Chereads / Teror Rumah Hantu / Chapter 78 - Aku Tidak Dapat Menggerakan Tangan Kananku

Chapter 78 - Aku Tidak Dapat Menggerakan Tangan Kananku

Haruskah aku masuk untuk melihat lebih dekat?

Chen Ge merasa gelisah. Sambil memegang palu di tangannya, ia ingin sekali menghancurkan pintu dan masuk untuk melihat apa yang tertulis di atas kertas itu.

Menurut forum sekolah, terdapat lima siswa pemberani yang pernah masuk ke SMA Mu Yang untuk memainkan permainan Arwah Pena di ruang kelas yang tersegel. Mungkinkah pena dan kertas telah ditinggalkan oleh mereka? Chen Ge memikirkannya dan menyadari itu adalah hal yang mustahil. Menurut sebuah posting, ketika dua orang tambahan muncul di ruangan, kelima siswa begitu ketakutan sehingga mereka melarikan diri secepat mungkin. Dalam keputusasaan mereka untuk melarikan diri, mereka seharusnya menabrak beberapa kursi atau meja. Tetapi, semua meja dan kursi di ruangan tertata dengan rapi.

Tentu saja, hal itu tidak menghilangkan kemungkinan bahwa setelah mereka pergi, perabotannya ditata kembali atau spekulasi bahwa kelima orang tersebut dirasuki arwah.

Chen Ge akhirnya menurunkan palu di tangannya dan memutuskan untuk memasuki ruang kelas pada saat-saat terakhir. Setelah meninggalkan kompleks pendidikan, ia bergerak menuju asrama.

Bangunan pendek dan bobrok itu hanya terdiri dari beberapa kamar, dan Chen Ge berjalan di sekitarnya untuk waktu yang lama sebelum menemukan papan besi pudar. Tulisan di atasnya sudah tidak terlalu jelas, tetapi Chen Ge yakin tulisannya berbunyi 'Lantai Dua Adalah Kamar Wanita. Laki-laki Dilarang Masuk. '

Sekolah ini benar-benar kumuh.

Setelah melepas jas hujan, Chen Ge mengusap air yang merembes ke kerahnya ketika ponselnya berdering. Ia melihat nama si penelepon dan segera menjawabnya. "He San?"

"Bos, aku sudah memberikan nomor ponselmu pada seniorku. Dia mengatakan akan meminta ayahnya menghubungimu ketika ayahnya tiba di rumah nanti."

"Terima kasih, ada yang lain?"

"Oh iya. Qin Guang baru saja memulai siaran langsungnya. Apa kau yakin tidak akan melihat? Dia menyewa seorang aktor untuk memerankan pembunuh di sebelah kamar, dan pembukaan serta analisisnya meniru siaran langsungmu. Aku bahkan tidak tahu darimana aku harus mulai mengeluh."

"Biarkan saja dia. Tapi ketika aku memulai siaran langsung nanti, ingatlah untuk mampir dan mendukungku."

"Kau akan memulai siaran langsung?!" Suara He San naik beberapa oktaf. Chen Ge senang mengetahui ia memiliki seorang penonton yang setia. "Karena sudah lama tidak melakukan siaran langsung, aku punya sebuah rencana menarik kali ini."

Ada keheningan di ujung telepon. Chen Ge bisa mendengar suara langkah kaki terseret beberapa detik kemudian. He San tampaknya menggunakan sandal sambil berlari untuk membanggunkan semua teman sekamarnya. "Sudah waktunya bangun untuk menonton siaran langsung! Satu lagi pertarungan dengan kematian malam ini!"

Chen Ge berterima kasih atas promosi gratis He San, namun kata-kata pria itu memang membuatnya merasa sedikit cemas.

Setelah menutup telepon, Chen Ge membuka aplikasi berbagi video. Siaran Langsung supranatural Qin Guang sedang dipromosikan di halaman depan. Ia membukanya untuk melihat sekilas. Sudah jelas bahwa ada sebuah tim yang bekerja di belakang produksi video ini. Ada juru kamera profesional, dan Qin Guang hanya bertanggung jawab untuk analisis dan mencari petunjuk. Perbedaan kualitas video mereka saja sudah mampu membuat Chen Ge merasa seperti seekor serangga. Ia tentu saja tidak bisa menyalahkan lawannya karena memiliki persiapan yang lebih baik.

680.000 kali penayangan. Jika aku memiliki banyak penonton untuk mempromosikan rumah hantuku, bukankah seluruh taman akan penuh keesokan harinya?

Siaran langsung dan video pendek adalah satu-satunya cara Chen Ge mengiklankan rumah hantunya, dan siaran langsung Qin Guang memberikan ide pada Chen Ge. Jika ia bisa sepopuler Qin Guang, maka mungkin suatu hari nanti platform itu akan bersedia memberikan begitu banyak sumber daya untuk mendukungnya.

Chen Ge, jangan bermimpi tinggi untuk saat ini. Fokus pada tujuanmu untuk bertahan hidup malam ini.

