Chereads / Jalan Menuju Surga / Chapter 3 - Pedang yang Membelah Langit

Chapter 3 - Pedang yang Membelah Langit

"Tidak perlu ada peringatan, jika ada fenomena yang terlihat nanti."

Para murid Sekte Green Mountain meminta para penduduk kembali ke rumah masing - masing dan para pendatang, untuk kembali ke penginapan mereka. Dalam sekejap, jalanan menjadi kosong.

Salah seorang murid, kebingungan melihat mayat yang tergeletak. "Murid dari dunia bawah ini mempunyai jiwa api biasa, dan kekuatan Dharma nya rendah. Mengapa dia berani ke sini?"

"Siapa yang tahu?" sahut murid lainnya. "Mungkin ia ingin menyaksikan naiknya Paman-Mahaguru ke surga. Itu adalah hal yang luar biasa, siapa yang tidak ingin menyaksikannya?"

Tiba - tiba, angin bertiup dan dahan - dahan pohon jatuh ke jalanan. 

Para murid mengangkat kepala untuk melihat ke langit dan melihat ratusan pedang, terbang dari mana - mana menuju puncak gunung, setelah itu, cahaya unik dari lebih sepuluh harta Dharma menerangi langit. Dan sebuah teratai besar menggapai ke langit, naik jauh ke angkasa dengan perlahan.

"Bukankah itu istri dari almarhum ketua Sekte Hanging Bell?"

"Pemimpin dari Sekte Favorless Gate!"

"Wakil dari Sekte Mirror!"

"Kilatan pedang yang menebas ke atas dengan sangat percaya diri. Mungkinkah itu dia?"

"Kakak beradik dari Puncak Liangwang telah kembali dan juga Tetua Si dari Puncak Shangde!"

"Bahkan, para penguasa pun ikut hadir?"

Para murid sangat terkejut sampai terdiam. Jika bukan karena kejadian hari ini, mereka tidak mungkin memiliki kesempatan untuk melihat begitu banyak tokoh besar sekaligus.

Zhao Layue tidak peduli akan hal ini. Ia mengangkat mayat Yin San dan berjalan keluar dari kota. 

...

...

Guru Meng belum meninggalkan kota, tetapi berdiri di atas sebuah pohon arah keluar kota. Ia sedang menatap puncak - puncak gunung yang menjulang, dengan perasaan campur aduk.

Mahaguru-Paman Jingyang adalah yang paling senior. Ia adalah murid dari Perfected Taiping, dan bahkan pemimpin Sekte menghargainya dengan memanggilnya sebagai Guru Muda.

Ia sangat berbakat dan telah menunjukkan banyak pencapaian luar biasa dalam dunia bela diri. Bagaimanapun juga, ia menghabiskan sangat banyak waktu di puncak ke-sembilan dan sangat jarang bertemu dengan orang lain. Bahkan, hanya beberapa murid penting dari berbagai puncak yang telah melihat wajahnya.

Hari ini, bukan saja para pemimpin dari berbagai Sekte besar yang telah tiba, tetapi banyak dari penguasa kuat, yang hidup dalam pengasingan, juga ada di sini. 

Ia tak menyangka, bahwa guru Buddha Zen yang legendaris juga hadir di sini. 

Ia juga mendengar selentingan, bahwa para penguasa dari benua lain pun hadir, terselubung di balik awan - awan. 

Sesungguhnya, peristiwa besar ini mungkin hanya terjadi sekali dalam ribuan tahun. 

Dan bagaimana jika pedang - pedang yang berkilauan itu berasal dari dewa atau malaikat pedang?

Guru Meng agak kebingungan. 

Saat itu, ia berada sangat jauh dari orang - orang tersebut, tidak dapat menghampiri mereka. 

Dan puncak - puncak gunung berada lebih jauh lagi darinya. 

Dan berkaitan dengan Paman-Mahaguru, ia hanya mendengar desas desus mengenainya. 

Dikatakan bahwa, setelah pemimpin sekte telah naik ke posisinya saat ini, ketika para tetua menitahkan, ia hanya mengatakan 'Tuan Muda-Paman' sebelum terdiam kembali. Ada terlalu banyak hal yang tidak dapat diekspresikannya.

