Chereads / Jalan Menuju Surga / Chapter 64 - Setandan Pisang

Chapter 64 - Setandan Pisang

Dari akhir musim semi hingga ke awal musim gugur, Gu Qing terus datang ke puncak gunung setiap sepuluh hari.

Ia tidak tahu tentang luka yang diderita oleh Jing Jiu.

Setiap kali ia datang ke puncak gunung, ia melihat Jing Jiu yang berbaring di kursi bambunya, kecuali di hari pertama turunnya hujan di musim gugur. Formasi Green Mountains pun dibuka, sesuai dengan permintaan dari Puncak Qingrong dan dengan hujan musim gugur yang membasahi semua puncak gunung, membuatnya memancarkan keindahan yang begitu suram. Namun, Jing Jiu tidak terlihat senang dengan pemandangan tersebut, karena ia harus kembali ke rumah gua untuk sementara waktu.

Hari ini, Gu Qing kembali datang ke puncak gunung dengan membawa setandan pisang.

"Apakah kamu mendapatkannya dari monyet - monyet itu?" tanya Jing Jiu yang melirik pisang - pisang itu sambil terus berbaring di kursi bambunya.

Gu Qing pun mengangguk mengiyakannya dan ia lalu bertanya, "Apakah bambu - bambu yang aku bawa beberapa waktu yang lalu kamu gunakan untuk memperbaiki kaki kursimu?"

Liu Shisui membawa belasan batang bambu bersamanya, ketika ia kembali dari desanya dan ia meminta Gu Qing untuk memberikannya kepada Jing Jiu.

Kabarnya, ada beberapa batang rebung yang baru saja ditanam di depan rumah gua milik elder Bai Rujing.

Jing Jiu lalu berkata, "Kursi ini sudah diperbaiki."

Ketika ia mendengarnya, Gu Qing lalu menyadari ada beberapa potong bambu yang baru yang diletakkan di bagian belakang kursi itu.

"Walaupun aku telah mendengar tentang rumor - rumor itu, tapi aku tidak pernah menyangka, bahwa kamu ternyata sangat... sangat malas." ujar Gu Qing dengan tulus dan penuh kekaguman, ketika ia memandang Jing Jiu.

Jing Jiu benar - benar sangat malas, akan tetapi, ia mampu mengalahkan Gu Qing dengan begitu mudah dalam Turnamen Pewaris Pedang, ia bahkan mampu melampaui level - level lainnya.

Gu Qing selalu mengagumi, atau mungkin berharap untuk bisa menjadi seorang jenius sejati sepertinya.

Jing Jiu lalu berkata, "Kultivasi itu tidak sama dengan latihan Kung Fu yang dilakukan oleh orang - orang biasa. Tidak akan ada bedanya, apakah kamu duduk bersila, berbaring, ataupun berdiri di bawah air terjun atau di pinggir samudera."

Ketika ia merenungkan kalimat itu, Gu Qing pun menyadari bahwa apa yang dikatakan oleh Jing Jiu ada benarnya, namun hanya jika diterapkan pada saat bermeditasi dan juga ketika menyerap energi langit dan bumi. Namun, bukankah jalan pedang memerlukan kerja keras?

"Teh nya." ujar Jing Jiu.

Perkataannya itu terdengar, seakan ia mengundang Gu Qing untuk minum teh bersamanya, namun sebenarnya, memiliki makna yang berbeda.

Gu Qing lalu meletakkan setandan pisang itu di meja dan kemudian, ia mulai menyeduh teh.

Jing Jiu tetap lebih memilih orang lain untuk menyeduh teh untuknya. Namun, Gu Qing bukanlah Liu Shisui, yang mana, ia tidak bisa menyuruhnya untuk melakukan banyak hal dan monyet - monyet itu terlalu dungu untuk melakukan pekerjaan tersebut...

Ada dua cangkir teh yang dituangkan dari teko itu. Gu Qing mengambil salah satu cangkir tersebut dan kemudian berjalan ke pinggir lereng gunung dan duduk di salah satu, dari dua batu besar yang dibawa ketempat ini oleh monyet - monyet itu.

