"Astaga! Maniak harem itu betul-betul keras kepala!"
Itu sungguh menjengkelkan sampai-sampai aku mengeluarkan cemoohan secara gak sengaja.
Tapi itu wajar sih. Kami dituduh menculik dan mencuci otak Melty, dan kami dalam pelarian.
Kami pergi ke jalanan pegunungan yang terjal agar para prajurit yang mengejar kehilangan jejak.
Tapi mereka masih saja terus mengejar.
"Sialan! Nggak ada hal bagus yang terjadi sejak aku datang ke dunia ini!"
Keluhanku membuat segala sesuatu yang terjadi beberapa bulan terakhir teringat kembali dalam pikiranku.
Namaku Naofumi Iwatani.
Saat di dunia modern, kuakui aku seorang Otaku. Aku seorang mahasiswa universitas berusia 20 tahun.
Tapi itu sebelum segalanya berubah. Aku sedang mengisi waktu kosong di perpustakaan lokal lalu aku menemukan sebuah buku dia berjudul The Records of Four Holy Weapons. Aku membuka halamannya, lalu secara tiba-tiba, aku pingsan dan terbangun di sebuah dunia yang betul-betul baru.
Bukan cuma itu, aku dipanggil kesini sebagai salah satu dari empat pahlawan yang disebutkan dalam buku itu. Aku adalah Pahlawan Perisai—satu-satunya pahlawan yang gak bisa menyerang.
Pada awalnya aku gembira. Dunia ini kayak sebuah dunia mimpi—dan aku adalah seorang pahlawan! Aku sangat ingin keluar dan berpetualang. Tapi ada orang-orang licik dan pengecut menjebak aku dan memfitnah aku atas kejahatan yang gak ku perbuat. Reputasiku betul-betul hancur, dan aku dianiaya. Mereka menuduhku atas pemerkosaan dan mengucilkan aku sendirian, meskipun aku nggak bisa menyerang, dan aku nggak kenal siapapun. Aku harus mencari cara sendiri.
Akan tetapi, ada fenomena aneh bernama "Gelombang" yang mengancam akan menghancurkan dunia.
Saat gelombang itu terjadi, aku secara otomatis (dengan paksa) dipindahkan ke tkp. Aku harus melawan monster-monster untuk melindungi dunia yang telah memperlakukan aku secara buruk.
Yang lebih buruk lagi, Perisai Legendaris yang melekat pada lenganku gak bisa dilepaskan. Itu terasa seperti semacam kutukan.
Jadi bukan cuma aku mempertaruhkan nyawaku untuk menyelamatkan orang-orang yang melukai aku, tapi aku bahkan nggak bisa lari meski aku mau.
Karena perisai itu, aku gak bisa menggunakan senjata lain, dan meski aku memukul musuh dengan tinjuku, aku nggak bisa menghasilkan damage yang besar.
Disisi lain, perisai ini punya kemampuan untuk menyerap musuh yang telah dikalahkan dan material-material, dan dengan melakukan itu akan membuka kemampuan serta perisai baru. Perisai Legendaris bisa berubah bentuk menjadi perisai yang berbeda disertai atribut-atribut yang berbeda.
Di dunia baru ini, aku mendapati diriku bisa difungsikan seperti dalam video game. Ada suatu jenis sihir bernama "status magic", dan itu pada dasarnya membuatku naik level dengan mengalahkan musuh, saat aku naik level, aku jadi semakin kuat.
Konsep abstrak dari level mungkin agak nggak masuk akal, tapi pada dasarnya, semakin keras kau berusaha, semakin kuat jadinya—tipikal dalam proporsi pada tingkat kesulitan dari tugas yang kau selesaikan. Aku cukup terbiasa pada sistem kerja tersebut dari membaca manga, anime dan game, jadi aku bisa memahaminya cukup cepat.
Aku berlevel 39. Aku naik level sampai segitu setelah semua yang telah kulalui.
"Apa kita sudah mengecoh mereka?"
"Enggak, mereka masih mengejar."
"Sialan!"
Aku dikejar oleh seseorang bernama Motoyasu Kitamura. Dia berusia 21 tahun.
Seperti aku, dia juga dipanggil ke dunia ini dari dunia lain. Dia berasal dari Jepang versi modern juga, tapi berbeda dari Jepang tempat asalku. Dia adalah Pahlawan Tombak.
