Chereads / Kultivator Perempuan / Chapter 31 - Membunuh Seseorang

Chapter 31 - Membunuh Seseorang

Mo Tiange belum benar-benar selesai memikirkan tentang kilatan mata sang pemuda ketika ia mendengar suara teriakan gadis itu.

Mo Tiange segera mengintip. Ia benar-benar terkejut melihat pemandangan di hadapannya; lelaki yang masih memeluk "Adik Lian" dengan erat itu, menusuk punggung gadis tersebut dengan alat spiritual berbentuk belati di tangan kanannya.

Seorang pemuda dan gadis setengah telanjang, belati berlumuran darah, wajah ketakutan seorang gadis, wajah sinis seorang pemuda — Mo Tiange menutup mulut dan menahan napasnya.

Dia menyangka mereka adalah sepasang kekasih yang diam-diam bertemu untuk melakukan hal-hal terlarang, namun ternyata semuanya berakhir seperti ini!

"Kakak Ming ... Me-mengapa?"

Pemuda itu kemudian mulai mencemooh, "Hah, apa kau benar-benar berpikir aku tertarik padamu? Aku hanya menggunakan penampilanku untuk mendapatkan apa yang kuinginkan."

Mata gadis itu terbelalak. Ada keraguan, penyesalan, dan kemarahan yang terpancar dari tatapannya. Tatapan itu bercampur rasa sakit, membuat wajah cantiknya terlihat menakutkan. "Kau…"

"Berdasarkan penampilanmu yang biasa saja dan empat akar spiritualmu, apakah kau benar-benar berpikir aku akan jatuh cinta padamu? Hahh! Aku melakukannya karena kau adalah satu-satunya keturunan Klan Huang. Setelah aku membunuhmu dan mengambil harta keluargamu, Enchanting Lantern, Klan Huang-mu tidak akan mampu melawan Klan An kami lagi! "

Ketika gadis itu mengerti maksud kekasihnya yang begitu kejam, keputusasaan di wajahnya terlihat semakin jelas. Namun, ia sudah kehilangan kemampuan untuk berbicara dan hanya menatap dengan sepasang mata yang melebar. Perlahan-lahan, napasnya berhenti.

Dari percakapan singkat mereka, Mo Tiange mendengar beberapa informasi. Klan Huang dan Klan An merupakan klan kultivasi kecil yang bergantung pada Sekte Yunwu. Orang-orang mengatakan bahwa kedua klan telah menjadi musuh selama beberapa generasi. Klan An mungkin mengatur rencana jahat untuk menyingkirkan Klan Huang.

Setelah pemuda itu yakin gadis dalam pelukannya tidak lagi bernapas, dia mencabut belati dari punggungnya. Kemudian, ia menjauhkan mayat telanjang gadis itu dengan jijik, lalu membersihkan noda darah dari belati sebelum berdiri dan mengenakan pakaiannya.

Mo Tiange menjadi lebih takut lagi untuk bersuara. Kenyataan bahwa pemuda itu dengan kejam membunuh kekasihnya selama momen intim mereka jelas menunjukkan bahwa pemuda ini adalah orang yang sangat kejam. Jika dia menyadari kehadiran Mo Tiange, dia pasti tidak akan membiarkan Mo Tiange lolos.

Setelah mengenakan pakaian, pemuda itu berjongkok dan mulai mencari-cari sesuatu di antara pakaian gadis itu sampai akhirnya menemukan sebuah Tas Qiankun. Ia menghapus semua kesadaran ilahi dengan mudah dan langsung menuangkan semua isi tas keluar.

Ada setumpuk pakaian wanita, alat spiritual, jimat, botol giok yang cantik, dan barang-barang penyimpanan seperti kotak giok. Dengan cepat, lelaki itu menemukan benda yang diinginkannya. Di antara alat spiritual, dia mengambil sebuah lentera dan berkata dengan gembira, "Tentu saja lenteranya ada di sini."

Mo Tiange juga penasaran dengan lentera kaca berwarna itu. Sejauh penglihatannya, benda itu tampak seperti lentera kaca biasa. Selain mengandung aura spiritual, tidak ada yang luar biasa dari benda itu.

Pemuda tersebut memasukkan kembali semua benda ke dalam Tas Qiankun dan meletakkannya di dalam jubah. Dia menggerakkan jari dan api muncul, membakar mayat gadis itu. Tubuh gadispun terbakar dalam sekejap. Cahaya kobaran api menyinari wajah tampannya, mengeluarkan aura yang mengerikan.