Saat ia memandangi Jing Jiu, Gu Qing mendapati dirinya berada dalam keadaan mental yang begitu damai.

Setampan apapun wajahnya, setelah begitu sering melihatnya... ya, wajah itu tetap tampan, namun tidak semenarik ketika ia melihatnya untuk pertama kalinya.

Bagian yang paling menarik perhatian Gu Qing adalah bakat yang dimiliki Jing Jiu dalam pertarungan pedang, walaupun bakatnya sendiri dalam latihan pedang mendapat pujian dari Guo Nanshan dan juga para master yang lain yang ada di Puncak Liangwang.

Gu Qing lalu berkata, "Ketika aku memutuskan untuk mendedikasikan hidupku untuk Kultivasi, aku berpikir, bahwa aku akan bisa masuk ke inner sect dan menjadi seorang murid di Green Mountains jika aku berusaha lebih keras dari murid - murid yang lainnya, karena tidak mungkin semua murid di Green Mountains merupakan orang jenius. Orang - orang sepertimu sangat jarang dijumpai. Paling tidak, penilaianku benar mengenai hal ini."

"Aku rasa, itu adalah ide yang sangat cemerlang dan kenyataannya, hampir tidak ada jenius sejati di murid - murid generasi sekarang, jadi kuucapkan selamat untukmu." ujar Jing Jiu.

Gu Qing pun tertegun, ia bertanya - tanya apakah murid dengan kualitas Dao alami seperti Zhao Layue dan Liu Shisui bukan seorang jenius?

Bagaimana dengan dirimu?

Pandangan Jing Jiu lalu tertuju pada setandan pisang yang ada di meja dan ia kemudian bertanya, "Apakah kamu sudah pernah masuk ke rumah gua?"

Gu Qing menggelengkan kepalanya.

Ia tidak layak untuk mewarisi pedang ataupun menjadi seorang pengurus. Ia hanya seorang penghuni di tempat ini. Jadi, ia sangat berhati - hati dengan setiap tindakannya, ia menghabiskan sebagian besar waktunya dengan bermeditasi atau berlatih kultivasi di pondok kayunya yang berada di tengah lereng gunung. Ia hanya duduk di pinggir lereng dan menyeduh teh untuk Jing Jiu, setiap kali ia berada di puncak gunung ini. Ia tidak pernah berpikir untuk masuk ke dalam rumah gua itu untuk melihat seperti apa isinya.

"Kamu boleh melihat - lihat ke dalam sana." ujar Jing Jiu.

Gu Qing kembali tertegun dan ia lalu bertanya, "Apa aku boleh masuk ke sana?"

"Tetangga juga merupakan tamu bagi kami, jadi bukan masalah besar jika kamu ingin melihat - lihat." ujar Jing Jiu.

Itu adalah rumah gua milik Senior Grandmaster Jing Yang, tentu saja Gu Qing merasa penasaran.

Ia berpikir selama beberapa detik, sebelum ia akhirnya berdiri dan berjalan menuju ke gua tersebut.

Tidak lama kemudian, ia terbang keluar dari gua itu layaknya seorang buronan.

Ia lalu menatap Jing Jiu dan kemudian berkata dengan penuh emosi, "Aku... Aku diam - diam telah mempelajari teknik pedang itu sampai aku bisa mencapai levelku yang sekarang."

Jelas, bahwa kitab pedang yang ada di meja itu diletakkan oleh Jing Jiu untuk dilihat oleh Gu Qing.

"Aku rasa, kondisimu sekarang sudah cukup baik."

Jing Jiu pun lalu mengangkat setandan pisang yang ada di meja itu dan kemudian, kembali melemparkannya kepada monyet - monyet yang ada di hutan.

Setelah itu, ia berjalan masuk ke rumah gua dan kembali dengan membawa kitab pedang itu, ia kemudian meletakkannya ditangan Gu Qing, lalu berkata, "Dengan begini, kamu tidak lagi mempelajarinya secara diam - diam."

Setelah terdiam untuk waktu yang lama, Gu Qing pun berkata, "Terima kasih."