Diantara kami berempat, dialah yang paling tampan. Kami sama-sama laki-laki, tapi aku bisa mengakui itu.
Tapi dia adalah buaya darat. Yang ada di otaknya cuma tentang cewek.
Motoyasu dan dua pahlawan yang lain nampaknya mengetahui tentang dunia ini karena mereka telah memainkan game yang mirip dengan dunia ini sebelumnya. Mereka tau kemana harus pergi dan apa yang harus dilakukan untuk naik level secepat mungkin.
Meskipun mengetahui segala macam hal, Motoyasu menolak memberitahuku, dan dia memainkan peran besar dalam pemfitnahan terhadap aku.
Kalau dia punya banyak waktu luang untuk menggangguku, bukankah dia seharusnya bertarung untuk menyelamatkan dunia atau semacamnya?
Ada dua pahlawan lain. Pahlawan Pedang namanya Ren Amaki, dan Pahlawan Busur namanya Ituski Kawasumi. Mereka berdua juga dipanggil dari Jepang versi modern yang lain.
Ren berusia 16 tahun. Dia berambut hitam dan tekihat sangat "dingin". Dia adalah tipe pendekar pedang pendiam
Itsuki berusia 17 tahun, kurasa. sekilas dia terlihat pendiam dan membosankan, tapi dia nampaknya sangat terampil.
Sepertinya Ren atau Itsuki nggak mengejar aku. Mereka pasti sudah mulai merasa curiga tentang semua hal yang telah terjadi.
"Haruskah aku menyembunyikan kita dengan sihir?"
"Boleh."
Cewek yang menyarankan sihir itu bernama Raphtalia.
Dia punya telinga dan ekor tanukikarena dia adalah seorang cewek demi-human tipe rakun.
Dia kelihatan berusia sekitar 18 tahun. Sedikit lebih pendek dari aku, dia kelihatan riang, menarik, dan serius. Kau nggak perlu berteman dengan dia untuk menyadari seberapa menariknya dia.
Rambutnya panjang berwarna cokelat, bergelombang dan berkilauan. Lengan dan kakinya ramping. Dia betul-betul terlihat seperti seorang model.
Setelah aku dipanggil ke dunia ini dan difitnah dan dikucilkan tanpa teman atau equipment ataupun uang, aku bertemu dengan Raphtalia. Sebenarnya sih, aku membeli dia sebagai seorang budak dengan simpanan uang yang bisa ku kumpulkan sendiri.
Dia berada dibawah kutukan budak yang mana memberiku kendali penuh atas dia, termasuk hidup dan matinya dia. Aku bisa menetapkan peraturan pada kutukan itu, dan akan membuat dia kesakitan kalau dia melanggar peraturan itu. Setelah aku dihianati dan difitnah, aku sepenuhnya kehilangan kemampuan untuk mempercayai orang, dan itu sebabnya aku membeli seorang budak, karena mereka mau tak mau harus melakukan apapun yang kukatakan. Dengan adanya kutukan budak pada dirinya, Raphtalia nggak akan bisa bohong.
Aku nggak bisa menimbulkan damage pada musuh, jadi dia menggunakan pedang dab bertarung menggantikan aku.
Saat aku membeli dia, dia adalah seorang gadis kecil—berusia sekitar 10 tahun.
Tapi para demi-human tumbuh secara berbeda dari manusia normal. Saat mereka muda, tubuh mereka menjadi seiring level mereka.
Dia naik level cukup cepat, dan itu sebabnya dia kelihatan lebih tua sekarang.
Proses pendewasaan itu mungkin penyebab para demi-human dan manusia diperlakukan sangat berbeda disini.
Sebelum gelombang pertama datang, Raphtalia dan aku bisa naik level dan mendapatkan equipment yang cukup bagus untuk bertahan hidup dalam bencana itu. Tapi kemudian Motoyasu mendengar bahwa aku menggunakan seorang budak, dan menantang aku duel—meskipun aku sama sekali nggak bisa menyerang.
Raja negeri ini yang memanggil kami, Melromarc, menyuruh duel itu dilakukan, dan dia bahkan tau kalau aku kalah karena campur tangan pengecut. Jadi Raphtalia dibebaskan dari kutukan budak itu, tapi dia memutuskan bahwa dia tetap ingin bersamaku. Dia tetap di sini di sampingku sebagai budakku.