Mo Tiange hanya berharap pemuda itu melakukan semuanya dengan cepat sehingga dia bisa pergi. Ini bukan pertama kalinya dia melihat seseorang terbunuh. Dia telah melihat Ye Jingwen membunuh Li Yushan dengan pedangnya ketika dia berusia sepuluh tahun. Kemudian, ketika dia mengikuti Paman Kedua dan berkelana di Kunwu timur, dia juga terus-menerus menghadapi bahaya. Biasanya bahaya itu berbentuk orang-orang dengan niat jahat. Paman Kedua tidak mengampuni mereka. Namun, tidak satupun dari mereka yang membuatnya merasa ketakutan seperti pemuda di hadapannya. Metode pembunuhan pemuda ini terlalu kejam!

Beberapa saat yang lalu, mereka berdua masih saling berpelukan bahkan berhubungan intim, namun di saat berikutnya, pemuda itu memanfaatkan momen intim itu untuk menusuk kekasihnya dari belakang! Melihat wajahnya di bawah bayang-bayang kobaran api, Mo Tiange merasa mual dan jijik.

Kejadian ini menunjukan dengan jelas bahwa perasaan tidak dapat diandalkan di dunia kultivasi. Ini jelas bukan satu-satunya kasus sepasang kekasih saling membunuh.

Tiba-tiba, Mo Tiange melihat kilatan dari sudut matanya. Ia dengan cepat dan menghindar ke samping. Api dilemparkan ke tempat ia bersembunyi dan membakar semak. Suara suram pemuda itu terdengar: "Siapa di sana?"

Pemuda itu menyadari keberadaannya!

Karena tidak bisa lari lagi, Mo Tiange hanya bisa memutar otaknya, mencari ide. Dia kemudian mengambil semua benih di tas Qiankun-nya dengan satu tangan. Dengan tangannya yang lain, dia menggunakan Wind's Breath dan menciptakan sayatan angin dari telapak tangannya. Sayatan angin itu terlempar, memotong semak-semak yang berada tidak jauh dari mereka. Semak-semak itupun bergetar. Tepat setelahnya, kobaran api membakar semak-semak yang bergetar tadi.

Setelah menyadari bahwa sang pemuda menjadi kebingungan, ia bergerak dengan sangat pelan. Dalam sekejap, dia menyingkir beberapa meter dari tempat aslinya. Ia memperhatikannya dengan tenang dari balik semak-semak. Pemuda itu menatap tajam ke arah datangnya angin, tapi untungnya, dia tidak menemukan tempat persembunyian Mo Tiange.

Mo Tiange benar-benar tidak bisa memikirkan cara lain untuk melarikan diri. Pemuda ini jelas orang yang sangat kejam dan bengis; selain itu, karena tingkat kultivasinya sama dengan tingkat kultivasi Mo Tiange, tidak mungkin bagi Mo Tiange untuk pergi diam-diam; dia harus melawan terlebih dahulu.

Dia mengatupkan giginya. Pertama-tama, aku hanya harus berusaha sekuat tenaga!

Dia tidak punya pengalaman membunuh orang. Walaupun faktanya, ia juga menghadapi beberapa situasi berbahaya dalam beberapa tahun terakhir sejak berkelana dengan Paman Kedua. Namun, sudah bertahun-tahun sejak Paman Kedua memasuki alam Foundation Building, dan harta Klan Ye saat itu masih berlimpah. Sehingga, Paman Kedua sangat mahir menggunakan beberapa teknik. Selain itu, alat sihir yang dimiliki pamannya juga kelas atas. Mo Tiange tidak pernah berjuang sendiri.

Pemuda di hadapannya jelas orang yang jahat. Mungkin ini bukan pertama kalinya ia membunuh seseorang untuk merampas harta mereka. Bahkan jika Mo Tiange memiliki kekuatan spiritual yang lebih murni sebagai hasil dari berkultivasi menggunakan Teknik Sunu, dia sama sekali tidak yakin bisa mengalahkan pemuda ini.

Karena tidak menemukan siapapun, pemuda itu sekarang perlahan-lahan bergerak menuju semak-semak. Untungnya, dia tidak bergerak menuju tempat Mo Tiange bersembunyi, atau dia akan langsung melihat gadis itu.

Mo Tiange tidak lagi ragu-ragu. Saat pemuda itu mendekat, Mo Tiange melemparkan sebuah benih ke depan dengan perlahan.

Menggunakan biji di hutan memang hal yang benar dan tepat. Dalam menggunakan aura spiritual, Mo Tiange jauh lebih mahir daripada kultivator yang setingkat dengannya. Akibatnya, ketika dia melempar benih ke depan, ia melakukannya dengan sangat ringan sehingga gerakannya sulit untuk disadari.

Saat mendarat di tanah, benih itu langsung tumbuh menjadi tanaman merambat berduri yang mencoba membelit tubuh pemuda.

Pemuda tersebut terkejut dan buru-buru menggunakan belatinya. Belati ini jelas bukan senjata biasa – benda itu dengan mudah memotong tanaman merambat Mo Tiange sebelum mereka bisa melilitnya.

Tindakan ini menyingkap tempat persembunyian Mo Tiange. Dengan memanfaatkan kepanikan pemuda tersebut, dia bergerak mundur sebelum membuang benih lain.