"Tidak perlu." ujar Jing Jiu.

"Aku sebenarnya berpikir, bahwa kamu tidak begitu suka denganku." ujar Gu Qing.

"Kamu memiliki niat yang tersembunyi, namun aku tidak peduli dengan hal itu." ujar Jing Jiu.

Gu Qing yang tidak begitu mengerti maksud dari perkataan Jing Jiu, lalu bertanya, "Mengapa kamu ingin menolongku?"

"Aku tidak suka dengan kakakmu." ujar Jing Jiu.

"Begitu juga denganku." ujar Gu Qing yang kemudian tertawa.

Gu Qing pun lalu kembali ke lereng gunung dan ia berjalan masuk ke pondok kayunya yang tertutupi lumut, Gu Qing lalu menurunkan kulit kayu yang ia gunakan sebagai pelindung jendelanya dari tiupan angin. Ia lalu membuka kitab pedang yang ada di tangannya, di bawah sinar matahari yang datang dari luar.

Ia telah mempelajari teknik pedang Enam Naga, namun, kitabnya disita dan ia dilarang untuk menggunakannya lagi, semenjak ia dikeluarkan dari Puncak Liangwang.

Gu Qing tampak begitu gembira, karena kitab ini mungkin saja berisikan teknik pedang Sembilan Kematian dari Puncak Shenmo... yang merupakan teknik pedang rahasia dari Senior Grandmaster Jing Yang.

Namun, ia salah.

Saat ia memandang halaman pertama dari kitab pedang tersebut, Gu Qing terdiam untuk waktu yang sangat lama.

Ini bukanlah kitab pedang Sembilan Kematian.

Tangannya pun gemetar.

Di halaman pertama itu ada dua kata yang tertulis dengan sangat jelas.

Pewaris Langit!

...

...

Udaranya menjadi semakin dingin, setelah hujan di musim gugur berlalu.

Walaupun sembilan puncak gunung di Green Mountains terisolasi dari dunia luar dan tidak banyak perbedaan antara musim dingin dan musim panas, namun keempat musim masih tetap memiliki keistimewaannya sendiri disini.

Jing Jiu akhirnya pulih dari sakit yang dideritanya.

Dari semua suara yang ada di Puncak Shenmo, baik itu nyanyian jangkrik, teriakan monyet - monyet, dan suara batuk Jing Jiu, sekarang hanya ada satu yang masih terdengar dan puncak gunung itu pun menjadi lebih tenang.

Tidak banyak perubahan yang terjadi di dunia ini. Pada murid masih tetap meneruskan latihan Kultivasi mereka masing - masing dan sangat jarang bagi mereka untuk meninggalkan rumah gua nya. Pepohonan yang ada di hutan - hutan di sekitar puncak - puncak gunung, perlahan berubah menjadi berbagai macam warna, namun pemandangan yang indah ini tidak begitu diapresiasi oleh para praktisi yang ada di sana.

Ada berita yang datang ke Green Mountains dari dunia luar. Ada satu setan besar yang sangat menakutkan yang muncul di luar Kota Chaonan, yang berada di bagian utara dari Sungai Muddy.

Kabarnya, setan besar itu sangat tidak berperasaan dan kejam, ia senang memakan daging manusia, terutama anak laki - laki dan perempuan yang masih suci.

Setan besar ini kembali muncul dengan tiba - tiba di pertengahan musim gugur, ia menghancurkan lereng gunung yang ada diluar Kota Chaonan, dimana ratusan warga desa terbunuh atau terluka parah.

Sekte Green Mountains tidak bisa mengabaikan kejadian ini, sehingga para murid dari Puncak Liangwang pun berangkat dengan mengendarai pedang terbang mereka di malam yang sama, ketika mereka mendapat kabar tersebut, mereka berniat untuk menaklukkan setan itu.

Liu Shisui yang memiliki kualitas Dao alami, berada di antara murid - murid yang mengemban tugas untuk menaklukkan setan itu, yang tentunya menarik perhatian dari beberapa pihak.