Akan tetapi, dia nggak pernah melakukan sesuatu yang akan mengaktifkan kutukan budak tersebut, dan aku menghapus semua pengaturan budak yang bisa berdampak pada hubungan kami. Jadi dia betul-betul seorang budak cuma dalam nama saja.
Raphtalia ingin bertarung bersama seorang pahlawan untuk menyelamatkan dunia.... Dia ingin bertarung melawan gelombang.
Dimasa lalu, sebelum gelombang datang, Raphtalia tinggal di sebuah desa bersama keluarganya. Dia kehilangan segalanya saat gelombang datang, termasuk kedua orangtuanya dan desa itu sendiri.
Itu sebabnya dia ingin melakukan sesuatu tentang gelombang itu.
Para pahlawan bertugas melawan gelombang itu, dan dia kehilangan segalanya karena gelombang itu—tujuan kami sudah sangat jelas.
Awalnya aku menganggap Raphtalia sebagai seorang budak yang mudah digunakan, tapi sekarang dia adalah partnerku yang berharga, tangan kananku, dan aku punya perasaan orangtua terhadap dia. Aku betul-betul ingin melindungi dia, dan menjauhkan dia dari bahaya, tapi Raphtalia terseret ke dalam pertempuran, dan aku nggak bisa menghentikan dia.
Dia berlevel 40.
"Serahkan padaku."
"Makasih—maaf."
"Apa yang kamu bicarakan? Kita berada dipihak yang sama. Kamu nggak perlu merasa kayak gitu."
"Kamu benar. Hanya saja... orang itu keterlaluan keras kepalanya!"
"Aku tau."
Nah lagi-lagi aku begini, mengeluh tanpa berpikir.
"Apa yang harus aku dan Mel lakukan?" tanya Filo.
"Pertanyaan bagus. Filo, kau tetap dalam wujud manusia. Kalau ada masalah, berubah menjadi Filolial. Melty, kau tetap diam."
"Okeeeee!"
"Caramu mengatakannya, itu seperti kau menganggap aku cuma menghambat saja!"
"Ya ya ya.... Baiklah, Melty, kau terus awasi bagian belakang."
Dua orang yang berteriak padaku, keduanya adalah gadis muda.
Yang pertama Filo.
Dia adalah cewek berpenampilan usia 10 tahun yang punya sayap kecil, rambut pirang, dan mata biru.
Dia punya mata biru yang liar, pipi lembut, dan sikap naif.
Dia mengenakan gaun one-piece dengan pita besar didada. Itu adalah sebuah pakaian sederhana, tapi itu mengeluarkan faktor kemanisan dari wajah dan sayap kecilnya.
Tapi dia sebenarnya adalah Ratu dari para Filolial—monster burung yang besar penarik kereta.
Wujud sejatinya adalah burung hantu raksasa.... atau pinguin... burung yang lebih besar daripada seseorang. Dia bisa lari sangat cepat.
Bulunya kebanyakan berwarna putih, dengan bercak-bercak merah muda.
Dia sangat kekanak-kanakan dan polos. Dia makannya kayak babi, dan lebih gila di bandingkan dengan penampilan tenangnya.
Dia pelahap yang akan memakan segalanya. Bahkan dia pernah mencoba memakan daging busuk dari seekor naga yang mati.
Kami bertemu saat aku dan Raphtalia pergi untuk memasang kembali kutukan budak pada Raphtalia. Penjual budak itu memiliki sebuah bilik di tendanya dimana kau bisa memilih telur monster dari sebuah kotak telur besar. Aku mengambil sebutir telur, dan Filo menetas dari telur itu.
Dia lahir baru dua bulan kemarin.
Karena suatu alasan yang gak betul-betul aku pahami, dia mendapatkan kemampuan untuk berubah wujud menjadi seorang cewek manusia dengan sayap kecilnya di punggungnya. Sekarang dia menghabiskan sebagian besar waktunya dalam wujud manusia saat dia nggak menarik kereta.
Dia suka menarik kereta berat lebih dari apapun. Dia selalu melihatku saat dia melakukannya, seolah dia ingin aku memberi dia pujian.
Tapi dia baru-baru ini punya seorang teman dan memahami bahwa ada hal yang lebih penting dalam kehidupan selain makan, tidur dan bermain.
Tetap saja, karena Filo lah kami bisa bepergian sambil menjual barang, dan begitulah cara kami menghasilkan uang.
