Chereads / Tate no Yuusha no Nariagari / Chapter 70 - Chapter 21 Bayangan

Chapter 70 - Chapter 21 Bayangan

"Tuan. Kita sudah sangat jauh. Kita seharusnya suudah aman sekarang."

Aku melepas jubahnya dan menatap pemilik suara misterius itu. Dan pemiliknya adalah salah satu warga dari kerajaan sebelah yang berbicara pada kami di perbatasan. Dia adalah salah satu orang yang nggak bicara saat itu.

"Kau.....?"

Aku merasa seperti itu bukanlah orang yang sama.

"Ingat yang kita bicarakan tentang dopplegänger yang menyamar sebagai bunda?"

"Um... Ya..."

"Inilah orangnya."

"Ini adalah pertemuan pertama kita, Tuan. Apa anda mengenali saya karena penjelasan putri Melty? Saya harap begitu, Tuan. Jika tidak, saya telah gagal sebagai bayangan."

"Kurasa kau mengatakan itu salah."

"Ini adalah perintah dari sang putri, jadi saya tidak punya pilihan, Tuan."

"Kita sudahi saja candaan ini... bicaralah. Kenapa kau menyelamatkan kami? Siapa kau? Apa maumu?"

"Saya adalah seorang anggota dewan rahasia Melromarc. Saya adalah "bayangan". Itu sebabnya saya membantu anda. Dan juga, saya tidak punya nama. Jika anda ingin memanggil saya, Tuan, silahkan panggil saya Shadow."

Shadow... Apa dia berusaha terlihat keren? Aku ingat pernah bertemu salah satu dari mereka sebelumnya. Itu terjadi saat di Riyute, saat aku balapan dengan Motoyasu.

Pasti ada suatu perbedaan antara cara berpikirku, yang datang dari dunia lain, dan cara berpikir warga dunia ini.

Kalau aku mulai mendaftar mereka semua, daftarnya akan sangat besar. Jadi aku mengabaikannya untuk saat ini.

"Kenapa kau menyelamatkan kami?"

Itulah yang paling ingin ku ketahui. Aku bisa memikirkan beberapa alasan, tapi nggak satupun yang kelihatan sangat memungkinkan.

"Saya tidak bisa menjawabnya, Tuan."

"Sungguh tertutup."

"Jika saya harus menjelaskan, saya bisa mengatakan bahwa tugas saya adalah melindungi Putri Melty."

"Itu nggak banyak menjelaskan."

Kalau itu alasannya, dia harusnya datang untuk membantu saat Melty mulai bertarung.

"Saya tau bahwa Pahlawan Perisai akan melindungi dia. Itu sebabnya saya tidak muncul."

"Kau...."

"Pertarungan itu terlihat cukup berbahaya, tapi kita berhasil kabur dengan aman. Saya yakin ini karena para Pahlawan lain memiliki keraguan terhadap misi mereka sendiri."

Jadi pada dasarnya, dia tau apa yang sedang terjadi, dan cuma melihat saat semua itu terjadi. Dia pasti sangat handal.

"Selain itu, saya sudah ada disini jadi saya akan menyampaikan berita tentang keberadaan sang ratu pada putri dan pada Pahlawan Perisai."

Shadow menunjukkan sebuah peta pada kami, dan dia menunjuk sebuah negeri di sudut barat daya.

Itu berlawanan arah dengan Siltvelt.

"Sang ratu saat ini berada di negeri ini. Itu berlawanan arah dengan negeri demi-human dimana anda ingin mencari ruangan jam pasir naga. Itu sangat jauh, dan oleh sebab itu persiapan anda tidaklah cukup untuk kesana. Anda butuh perlindungan."

"Yah...."

Aku mulai mencurigainya, tapi sekarang ini sudah jelas bahwa semua orang telah menebak kemana kami pergi.

Satu-satunya alasan yang bisa kupikirkan adalah bahwa para demi-human mempercayai Pahlawan Perisai—kebalikan dari gereja di Melromarc. Kalau aku berhasil kabur dan sampai di ruang jam pasir naga disana, itu akan sangat buruk bagi gereja dan Sampah itu.

Tentunya, aku ingin membuat mereka jengkel dengan datang ke kerajaan demi-human, tapi mempertimbangkan penjagaan ketat di perbatasan, pada dasarnya pilihan itu saat ini mustahil. Dengan kecepatan Filo, butuh dua minggu untuk sampai disana, dan kalau para pahlawan lain mencegat kami dan sampai disana duluan, maka kami nggak akan bisa menerobos. Belum lagi mereka bahkan telah mengantisipasi Filo serta kekuatannya—mereka bahkan membuat sebuah pencegahan untuk membuat dia nggak bisa bertarung.

