Sejak zaman dahulu, pembawa perdamaian membutuhkan martabat dan kekuatan yang besar.
Tanpa memiliki kekuatan yang unggul, mediasi yang ia lakukan tidak akan berhasil bahkan jika pembawa perdamaian itu tidak memihak kedua belah pihak.
Berdasarkan logika yang sama, jika sang penengah memiliki kekuatan yang unggul, ia bisa memutuskan ke arah mana masalah tersebut akan dibawa hanya dengan satu kalimat saja dan membuat pihak lainnya hanya bisa mendengarkan walaupun keputusan tersebut berpihak ke sisi lainnya.
Mereka hanya bisa menelan kekesalan mereka bahkan jika mereka menolak untuk menerimanya.
Bagaimanapun juga, mereka tak bisa menyinggung dan tidak menghormati sang penengah. Sebagai contohnya, beberapa tahun yang lalu, pemusnahan yang luar biasa terjadi di antara dua sekte besar.