Filo menganggap aku sebagai pemiliknya, dan Raphtalia sebagai kakaknya. Sejujurnya, aku mulai menganggap Filo seperti seorang putri.
Dia berlevel 40—sama seperti Raphtalia.
"Tuan Naofumi. Ulurkan tanganmu...."
"Tentu."
Ekor Raphtalia mengembang saat dia bersiap menggunakan sihir.
Aku memegang tangannya erat-erat.
"Hei! Mbakyu sama Master bermesraan! Aku juga mau bermesraan!"
"Kami nggak bermesraan! Pikirkan tentang situasi kita saat ini."
"Tapi.... Tapi, Mbakyu! Kau selalu menguasai Master sendirian!"
"Gak apa-apa, tapi kalau kau nggak bisa diam, kita gak akan bisa kabur dari orang jahat itu. Melty — buat dia diam."
"Baiklah. Filo, kamu harus tenang dulu."
"Booo! Mbakyu! Kau tau kalau Master sangat menyukai aku!"
"Apa yang kau bicarakan?"
"Kalau kamu nggak segera diam, mereka akan menangkap kita!"
Itu adalah Melty.
Nama panjangnya Melty Melromarc.
Dia setinggi dan seumuran Filo, tapi rambutnya berwarna biru cerah—sangat mencolok.
Rambutnya dikuncir. Wajahnya selalu menampilkan penampilan maksud yang berat. Dia biasanya mengenakan gaun gotik berjumbai, tapi pada saat ini dia mengenakan pakaian petani yang murah dan compang-camping.
Dia sama menariknya seperti Filo atau Raphtalia. Kau bisa bilang kalau dia akan menjadi wanita yang sangat cantik saat dia tumbuh dewasa. Adapun untuk kepribadiannya, aku nggak betul-betul memahami dia. Dia berhati-hati dalam berbicara dan terkadang ujung-ujungnya terdengar sarkatis.
Beberapa saat yang lalu aku menyuruh semua orang untuk diam, dan dia mengatakan padaku untuk berbentuk membentak.
Saat pertama kali kami bertemu, dia berbicara sangat sopan dan memperhatikan bahasanya—tapi semakin banyak waktu yang kami habiskan bersama semakin gak sabaran dan semakin sederhana dia jadinya.
Itu wajar sih kalau kau memikirkannya.
Melty ini adalah putri kedua dari negeri yang saat ini mengejar-ngejar kami.
Hidupnya dalam bahaya, jadi dia gak punya pilihan lain selain kabur bersama kami.
Tapi dengan terus bersama kami, dia membuat kami berada dalam bahaya juga. Itu sebabnya kami dikejar-kejar.
Melromarc nggak menganggap baik pada Pahlawan Perisai. Saat aku mulai berkelana dan membantu orang-orang, masyarakat mulai mempertanyakan apakah aku betul-betul sejahat yang mereka katakan. Itu adalah keraguan-keraguan yang ingin ditekan oleh Raja. Untuk melakukannya, mereka menjebakku pada kejahatan lain, dan sekarang aku adalah seorang buronan.
Ceritanya seperti ini: Melty adalah sang putri kedua yang mana juga kebetulan merupakan pewaris tahta. Jadi dia adalah pewaris kerajaan, dan mereka menuduhku menculik dia.
Kau mungkin berpikir bahwa kami cuma perlu menyerahkan dia pada pihak berwenang, tapi sayangnya itu nggak sesederhana itu. Ada orang lain yang merupakan garis keturunan kerajaan selain Melty, dan ada alasan untuk berpikir bahwa orang itu yang merencanakan pembunuhan terhadap Melty. Jadi kalau kami menyerahkan sang putri pada seseorang seperti itu, mereka sudah pasti ajan membunuh dia.
Jadi pada akhirnya kami terpaksa harus saling bekerjasama.
Kalau kami ingin membuktikan ketidakbersalahan kami, kami harus membawa Melty pada ibunya, sang Ratu Melromarc. Yang memperburuk masalahnya, sang Ratu saat ini nggak ada di Melromarc, tapi sedang mengerjakan misi diplomasi di negeri lain. Kami nggak bisa begitu saja mendatangi dia.
Selain itu, Melty dan Filo telah menjadi sahabat.
Melty sangat terobsesi pada para Filolial, dan dia serta Filo jelas-jelas satu pikiran. Mereka sangat cepat berteman.