Ia tahu alasannya, sama seperti semua orang di Sekte Green Mountain juga tahu, bahwa Paman- Guru dari aula utama itu tidak menunjukkan rasa hormat dan hanya menggerutu, saat Paman-Mahaguru disebut - sebut. 

Paman-Mahaguru adalah pesilat paling tangguh, bukan hanya di Sekte Green Mountain tapi juga di seluruh benua. 

Sejak hari dimana ia menapakkan kaki di Green Mountains, ia diam - diam mengembangkan ilmu bela diri nya di gunung - gunung, hampir tak pernah terlihat oleh orang lain.

Dia tidak mewakili Sekte Green Mountain dalam satupun Konferensi Bunga Plum, atau berlatih tanding dengan para ahli bela diri lain di istana kekaisaran di Zhaoge. Ia juga tidak pernah bertarung dengan para pemimpin dari Sekte lainnya. Ia tak pernah terlihat dalam peperangan tersembunyi di antara sekte - sekte beladiri dan para Tetua dunia bawah. Kehadirannya bahkan tidak terlihat dalam tiga pertempuran besar melawan para ahli bela diri Snow Country.

Ia tak melakukan hal apapun selain mengembangkan ilmu beladiri nya. 

Memang, hanya pesilat yang tidak terpengaruh oleh faktor luar apapun, yang dapat mengendalikan emosinya, sehingga secara alami dapat mencapai titik puncak tenaga dalam dan sampai ke tingkatan yang luar biasa.

Bagaimanapun juga, hidup untuk melatih tenaga dalam seperti itu... apa gunanya bagi para murid yang lebih muda, tidak peduli setinggi apa ilmu beladirinya? Apa artinya untuk Sekte Green Mountain? Apa artinya untuk segala makhluk hidup di bawah langit ini?

Tidak peduli seberapa berbakatnya dia, legenda hanyalah legenda. Legenda tidak memiliki tempat di dunia nyata, jadi memang, naik ke surga adalah hal yang terbaik untuknya.

Saat Guru Meng menatap puncak yang tampak samar di balik kabut, senyuman tipis tampak di wajahnya. 

Saat Zhao Layue membawa mayat si setan dari dunia bawah keluar dari desa, kepahitan dalam senyumnya sirna. Ia tampak terkejut dan bersyukur.

Semua orang di dunia melihat ke puncak - puncak gunung, kecuali gadis itu. 

Gadis itu masih belia; bagaimana hatinya bisa begitu tenang?

Ia memang adalah gadis muda yang berbakat, pantaslah jika Sekte Green Mountain diam - diam memperhatikannya. 

Tiba - tiba senyumannya hilang dan ia juga menoleh ke puncak - puncak gunung. 

Seperti yang dia katakan, semua orang yang layak untuk menatap puncak - puncak gunung itu sedang melihat ke sana. 

Awan di sekeliling puncak - puncak gunung, terlihat seperti diangkat oleh tangan raksasa. Mereka seperti disapu, secara tiba - tiba dan perlahan, tampaklah langit kebiruan.

Bayangan samar tampak keluar dari balik awan - awan tebal. Mereka memberi hormat pada Sekte Green Mountain di puncak Tianguang dengan tenang. Namun sesungguhnya, mereka juga merasa malu.

Lebih jauh lagi, dua bayangan yang melayang di tengah api dingin, dengan cepat melesat mundur. Penampilan mereka terlihat menyedihkan

Guru Meng menduga, kalau salah satunya adalah Pendeta Tinggi dari dunia bawah, tetapi siapakah bayangan yang satunya lagi?

Para pasukan Green Mountain tidak melakukan serangan. Saat itu, terdengarlah suara tawa yang bergema dari Puncak Tianguang, tapi kemudian, tiba - tiba muncullah sebuah aura pedang.

Energi aura pedang itu meluap seperti gelombang, menyebar ke sekeliling puncak gunung. 

Gelombang energi pedang itu muncul dari tebing dan kemudian menyebar menjauh. 

Setelah pedang tersebut mencapai seribu lima ratus kilometer, ke arah laut barat, barulah gelombang energi pedang dari puncak Tianguang itu perlahan mereda. 

"Pemimpin Sekte telah diserang!" teriak Guru Meng terkejut.