Ia meninggalkan siaran langsung Qin Guang dan membuka pilihan siaran langsungnya sendiri. Karena terdampar di pedesaan, koneksinya sangat lemah. Video siaran langsungnya tampak buram, keterlambatan jaringan membuat layarnya hanya menampilkan warna hitam. Ia bahkan tidak bisa melihat obrolan pada videonya.

Kualitas videoku mungkin tidak sebagus Qin Guang, tetapi kontenku jelas lebih baik daripada milik pria itu.

Karena tidak bisa melihat obrolan, Chen Ge tidak bisa berkomunikasi dengan para penontonnya. Setelah pengenalan singkat tentang SMA Mu Yang, ia berhenti mengikuti siaran langsung. Chen Ge menjelajahi lantai pertama asrama dan tidak menemukan apapun, jadi ia segera pindah ke lantai dua.

"Kamar asrama perempuan terlihat mirip dengan kamar asrama laki-laki."

Kamar-kamar itu dipenuhi dengan buku dan sampah. Ketika sekolah ditutup, sebagian besar barang di dalamnya tidak dibersihkan. Chen Ge memeriksa kamar-kamar dengan sabar menggunakan senternya. Ketika melewati kamar tidur keempat di lantai dua, ia menemukan empat kursi yang diletakkan dalam sebuah barisan rapi di dalam ruangan. Beberapa lembar kertas putih serta pena ditaruh di salah satu kursi.

"Kertas dan pena itu terlihat baru, jadi mereka pasti ditinggalkan di dalam ruangan setelah sekolah ditutup."

Ini adalah kedua kalinya Chen Ge menemukan kombinasi kertas dan pena. Kunci berkarat tadi hanyalah hiasan. Chen Ge hanya perlu mengguncangnya beberapa kali sebelum benda itu jatuh.

Saat pintu terbuka, bau jamur yang kuat langsung tercium oleh Chen Ge. Ia segera menutup mulut dan hidungnya dan berjalan mendekati kursi untuk melihat potongan-potongan kertas.

Ada empat kertas putih dengan sebuah kalimat di atasnya. Kertas pertama bertuliskan— "Kapan aku akan mati?"

Kertas kedua bertuliskan— 'Bagaimana aku akan mati?'

Kertas ketiga bertuliskan - 'Siapa yang akan mati selanjutnya?'

Kertas keempat benar-benar kosong.

Permainan Arwah Pena?

Chen Ge menggeledah sisa ruangan untuk mencoba mencari informasi tambahan, tetapi sebagian besar barang di sana sudah membusuk.

Karena penyelidikannya tidak menghasilkan apa-apa, Chen Ge kembali fokus pada kertas putih di tengah ruangan. Tidak ada yang bisa memberikan penjelasan yang sebenarnya di balik permainan Arwah Pena, tetapi komunitas ilmiah menekankan bahwa pernapasan, detak jantung, dan aliran darah mampu menyebabkan tubuh manusia menggigil. Manusia biasa tanpa latihan khusus akan menggerakkan lengannya setelah mempertahankannya dalam posisi yang konstan dan terangkat untuk waktu yang lama. Ini adalah reaksi alami tubuh yang tidak ada hubungannya dengan legenda Arwah Pena.

Chen Ge meletakkan ponselnya di tempat tidur dan memastikan dirinya dan keempat kursi dapat terlihat dari kamera ponsel.

Karena aku harus menyelesaikan semua misi sampingan di SMA Mu Yang, mungkin aku harus memulainya dengan misi ini.

Ia berbalik untuk menutup pintu kamar. Ia berdiri dengan bimbang selama empat menit sebelum duduk dan mengambil pena.

Dalam hati, ia berkata pada dirinya sendiri untuk tetap tenang. Chen Ge menempatkan boneka di saku dadanya. Dengan posisi tangan kanan memegang pena dan tangan kiri memegang palu, ia segera memulai permainan Arwah Pena.

Ia mencoba mengingat beberapa detail postingan yang telah dibacanya. Ia mengangkat lengannya sedikit dan menegakkan pulpen sehingga ujung pulpen menyentuh kertas putih. Ia menutup matanya dan mulai melantunkan mantra.

"Arwah Pena, Arwah Pena, kau adalah rohku dari kehidupan sebelumnya, dan aku adalah rohmu dalam kehidupan ini. Jika kau bersama kami, tolong buat lingkaran di atas kertas."

Setelah mengucapkan mantra, Chen Ge mencoba menenangkan diri. Lengannya tergantung di atas kertas, tubuhnya membeku.

Hujan deras terlihat dari luar jendela. Sekolah yang ditelan malam itu mulai berubah tanpa terasa.

Bau apek di ruangan menyebar, dan hawa dingin entah dari mana berhembus meniup kertas di atas kursi. Tidak lama setelah itu, mata Chen Ge terbuka. Ia baru saja merasakan seseorang menggenggam tangannya.

Chen Ge menatap tangan kanannya lekat-lekat sementara tangan kirinya mencengkeram palu erat-erat. Ia akan menyerang saat merasa sesuatu yang aneh terjadi.