Api berderak. Kami berkemah untuk malam hari.
Kami dalam jadwal untuk sampai di Kastil Kota Melromarc besok.
"Ahahahaha. Oh Filo! Kau betul-betul lucu!"
"Tunggu! Kena kau!"
"Kau menangkapku!"
Filo dalam wujud manusianya, dan meskipun kami ada di alam liar, dia begitu hiperaktif, dia berlari berputar-putar.
Itu menyenangkan untuk menginap bersama teman baikmu. Aku pernah melakukan itu sebelumnya, pada perjalanan sekolah liburan musim panas ke pantai, atau selama terkunci di ruang IPA, jadi aku paham seberapa menyenangkannya hal itu.
Tapi tetap aja, mereka berdua saling menyukai terlalu berlebihan.
Itu masuk akal sih. Filo nggak pernah betul-betul punya teman yang seusia dengan dia.
Tapi Mel berasal dari keluarga bangsawan, jadi mereka betul-betul nggak setara. Mel lebih seperti pemilik Filo.
Saat kau melihat mereka berdua, mereka kelihayan seperti sahabat. Jadi kurasa Mel nggak terlalu peduli bahwa Filo adalah seekor monster.
Saat kami berada diatas kereta, Mel mengeluarkan pembicaraan yang dalam tentang Filo, yang mana dia kayaknya mengetahui cukup banyak. Tapi dia mengatakan bahwa dia sedang dalam perjalanan panjang sebelumnya, dengan begitu dia mungkin sudah sering menaiki kereta Filolial. Mungkin itu yang membuat dia menyukai mereka.
"Tenanglah!"
"Baik!"
"Tuan Naofumi, kenapa nggak biarkan saja mereka bermain? Bukankah itu bagus untuk Filo memiliki teman?"
"Kurasa begitu..."
Nyaris nggak bisa dipercaya seberapa keras dan riangnya Filo bersama seorang teman.
"Mel, aku akan menunjukkan harta punyaku padamu!"
"Yay!"
Filo mengeluarkan sebuah tas yang selalu dia sembunyikan di kereta. Dia mengeluarkannya dan menunjukkannya pada Mel.
Aku penasaran apa isinya? Rasanya aku ingin tau. Apa yang dianggap Filo sebagai sebuah harta? Aku yakin itu cuma sampah, tapi kalau dia mengambil barang-barangku, aku harus menetapkan peraturan.
"Master, kau mau lihat juga?"
"Tentu."
Filo melambaikan tangannya untuk memanggilku, dan aku melihat kedalam tas itu.
Tas itu dipenuhi dengan potongan pedang patah. Dan beberapa sampah yang seperti permata yang berasal dari upaya gagalku dalam membuat aksesoris. Beberapa manik-manik kaca.
"Ini begitu berkilauan dan indah, kan?"
"Ya, itu indah."
Mel kelihatan agak bingung. Gimanapun juga itu adalah sebuah kantong sampah.
Dia mungkin tertarik pada barang-barang yang berkilauan karena dia adalah seekor burung. Kurasa aku pernah mendengarnya di suatu tempat bahwa burung-burung suka mencuri barang-barang yang berkilauan. Apa Filo melakukan hal yang sama?
"Apa ini?"
Ada sesuatu yang lain yang bercampur dengan kumpulan sampah itu. Aku mengambilnya.
Sebuah bola bulu berwarna coklat? Itu adalah sebuah bola yang lembut dan besar, tapi saat aku menekannya, aku bisa merasakan sejumlah benda keras yang lebih kecil bergerak didalamnya. Terlebih lagi, benda itu baunya mengerikan.
Aku betul-betul punya perasaan buruk tentang ini.
"Benda itu keluar dari mulutku!"
Benda ini keluar dari mulutnya. Berasal dari mulut Filo.
Kalau dia adalah seekor kucing, benda itu pasti adalah bola bulu. Kalau dia seorang manusia, maka itu adalah muntahan. Tapi Filo adalah seekor burung, dan para burung mengeluarkan... pelet?
Dengan kata lain, benda keras itu adalah potongan-potongan tulang monster yang bercampur dengan bulu-bulu Filo sendiri dan berbagai material lain.
"Astaga!"
Apa yang dia pikirkan? Dan bisa-bisanya-aku menyentuhnya! Aku melempar bola pelet itu jauh-jauh.
"Hei! Itu hartaku!"
"Itu bukan harta! Itu kotoran! Kalau kau memasukkan itu kedalam tas lagi, aku akan membuang semua hartamu!"
"Tapi...."
Mel melihat percakapan kami dengan penampilan kaget di wajahnya.
Kami selesai berbicara, dan aku membuat makan malam.
Untuk makan malamnya kami memasak monster yang kami tenui di jalan. Aku menusuknya dengan tongkat kayu dan membakarnya.
"Master, kau memang koki handal!"
"Itu benar. Kamu sangat handal dalam memasak, dan makanannya selalu lezat. Mel, kau coba juga."
Raphtalia memberikan satu tusuk pada Mel, yang mana dia menerimanya dengan senang.
"Maksudku, yang dia lakukan memanggangnya di api! Tapi rasanya begitu enak!"
Dia memakannya perlahan dan sambil merenung. Aku yakin dia akan memprotes memakan makanan barbar semacam itu, taou sepertinya kekuatiranku sia-sia saja.
Apa itu karena semua yang telah dia jalani dalam perjalanannya?
Aku menilai Mel dari penampilannya. Dia mungkin cuma seorang gadis pemberani yang blak-blakan.
Kami selesai makan, dan nggak ada yang perlu dikerjakan selain tidur. Tapi masih terlalu cepat untuk tidur.
Jadi kami punya waktu luang.