Meski begitu, bahkan jika membutuhkan jalan memutar yang panjang, aku masih ingin kesana.

"Motif atas masalah anda saat ini sudah mengakar dalam. Jika memungkinkan, saya ingin para Pahlawan lain membantu kita."

"Apa maksudnya?"

"Church of the Three Heroes jelas-jelas telah melemah karena semua yang telah anda lakukan, Tuan. Itu sebabnya mereka sampai bertindak sejauh itu."

"Melemah? Mereka nggak kelihatan melemah buatku."

"Tunggu dan lihatlah apa yang akan terjadi saat warga mengetahui tentang rencana untuk membunuh putri Melty."

Memang benar kalau kami berhasil sampai sejauh ini karena banyak orang yang membantu kami.

Apa itu artinya bahwa penduduk akan kehilangan keyakinan pada ajaran gereja?

"Lihat? Ayah bukanlah orang yang berada dibalik semua ini."

"Shadow ini mungkin berbohong pada kita. Jangan begitu saja percaya yang dia katakan."

Aku harus memperingatkan sang putri, tapi aku masih tertarik mendengar apapun yang bisa Shadow katakan pada kami.

"Anggap saja aku percaya padamu untuk saat ini. Itu akan menjelaskan kenapa mereka berusaha memaksakan cerita pencucian otak yang konyol ini pada semua orang."

Apa yang telah kulakukan untuk mengganggu mereka? Menjual obat, membantu warga disana-sini. Apa betul-betul itu? Ironis, masalah terbesar bagi mereka mungkin adalah bahwa aku membersihkan kekacauan-kekacauan yang disebabkan oleh para pahlawan lain.

Kalau mereka punya keyakinan didasarkan pada memuja para pahlawan selain perisai, maka tindakanku sebenarnya mungkin memyebabkan mereka gelisah. Itu akan menggoyahkan keyakinan warga. Kalau mereka bisa meyakinkan semua orang bahwa aku melakukan semua ini melalui manipulasi dan pencucian otak, maka mereka bisa memulihkan keyakinan warga pada ajaran mereka. Disisi lain, kalau aku bisa membuktikan ketidakbersalahanku, itu akan menimbulkan pukulan fatal pada reputasi baik mereka dimata warga.

"Apa yang akan anda lakukan, Tuan? Apa anda ingin melanjutkan ke Siltvelt dan pergi ke ruang jam pasir naga disana?"

"Yah....."

Aku nggak bisa begitu saja menyerahkan tanggung jawab lalu pergi ke suatu tempat yang lain dan menjalani kehidupan penuh kedamaian. Kalau Siltvelt dan Melromarc akan berperang, itu nggak akan menyelamatkan aku juga—gelombang berikutnya akan datang, dan aku akan dipindahkan ke tengah-tengah musuhku lagi. Itu nggak akan bagus.

Dan coba pikirkan—orang-orang inilah yang membuatku berada dalam keadaan ini. Wanita jalang itu mungkin bekerja untuk gereja. Menurut putri kedua, si Sampah nggak ikut serta.

Itu artinya bahwa aku mungkin nggak cuma harus mendatangi ruang jam pasir naga, meminta bantuan, dan melancarkan serangan balik. Itu akan lebih masuk akal untuk menggunakan orang-orang yang sudah terbukti mereka percaya padaku. Kalau semuanya berjalan baik, kami akan menghemat beberapa hari juga.

Namun.....

"Katakan saja aku menemui sang ratu. Apa artinya buatmu? Kami mungkin berakhir menghancurkan gereja."

"Saya tidak bisa mengatakan itu pada anda, Tuan."

Jadi bayangan itu cuma memberiku informasi tentang sang ratu. Dia nggak berencana mengatakan padaku apa yang akan dilakukan setelah itu.

Tapi nggak diragukan bahwa dia bekerja untuk ratu.

Dia terhubung dengan sang putri dan bekerja untuk ratu. Jadi nggak masalah untuk mengasumsikan dia bertindak atas nama sang ratu. Itu artinya sang ratu pasti berpikir bahwa bertemu denganku akan membantu sang putri.

Sejujurnya, aku nggak paham apa yang diinginkan sang ratu.