Ibunya, sang Ratu, sepertinya telah mengirim Melty kembali ke Melromarc untuk memperbaiki hubungan antara sang raja (ayahnya) dan aku.
Tapi banyak hal telah terjadi sejak saat itu, dan kami nggak berada dalam hubungan yang baik.
Aku memanggil dia "Putri" selama beberapa waktu, tapi kemudian dia berteriak padaku dan meminta aku memanggil dia dengan namanya. Jadi sekarang kami memanggil satu sama lain dengan nama depan.
Seperti Filo, Melty nampaknya menganggap Raphtalia sebagai tipe kakak yang bisa diandalkan.
Dia berlevel 19. Sejak dia mulai ikut bersama kami, dia naik level satu kali.
"Jadi, Nona Raphtalia, sihir apa yang kamu gunakan?"
Dia sangat sopan pada Raphtalia. Kenapa nggak bersikap sopan lagi padaku?
Aku sedang memikirkan hal itu saat Raphtalia selesai merapal mantranya.
"Aku adalah sumber dari segala kekuatan. Dengarkan kata-kataku dan patuhilah. Sembunyikan kami! All First Hiding!"
Sebuah pohon muncul, terbentuk dari sihir, dan menggugurkan daunnya pada kami. Kami sepenuhnya tersembunyi dari pandangan.
Aku berjongkok didalam dedaunan itu dan menahan nafas.
Sesaat setelah itu Motoyasu dan rekan-rekannya sampai di tempat kami.
"Kemana perginya dia?"
Itu adalah Motoyasu, sang Pahlawan Tombak.
"Tuan Motoyasu, tidakkah kau pikir mereka telah pergi?"
Motoyasu punya tiga anggota party bersama dia. Mereka semua cewek.
Seseorang yang berlari mendekat dan berbicara pada dia adalah seseorang yang gak ku ketahui.
"Ayo bergerak."
"Tentu, tapi jangan lupa kalau Naofumi bersama dengan Raphtalia. Mereka bisa bersembunyi disuatu tempat disekitar sini."
Intuisi yang sungguh menjengkelkan, dia betul.
Tetap saja—kalau dia ingin menemukan kami, dia harus menggunakan sihir miliknya, atau setidaknya sebuah skill dari senjata legendaris miliknya.
Kalau dia melakukannya, kami mungkin akan ketahuan. Tapi tanpa menetapkan sasarannya, dia nggak akan bisa mengenai kami dengan sebuah sihir.
"Huh? Jejak kaki! Aku menemukan jejak kaki disebelah sini!"
Motoyasu berteriak pada ketiga cewek itu.
Jejak kaki yang dia temukan bukanlah jejak kaki kami, dan jejak kaki itu mengarahkan dia ke arah yang berlawanan dengan tempat persembunyian kami.
Kami menyuruh Filo berputar untuk membuat jejak palsu yang mengarah ke arah yang salah. Itu adalah rencana yang cukup bagus, dan kayaknya Motoyasu tertipu.
"Ayo kejar mereka. Ah... Melty ku tersayang. Aku nggak bisa percaya kau diculik dan dicuci otak oleh Iblis Perisai! Aku janji aku akan menyelamatkanmu!"
Orang yang baru saja bicara, yang menyebut nama Melty dan menyebut aku iblis, adalah orang yang sama yang memfitnah aku dan membuat aku ditendang dari kerajaan: si wanita jalang, putri kerajaan. Dia menggunakan "nama petualang" Myne Sufia, tapi nama aslinya adalah Malty S. Melromarc.
Dia adalah kakaknya Melty.
Dia adalah monster sejati—seorang wanita jalang keparat yang pernah kutemui. Dia suka melihat orang lain menderita, disaat yang sama, dia menjalani kehidupan kemewahan.
Aku puhya banyak alasan yang jelas untuk mencurigai bahwa dia adalah dalang dibalik segala yang terjadi pada Melty dan kami—bahwa dia adalah otak dibalik semua kejadian ini.
Karena perilaku dan kepribadiannya yang buruk, orangtuanya memutuskan untuk membuat Melty penerus tahta, meskipun wanita jalang itu lebih tua.
Sebenarnya, terakhir kali kami melawan dia pada dasarnya membuat niatnya terlihat sangat jelas saat dia mulai mengarahkan serangan pada Melty.
Aku membenci dia, dan aku memanggil dia "Wanita Jalang".