Liu Shisui merupakan murid dari Puncak Tianguang, setelah ia mewarisi pedang tersebut setengah tahun yang lalu dan ia juga diizinkan untuk pergi keluar, untuk menaklukkan setan. Ini membuktikan, bahwa ia sangat disukai oleh Puncak Liangwang.

Para murid dari Puncak Liangwang harus pergi dengan tergesa - gesa, sehingga hanya ada beberapa orang di sembilan puncak gunung yang mengetahui tentang hal itu.

Liu Shisui tidak punya cukup waktu untuk pergi ke Puncak Shenmo dan ia hanya bisa meminta Gu Qing untuk memberitahukan Jing Jiu tentang keberangkatannya.

"Liu Shisui memintaku untuk memberitahumu. Jangan katakan pada siapapun." Setelah ia menyusun kata - kata itu di kepalanya, Gu Qing pun lalu melanjutkan kalimatnya, "... yang ia maksud adalah, jangan beritahu siapapun, bahwa ia memberitahumu, bahwa ia akan pergi."

Kedua kalimat yang bertentangan ini memiliki begitu banyak arti yang tersembunyi, namun Jing Jiu tidak memberi tanggapan, ia hanya terus duduk di kursi bambunya dan menatap gunung - gunung yang ada di luar lereng gunung dan ia tampak tidak peduli.

Beberapa hari kemudian, Gu Qing kembali datang ke puncak gunung, untuk menyampaikan pesan dari seseorang.

"Di Aula Sword Washing, ada seorang Saudari yang bernama Yushan dan Saudara yang berasal dari Lelang County..."

Gu Qing tidak bisa mengingat nama dari Saudara tersebut.

"Nama marganya Yuan." ujar Jing Jiu.

"... Iya, pemuda bernama Yuan itu ingin tahu apakah Puncak Shenmo akan memilih beberapa murid di Turnamen Pewaris Pedang yang berikutnya yang akan diadakan tiga tahun dari sekarang."

Zhao Layue juga sedang berdiri di pinggir lereng. Ia pun mendengar akan hal ini dan kemudian melirik ke arah Jing Jiu, ia lalu menyadari, bahwa ia lupa tentang permasalahan ini.

"Iya."

"Tidak."

Zhao Layue dan Jing Jiu mengucapkan jawaban tersebut pada saat yang hampir bersamaan.

Gu Qing lalu mengangkat bahunya, menandakan bahwa ia hanyalah penyampai pesan.

Zhao Layue lalu bertanya pada Jing Jiu, "Mengapa kita tidak memilih beberapa murid?"

"Terlalu berisik." jawab Jing Jiu.

Tidak seperti Gu Han ataupun Ma Hua, tidak mudah untuk mengalahkan Zhao Layue hanya dengan taktik satu - kata.

"Aku adalah Pimpinan Puncak disini."

Setelah ia mengucapkan kalimat itu, ia lalu berjalan kembali ke rumah gua nya.

...

...

Salju turun untuk pertama kalinya di awal musim dingin. Beberapa hari kemudian, Green Mountains kembali menerima badai salju yang lebih kuat dari sebelumnya.

Sesuai permintaan dari Puncak Qingrong, Formasi Green Mountains kembali dibuka dan kepingan - kepingan salju pun berguguran dalam jumlah yang sangat besar dari langit di atas sana.

Hanya dalam satu malam, puncak - puncak gunung terselimuti oleh salju putih. Puncak - puncak gunung yang berlapiskan jubah perak itu terlihat sangat indah.

Lalu, ada sebuah pedang terbang yang tiba, setelah menembus angin dan salju, yang kemudian mendarat di atas Puncak Shenmo.

Seluruh tubuh Gu Qing benar - benar tertutupi salju dan raut wajahnya terlihat pucat.

Semenjak ia dikeluarkan dari Puncak Liangwang, sangat jarang ia terlihat menunggang pedangnya dan ketika ia berada di Puncak Shenmo, ia selalu berjalan kaki.

Tampaknya, ada suatu hal penting yang terjadi.

Jing Jiu dan Zhao Layue pun berjalan keluar dari rumah gua.

"Liu Shisui terluka." ujar Gu Qing pada mereka.