Dari apa yang dikatakan sang putri, sepertinya prioritas tertingginya adalah menghindari perang dengan kerajaan-kerajaan tetangga. Selain itu, kalau dia mau repot-repot membantuku meskipun negerinya sendiri memiliki kepercayaan yang mendalam terhadap Iblis Perisai, dia pasti menganggap ancaman gelombang sangat serius.

Bayangan mengatakan bahwa dia ingin "bantuan" mereka.

Rencana sang ratu nggak sejalan dengan rencana gereja.

Yah, satu hal yang kurasa aman untuk diasumsikan adalah bahwa sang ratu bukanlah musuhku. Entah dia itu kawanku atau bukan, aku nggak tau. Tapi dia mungkin merupakan pilihan terbaik kami dalam situasi ini.

"Kali ini saja."

"Apa maksud anda, Tuan?"

"Kau menyelamatkan kami tadi. Jadi aku akan mempercayaimu kali ini. Apa kami harus bertemu sang ratu?"

Kalau sang ratu bisa mengakhiri seluruh bencana ini, aku harus mempercayai dia.

"Aku nggak betul-betul suka dengan ide di atur-atur—tapi mungkin itu adalah pilihan terbaik kami. Kalau kau menghianati kami...."

"Saya paham. Baiklah, saya akan pamit. Bagaimanapun juga, kita tidak tau kapan para bayangan dari gereja akan sampai."

"Gereja juga punya bayangan?"

"Kami bukanlah sebuah organisasi monolitis. Jadi harap berhati-hatilah."

"Gimana caranya?"

"Pahlawan Perisai, anda penuh dengan keraguan—mereka akan menyelamatkan anda. Anggap saja anda bertemu dengan seseorang yang berbicara seperti saya. Apakah anda akan langsung mempercayai mereka?"

Dia benar. Aku harus tetap waspada jika kami bertemu lagi.

"Baiklah kalau begitu, selamat tinggal."

Dia berpamitan dan menghilang dengan cepat.

Cara berbicaranya aneh, tapi kayaknya dia handal dalam pekerjaannya.

"Apa kita bisa mempercayai dia?"

Sejujurnya aku nggak tau.

"Ya. Bunda mempercayai dia."

"Aku nggak tau apa-apa tentang ratu."

Pola pikir sang Ratu nampaknya sangat berbeda dari Sampah atau wanita jalang itu—tapi aku nggak tau apa yang sebenarnya dia pikirkan. Segala sesuatu yang Mel dan Shadow katakan membuat sang ratu tampak seperti kawan buatku, tapi aku masih nggak tau apa tujuannya. Bagian terburuk yang gak bisa kuabaikan kemungkinannya adalah bahwa dia bersekongkol dengan gereja dalan rencana pembunuhan sang putri.

Kalau semua itu adalah bagian dari rencana sang ratu untuk membunuhku, maka aku sudah kehabisan pilihan.

Kalau kami berbalik dan menjauh dari Siltvelt, maka dia telah membuat kami semua masuk perangkap. Aku nggak mau mempercayainya, tapi ratu mungkin juga mengincar nyawa sang putri. Aku harus mencari tau apa tujuannya. Kalau aku bisa mengetahui dipihak mana dia berdiri, aku juga akan tau apa yang harus kulakukan.

"Yah, setidaknya kita tau kemana tujuannya kita."

"Ya. Ayo pergi."

"Ya. Ayo pergi. Filo."

Setidaknya, kami tau apa yang harus dilakukan sekarang. Itu membuat kami selangkah didepan daripada saat kami mencoba mencari tau gimana caranya melintasi perbatasan. Kami berbalik kearah barat daya dan mulai berjalan.

"Ya, tapi aku capek. Tanganku sakit, dan aku sudah menggunakan semua sihirku."

Filo duduk, kelemahan. Dia butuh istirahat.

"Dia benar. Selain itu, kita meninggalkan kereta serta semua barang kita."

"Kita gak punya pilihan."

Yang kami punya cuma tinggal uang, sedikit barang, dan pisau yang bisa kugunakan untuk masak.

Tapi kami bahkan kehilangan equipment milik Raphtalia.

Yang lebih buruk lagi, Filo terjebak dalam wujud manusia. Gimana caranya kami menyingkirkan ring itu?

"Raphtalia, bisakah kamu mencoba cara lain untuk melepas ring itu?"

"Akan aku coba."

Raphtalia memegang ring itu dan berusaha membongkarnya. Tapi ring itu nggak menunjukkan tanda-tanda merenggang.

"Keras banget."