Hanya ada beberapa orang di seluruh penjuru benua, yang dapat membuat Pemimpin Sekte mengeluarkan jurus Pedang Penahan Langit. 

Apakah cahaya dingin di atas laut Barat adalah pedang milik dewa pedang?

...

...

Tak peduli apa yang terjadi, meskipun para tokoh besar pengguncang persilatan mulai bermunculan satu demi satu, mereka tidak memiliki efek pada puncak kesembilan.

Puncak yang menjulang kokoh itu tak bergeming, diam membatu. 

Tiba - tiba, langit dan bumi berubah warna dan belasan petir membelah langit biru dan menyambar puncak gunung itu!

Sebelum kilat - kilat yang mengandung kekuatan surga dan bumi dapat menyentuh puncak gunung itu, mereka telah ditebas menjadi serpihan, berubah menjadi asap biru.

Semua hal itu terjadi karena sebuah energi pedang yang muncul dari puncak gunung. 

Tak ada yang tahu, apakah serangan ini lebih kuat dari jurus Pedang Penahan Langit sebelumnya. 

Tidak hanya Guru Meng, bahkan para tokoh besar yang berada sejauh seribu lima ratus kilometer pun, tak dapat memastikan.

Energi pedang yang dihasilkan dari puncak gunung itu tampak seperti tidak memiliki kekuatan. 

Itu adalah serangan, yang dengan santainya menebas langit. 

Namun, kilat surgawi langsung menghilang setelah bertabrakan dengannya. 

Sementara itu, energi pedang itu terus naik. 

Tiba - tiba, muncul suara, seperti sesuatu yang terkoyak.

Lubang - lubang menganga di langit biru. 

Cahaya yang sangat tebal, seperti emas dan batu giok, mengalir keluar dari lubang - lubang itu dan berhamburan saat mereka bertemu dengan angin, menerangi seluruh benua.

Pedang yang membelah langit?

Saat para pesilat tangguh yang diceritakan dalam teks kuno naik ke surga, mereka mengandalkan tubuh dan tenaga dalam mereka sendiri untuk menahan sambaran petir, sampai mereka berhasil melewati ujian akhir. Setelah kilatan surga berhenti menyambar, cahaya akan menyebar seperti peri surga menabur bunga. Saat itulah, manusia dapat melihat jalan menuju surga.

Hari ini, Mahaguru-Paman Jingyang tidak menunggu sampai kilat menyambar kedua kalinya. Melainkan, ia langsung berinisiatif menyerang dengan pedangnya. 

Apakah ia dapat menggunakan pedangnya sendiri untuk membuka jalan menuju surga dengan paksa?

Sungguh berani! Sungguh percaya diri!

Guru Meng terpaku. Wajahnya pucat pasi dan bibirnya bergetar. 

Pemilik energi pedang yang terpancar dari laut Barat, serta para ahli bela diri yang menonton acara di Sekte Green Mountain, dipenuhi dengan kekaguman sampai tak bisa berkata-kata.

Di atas puncak gunung yang menjulang, bilah pedang terus menerus naik ke surga. 

Angin menderu dan guruh terus bergemuruh tanpa henti. 

Pedang tersebut seakan tak peduli dengan apapun, dengan tujuan yang pasti, naik ke atas. 

Jika dikatakan, bahwa langit dan bumi ingin memberikan satu ujian terakhir kepada ahli bela diri yang hendak naik itu, juga dapat dikatakan bahwa energi pedang itu mewakili perasaan acuh sang ahli bela diri.

Kekuatan bumi dan langit beradu dengan energi pedang. Kabut pegunungan telah lama hilang dan akhirnya, puncak kesembilan Sekte Green Mountain nampak untuk pertama kalinya. Namun, tidak ada yang memperhatikan hal itu karena perhatian semua orang terarah kepada sinar dari energi pedang itu.

Energi pedang itu semakin dekat, dan dekat ke langit. 

Celah di langit semakin dan semakin besar, sementara cahaya yang mengalir keluar semakin terang. Sampai membuat dunia terang benderang.

Baik itu rumah - rumah di kota atau gua di antara puncak - puncak gunung, semuanya terselimuti lapisan cahaya keemasan, membuat mereka benar - benar menyerupai surga abadi atau negeri ilahi.