Aku cukup terbiasa bermalam di alam liar, jadi aku mengeluarkan buku sihir dan duduk untuk mempelajarinya.
Beberapa saat berlalu, dan Filo serta Mel mulai tenang. Mereka mungkin kecapekan dan tertidur.
Raphtalia sudah tidur tadi, jadi dia masih segar. Dia masih harus beristirahat-aku cuma nggak nyaman dengan pemikiran menyerahkan tugas jaga pada Mel dan Filo.
"Hm...."
Meskipun itu adalah sebuah buku untuk pemula, buku itu masihlah berisikan banyak jenis sihir yang berbeda.
Buku itu berisikan sihir seperti "First Guard" dan "First Heal."
Aku masih belum bisa menggunakannya, tapi sihir-sihir itu kayaknya sangat kuat untuk sihir tingkat pemula.
Aku sedang membaca tentang sihir-sihir untuk meningkatkan kekuatan serangan dan kelincahan. Ada begitu banyak yang ingin kupelajari, tapi grammarnya penjelasannya begitu sulit hingga mendekati mustahil.
Aku terkadang melempar kayu ke api, dan waktu perlahan-lahan berlalu.
"Mmmmm..."
Raphtalia perlahan-lahan berkedip-kedip, dan kelihatan ngantuk.
"Apa aku membangunkan kamu?"
"Enggak. Haruskah aku menggantikan kamu?"
"Kalau kamu mau."
"Baiklah."
Aku menemukan sebuah tempat bagus untuk menghentikan belajarku sab kemudian menerima tawarannya.
"Um... Tuan Naofumi?"
"Ada apa?"
"Filo dan Mel...."
Dia mengarahkan jarinya yang gemetaran pada sosok Filo yang sekarang ini tenang dalam wujud seekor burung raksasa. Filo tidur, sendirian. Dan pakaian yang Mel kenakan berserakan di tanah disekitar dia.
"Um...."
Dimana Mel? Aku yakin sekali tadi melihat dia tidur di perut Filo sambil setengah telanjang. Tapi saat aku melihatnya, dia nggak ada disana.
Bahkan sepatunya juga tergeletak di sana. Tapi dimana dia berada?
"Jangan-jangan...."
Aku tau Filo bisa jadi seekor babi, tapi....
(TL note: yang dimaksud disini sifatnya babi, rakus yang memakan apapun yang ada didepan matanya)
"Tuan Naofumi. Ingatkah saat kami mengancam para bandit dengan mengatakan pada mereka bahwa Filo memakan orang? Jangan-jangan dia...."
"Nggak mungkin! Dia nggak akan melakukannya!"
"Tapi yang kita bicarakan ini Filo."
"Tapi...."
Kurasa aku bisa mempercayainya. Apa dia pikir bahwa teman merupakan orang yang bisa aku makan saat kau menyukainya?
"Raphtalia. Haruskah kita berpura-pura nggak melihat apa-apa dan menyembunyikan barang bukti?"
"Ap..Apa yang kamu sarankan?"
"Kalau Filo memakan seseorang... dan itu adalah seorang putri bangsawan! Menurutmu kita harus bertanggung jawab atas hal itu?"
Aku ingin menghindari tanggungjawab itu kalau aku bisa. Maksudku, aku paham kalau itu salah. Tapi tetap saja!
Burung gendut sialan itu! Dia betul-betul tau caranya membuat kekacauan.
"Funya?"
Kepala Filo tiba-tiba terangkat saat dia bangun dan mengedipkan matanya.
"Apa yang terjadi? Master? Mbakyu?"
"Dimana Mel?"
"Mel? Dia tidur didalam buluku."
"Huh? Kok nggak kelihatan."
Aku barusaja memeriksanya beberapa saat yang lalu, aku yakin dia nggak ada disana.
"Mel, bangun."
"Hmm???"
Bulu-bulu punggung Filo bergoyang-goyang dan berdiri sebelum Mel mengeluarkan wajahnya dari bulu itu.
"Apa-apaan?!"
Gak mungkin. Nggak peduli gimana kau melihatnya, Filo nggak mungkin bisa menyembunyikan seseorang didalam bulunya. Itu sama sekali nggak masuk akal. Tapi Mel memang ada disana.
"Ada apa, Filo?"
"Master bertanya kamu dimana. Mangkanya aku membangunkan kamu."
"Aku cuma di punggungnya Filo. Disini hangat sekali!"
"Kenapa kau melepaskan pakaianmu?"
"Karena panas."
Mereka betul-betul membuatku bingung.
"Gimana bisa kau masuk segitu dalamnya?"
"Bulu Filo sangat lembut dan tebal! Coba masukkan tanganmu dan kau akan tau."
"Oke."
Saatnya telah tiba. Saatnya melihat seperti apa tubuh Filo yang sebenarnya.
Mel memanggilku, jadi aku mengulurkan tanganku.
"Whoa! Betul-betul dalam."
Aku menekan kedua tanganku sampai sepundak sebelum aku akhirnya merasakan sesuatu yang seperti kulit. Didalam betul-betul hangat. Kalau sedalam itu, aku bisa paham bagaimana Mel bisa tidur didalamnya tanpa seorangpun yang menyadarinya.
"Aku nggak ngerti kenapa ada segitu banyaknya ruang disana."
"Aku tau!"
"Ayo cabuti semua bulunya dan kita lihat seperti apa dibalik bulunya. Kita bisa menjual bulunya juga, mungkin itu akan menghasilkan uang."
"Tidak."
"Tapi Holy Saint! Kau gak boleh mengancam Filo!"
"Bercanda."
Astaga, aku bisa membayangkan seberapa anehnya tubuhnya Filo.
***