Aku jadi kuatir. Tapi aku nggak bisa menunjukkan hal itu pada wajahku.

"Aku akan mencobanya juga."

Sang putri melangkah maju.

"Aku penasaran apakah sihir bisa bekerja?"

Aku ingat bahwa di dunia asalku memiliki sesuatu yang disebut air pemotong. Itu adalah sebuah mesin yang mengunakan tekanan air untuk memotong sesuatu. Aku berpikir tentang itu, mencoba mengingat cara kerjanya. Mel gelisah karena ring itu.

"Aku nggak bisa melakukannya, keras sekali. Kurasa kita membutuhkan seorang alkimia atau seorang pembuat item untuk melepaskannya."

"Tidak!"

Filo memasang wajah jengkel.

Itu wajar sih. Dia mungkin benci terjebak dalam wujud manusia. Dia nggak bisa menggunakan semua kekuatannya.

"Seorang pembuat item?"

"Ya. Kurasa itu mungkin disegel dengan sihir—yang mana artinya nggak ada kunci yang bisa membukanya."

"Seorang pembuat item...."

Raphtalia menatapku. Apa yang dia mau? Kurasa aku memang lumayan bisa dalam dasar-dasar pembuatan item.

"Tuan Naofumi, kamu handal dalam kerajinan tangan. Apa kamu mau mencobanya?"

"Aku memang lumayan bisa, tapi aku nggak tau gimana caranya membuka sesuatu."

Aku punya kawat kecil. Aku bisa mencobanya.

Memutar ring itu dengan tanganku, aku menemukan sebuah lubang kecil yang kelihatan seperti itu mungkin sebuah kunci. Aku memasukkan kawat itu kedalam lubang itu. Kalau aku bisa membukanya, aku penasaran apakah itu akan membuka suatu skill kerajinan tangan?

Aku memutuskan untuk memfokuskan kekuatan sihirku pada kawat itu. Huh? Sesuatu merespon pada sihir itu.

Penjual item yang pernah ikut kami telah mengajarkan aku sebuah trik tentang menggunakan keduanya disaat yang bersamaan. Aku menyentakkan kawat itu. Ring itu sepertinya dikunci dengan mekanisme yang rumit—meskipun aku merasa seperti aku bisa merusaknya secara paksa. Atau, kalau aku merusaknya aku mungkin nggak akan bisa melepasnya. Tapi kalau aku bisa merenggangkan pengunciannya, aku mungkin bisa menetralkan efek yang terjadi pada Filo.

Aku mencobanya dan menerapkan sihir pada kawat itu dan kemudian memasukkan kawat itu kedalam ring tersebut. Ada suara klik yang keras, dan ring itu mulai longgar. Itu seperti adegan dalam anime dimana mereka menggunakan senjata pelumpuh elektrik untuk merusak kunci elektrik.

"Ah."

Dengan kepulan asap yang dramatis, Filo berubah kembali ke wujud Filolial Queen-nya.

"Apa kau bisa mengerjakan sisanya dengan paksa?"

"Tentu!"

Filo menggunakan kakinya yang bebas, dan satu sayapnya untuk memegang ring itu. Menariknya dengan kekuatan yang besar, ring itu mulai merenggang.

"Sungguh cara yang kasar untuk melepasnya."

"Oh diam. Kau nggak bisa melepasnya kalau pakai perasaan."

"Makasih, Master!"

"Berhati-hatilah mulai dari sekarang. Motoyasu akan lebih berpersiapan lain kali."

Butuh banyak pekerjaan yang rumit untuk melepaskan ring itu. Kami nggak akan bisa melakukannya di tengah pertempuran.

"Baik!"

Dan setelah itu kami menuju ke tenggara se-rahasia mungkin.

Aku nggak tau apakah aku bisa menyakinkan mereka, tapi nggak ada tanda-tanda bahwa Ren atau Itsuki mengikuti kami. Bisa juga mereka mungkin mencegah kami di tengah perjalanan.

Meski begitu—pencucian otak? Mereka nggak mungkin sebodoh itu. Aku mungkin harus lebih mengkuatirkan Motoyasu.

Meski demikian, baguslah si pahlawan terkuat, Ren, dan Itsuki di penyerang jarak jauh nggak ada. Filo bisa mengurus Motoyasu, dan asalkan sang putri bersama kami, mereka nggak akan menyerang secara langsung.

Meski begitu, kami punya segunung masalah yang harus dihadapi.

"Apa yang harus dilakukan....."

Kami mulai mendiskusikan pilihan-pilihan kami.

***