Ia telah melihat wajah Mo Tiange. Meskipun ia menatapnya dengan kejam, ia tidak berani bersikap gegabah. Dia dengan cepat bergerak mundur sambil terus memotong tanaman merambat yang terus mendekatinya dengan belati di tangannya.

Metode unik ini terdapat dalam teknik Green-Wood milik Klan Ye. Karena dia membuat langkah pertama, dia bertekad untuk membunuhnya. Kalau tidak, identitasnya akan terungkap.

Apa yang dihadapinya sekarang adalah situasi "Harus ada yang mati di antara kita". Jadi, dia mengeluarkan jimat yang dipersiapkannya untuk Pertemuan Immortal dan menempelkan salah satu dari jimat itu di tubuhnya. Dalam sekejap, dia dikelilingi oleh pelindung. Dia kemudian melemparkan semua jimat yang dimilikinya pada pemuda tersebut.

Tiba-tiba, pemuda itu telah dihujani serangan membabi-buta Mo Tiange. Mo Tiange sama sekali tidak memberinya kesempatan untuk bernapas; karena itu, pemuda itu hanya bisa fokus menghindari serangannya tanpa membuat serangan balik. Dia merasa sangat cemas; dia baru saja menemukan Enchanting Lantern dan belum menghapus sisa-sisa kesadaran ilahi di dalamnya atau menyempurnakannya. Benda itu masih belum bisa digunakan.

Di antara serangan jimat yang membabi-buta, Mo Tiange menyelipkan sebuah benih ke dalam sebuah jimat sebelum ia melemparkannya pada pemuda itu.

Pemuda tersebut mendapatkan kesempatan untuk membaca mantra dalam sepersekian detik, namun dia lagi-lagi dibuat cemas oleh jimat Mo Tiange. Mo Tiange sendiri tidak menghindari serangannya. Ia membiarkan pelindung di sekeliling tubuhnya menangkal serangan sementara ia terus menyerang pemuda tersebut dengan menggunakan jimat dan biji-bijian.

Pemuda tampan terus menghindari dan melindungi dirinya dari serangan Mo Tiange. Dia hanya merasakan ada sesuatu yang aneh dengan jimat-jimat yang dilemparkan padanya ketika bunyi "BOOM!" meledak di dekat telinganya. Benih di dalam jimat mengenai tangannya. Sebuah bola tumbuh dari biji dan tiba-tiba meledak, secara langsung memecahkan pelindung di tubuhnya. Sekarang, beberapa jimat lainnya meluncur ke arah pelindung tersebut ...

"AH-!!!" Jeritan mengerikan muncul dan pemuda itu terbang keluar dari pelindungnya. Mo Tiange segera mengambil pedang kayu dan melemparkan pedang. Pedang itu berhasil menembus jantungnya. Setelah mengerang untuk sesaat, akhirnya pemuda itu berhenti bergerak.

Setelah berdiri dalam keadaan linglung untuk sementara waktu, Mo Tiange akhirnya menemukan kembali akal sehatnya dan menyadari bahwa ia telah basah oleh keringat dingin. Ini adalah pertama kalinya dia membunuh seseorang dengan tangannya sendiri. Dia hanya tersenyum, mengejek dirinya sendiri begitu dia menyadari jantungnya berdetak kencang seperti drum dan hampir tidak ada kekuatan tersisa di kakinya. Dia masih tidak bisa membunuh tanpa merasakan apa-apa; jelas, dia masih jauh dari seorang Immortal yang sesungguhnya ...

Namun, ia merasa sangat senang dapat melarikan diri. Ia lalu menyeka keringat di dahinya dan berjalan maju dengan hati-hati. Setelah memastikan bahwa pemuda itu benar-benar telah mati, ia menarik pedangnya dari tubuh pemuda tersebut. Tanpa ragu, Mo Tiange mengulang semua yang dilihatnya; mengambil dua Tas Qiankun, membakar mayatnya tanpa sisa dengan jentikan jari, dan menghapus semua bukti-bukti yang ditinggalkannya.

Sang pemuda baru saja membunuh kekasihnya dan membakar mayatnya. Mungkin inilah yang disebut karma karena dia sekarang mati dengan cara yang sama di sini. Keduanya sekarang dapat dianggap "lahir di selimut yang berbeda, dikubur di lubang yang sama."

Setelah selesai membakar mayat pemuda itu dan memastikan tidak ada apapun, Mo Tiange buru-buru kembali.

Pemuda dan gadis itu berasal dari keluarga yang berseteru; tidak ada seorangpun di pihak gadis yang mengetahui hubungan mereka. Tetapi, pemuda tersebut merencanakan kejahatan dengan keluarganya. Oleh karena itu, Mo Tiange mengambil jalan memutar yang lebih jauh, dan bersembunyi untuk sementara waktu sebelum keluar di rute yang berbeda.