aku gak punya tenaga yang tersisa untuk mengeluh. Tadi itu adalah pertempuran yang sangat sulit.
"Adapun untukmu, Pahlawan Perisai, atau harus kupanggil Tuan Naofumi Iwatani? Penyembuhan luka-lukamu adalah prioritas tertinggiku, jadi beristirahatlah. Aku akan membuat semua persiapan yang diperlukan."
Tim medis datang sambil membawa berbagai obat, peralatan, dan air suci.
Itu tampak sangat mirip dengan ambulan di dunia asalku.
"Tapi... Tapi aku..."
Apa yang kau lakukan disini? Bukankah kau seharusnya berada di negeri di barat daya? Aku punya banyak sekali pertanyaan.
"Aku paham. Kenapa sepanjang waktu ini tidak ada? Kenapa aku tidak membantumu? Jika aku seharusnya berada di negeri lain, kenapa aku ada disini, memimpin sebuah pasukan? Ada banyak sekali yang harus kita bicarakan, tapi untuk saat ini, fokus saja pada penyembuhan."
"Tuan Naofumi!"
Raphtalia tampak sangat kuatir. Dia menangis saat dia berjalan ke sampingku.
"Kupikir jantungku berhenti berdetak! Tolong katakan padaku kalau kami baik-baik saja!"
"Yah... Aku...."
Aku betul-betul merasa aku terluka parah. Semuanya terasa sakit, dan aku kelelahan.
Filo nampaknya paham kalau semuanya akan baik-baik saja. Dia berubah ke wujud manusia, dan dia serta Melty mendekat ke kereta yang mereka gunakan untuk mengangkut aku.
"Luka-lukamu sangat serius. Cepat ke sini."
Filo juga terluka. Tubuhnya terbakar api terkutuk. Tim medis memanggil dia.
"Gak mau! Aku mau bersama Master!"
Mungkin dia sangat kuatir pada luka-lukaku? Aku cuma bisa menebak saja, tapi dia menolak ikut bersama mereka.
"Filo, gak apa-apa. Orang-orang ini ada disini untuk menyembuhkan Naofumi."
Melty sangat kuatir. Dia memeluk Filo dan membelai rambutnya.
"Tapi Master...."
"Kau tau bahwa Naofumi ingin kau menyembuhkan luka-lukamu. Dia gak mau melihatmu kayak gini, kan?"
Mungkin dia bertanya-tanya apakah itu benar atau enggak, Filo memiringkan kepalanya dan menatap aku.
Beneran deh. Dia selalu egois, tapi sekarang dia kuatir?
"Gak apa-apa. Sembuhkan dirimu sana."
Kata-kataku keluar hampir seperti bisikan, lalu Filo mengangguk, dan dia pergi untuk menerima perawatan dari tim medis. Mereka mulai merapal mantra-mantra yang mereka anggap efektif terhadap kutukan.
"Kutukan ini sangat kuat...."
Tim medis saling berbisik. Kurasa itu betul-betul sebuah kutukan yang sangat kuat.
Curse Series ternyata memang sesuai dengan namanya.
Perisai itu sangat kuat, jadi aku harus berhati-hati untuk menggunakan hanya kalau aku membutuhkannya saja. Tetap saja, Blood Sacrifice ini merupakan hal yang lain lagi. Skill itu meminta sangat banyak dariku, sama seperti yang dikatakan Fitoria. Itu mengundang kehancuran diriku sendiri.
"Cepat lakukan persiapan 'Sanctuary'!"
Apa itu sihir yang mementahkan Self Curse Burning punyaku?
Orang-orang yang berkumpul bukan cuma dari Church of the Three Heroes... tapi mereka nampaknya bagian dari religi lain... tapi apa? Mungkinkah itu Church of the Shield? Itu nampak seperti sesuatu yang bisa kuabaikan....
Aku memikirkan semua itu, lalu mataku mulai terasa sangat berat.
"Tuan Naofumi!"
"Naofumi!"
Raphtalia dan Melty menggoyang-goyang aku agar bangun.
"Huh? Apa?"
"Kamu harus tetap bangun."
"Apa yang kamu bicarakan? Kamu bertindak seolah aku sedang sekarat. Tapi aku gak sekarat. Aku baik-baik saja."
Meski aku gak bisa menyalahkan mereka berpikir begitu. Aku betul-betul bisa tewas.
Sudah pasti gak boleh mati ditempat seperti ini.... tapi aku sangat lelah.
Aku ingin tidur... meski cuma sebentar.
Tapi gak boleh. Aku masih belum aman. Kami belum berada di tempat yang aman, tapi aku bahkan gak bisa bergerak.
Dan juga....
"Raphtalia, kalau sesuatu tampak aneh, bawalah Melty, naiklah ke Filo, dan larilah!"
"Baik. Tapi kalau betulan seperti itu, aku akan membawamu bersama kami."
"Maaf. Kurasa aku gak bisa membuatkan sarapan untukmu besok. Aku butuh... istirahat."
Saat aku berbicara, aku merasa pandanganku memudar. Sesaat setelahnya aku tertidur lelap.
"Tuan Naofumi! Kamu gak boleh tidur. Gak boleh! Tuan Naofumi—"
***