Suatu hari aku akan memastikan bahwa dia akan menerima ganjaran yang setimpal.
"Kita harus bergegas, Tuan Motoyasu. Aku ingin menangkap mereka secepat mungkin."
Wanita jalang itu menyuruh Motoyasu duluan, dan setelah Motoyasu pergi, dia mulai menyadap area sekitar.
"Kenapa juga musti repot-repot kayak gini? Kita cuma perlu membakar seluruh area ini."
Dia berkata begitu sambil mengeluarkan sebuah botol dari kantongnya. Dia membuka penutup botol itu dan mencipratkan isinya ke sekitar.
Aku punya perasaan buruk tentang botol itu.
Kalau aku keluar dari tempat persembunyian untuk menghentikan dia, maka Motoyasu pasti akan menangkap kami—jadi aku nggak punya pilihan selain duduk dan memperhatikan saja.
"Naofumi...."
"Shh!"
Melty menggoyang-goyang pundakku. Dia kelihatan kuatir. Aku bisa menebak apa yang mau dilakukan Lonte itu.
"First Fire."
Dia melambaikan tangannya, dan api keluar dari telapak tangannya lalu menyambar isi botol yang sudah ditumpahkan.
Area yang terkena isi botol itu terbakar.
Sudah kuduga. Dasar wanita jalang keparat! Dia akan membakar seluruh sisi pegunungan untuk mengasapi kami agar kami keluar? Apa baut di kepalanya ada yang lepas?
Apa kayak gitu seorang putri seharusnya bersikap? Segala sesuatu yang dia lakukan adalah kriminal.
Dia gak bermoral!
Dia mengabaikan api itu dan mengejar Motoyasu.
Api semakin menyebar, dan segera setelah api itu menyambar pepohonan. Kobaran api ada dimana-mana. Aku berbalik kearah yang dilewati Motoyasu, dan disana juga ada kepulan asap.
"Tuan Naofumi!"
"Melty, bisakah kau menggunakan sihir untuk memadamkan apinya?"
"Aku bisa memadamkan yang inu, tapi aku nggak bisa berbuat apa-apa terhadap api yang sudah dia nyalakan. Itu akan menyebar luas saat aku sampai cukup dekat."
Sialan... Wanita jalang itu berada dibelakang Motoyasu dan menyebabkan kebakaran sepanjang yang dia lewati.
Seberapa banyak kemalangan yang mau dia sebabkan pada kami sampai dia puas?
Dia pasti akan menuduhkan kebakaran ini padaku setelah ini.
Apa yang harus kami lakukan? Apa kamu punya waktu yang cukup untuk kembali dan memainkan peran pemadam kebakaran?
"Master! Asapnya tebal sekali!"
"Aku tau. Filo, berubahlah ke wujud Filolial-mu. Kita harus keluar dari sini secepat mungkin."
"Oke!"
"Apa yang akan kau lakukan dengan kebakarannya?"
"Aku nggak tau apakah itu akan banyak membantu, tapi bisakah kau menggunakan sihirmu untuk menciptakan hujan?"
Melty handal dalam sihir air. Itu sebabnya aku ingin tau apakah dia bisa melakukan sesuatu untuk mencegah kerusakan yang lebih besar lagi.
"Aku akan mencobanya, tapi aku nggak bisa menjanjikan apapun."
Melty berkonsentrasi pada merapal mantra.
"Aku adalah sumber dari segala kekuatan. Dengarkan kata-kataku dan patuhilah. Turunkan rahmat hujan! First Squall!"
Saat dia selesai merapal mantra, awan hujan menutupi langit, dan hujan lebat mulai turun.
Tapi hujan itu nggak melingkupi area yang sangat luas.
Kurasa itu lebih baik daripada nggak sama sekali.
"Seluruh tempat ini akan segera terbakar! Raphtalia, Melty, apa kalian punya ide selain lari?"
"Kakak gila! Apa yang ada diotaknya?"
"Dia akan mencoba memfitnah kita atas kebakaran ini!"
Area ini mulai dipenuhi asap. Kalau hujannya lebih lebat lagi....
Filo berubah ke wujud Filolialnya dengan kepulan asap, dan kami naik ke punggungnya. Aku menghentakkan tumitku, dan kami berlari kearah yang berlawanan dengan Motoyasu.
Dalam kekacauan kebakaran yang ganas, kami punya kesempatan untuk menjauh dari Motoyasu.
***