"Bentuk formasi cincin sekarang!"
"Anne, ambil sisi kiri! Rentangkan perisaimu dan tahan posisimu! Marlene, tahan sisi kanan dengan sihir Ice Shield level 5 milikmu sekarang! Sereck, lindungi bagian belakang. Entah bagaimana caranya, jangan biarkan mereka lolos!"
"Kalian, para Cleric – keluarkan 4 buah sihir Guardian Shield. Waktu kalian tiga detik. Lize, keluarkan sihir Divine Brilliance di tengah formasi. Walker, lindungi setiap celah yang tersisa!"
"Baik!"
Semua orang menjawab perintah Rhode.
Anne mengambil dua langkah ke depan dan melepaskan kait yang ada di perisainya. Suara yang nyaring terdengar. Penutup bagian luarnya bergerak turun dan memperlihatkan bor baja yang tajam. Perisai yang berat itu kemudian terbanting ke tanah. Perisai tersebut memunculkan bunyi sehingga gadis itu terjongkok. Dia menarik pegangan logam pendek yang ada di dalam sisi cekung perisai dan memunculkan beberapa duri tajam dari bagian luar perisai. Itu membuat perisainya terlihat seperti landak.
Di seberang Anne, Marlene juga terlihat serius. Dia mengangkat tongkat sihirnya dengan cara yang aneh dan merapal sebuah mantra. Sebuah dinding es muncul dan saling bertumpuk membentuk lapisan. Kemudian, sihirnya seakan-akan mencapai puncaknya. Marlene mengeraskan suaranya. Hal itu menyebabkan es-es yang tajam mencuat ke atas seperti tombak.
Celia merentangkan sayap dan melayang ke arah Rhode. Entah sejak kapan, dia memegang dua pedang dengan kedua tangannya. Wajahnya terlihat dingin. Pupil matanya terlihat lebih terang daripada sebelumnya.
Sereck tidak terlihat setegang Anne dan Marlene. Sejak menerima perintah dari Rhode, pria itu tidak bergerak sama sekali. Tapi, jika seseorang mengamati ekspresinya dengan baik, dia jelas sedang serius. Dia menyipitkan mata untuk melihat monster-monster yang ada di hadapannya. Tangannya yang memegang gagang pedang mulai bergerak perlahan…
Sebuah cahaya keemasan yang indah melesat.
Sementara itu, para Cleric akhirnya selesai merapal mantra sihir Guardian Shield. Hal tersebut memunculkan 4 penghalang suci yang membungkus tubuh mereka. Lize juga mulai merapal sihirnya dan memusatkan perhatian pada lelaki yang ada di depannya.
Raungan pelan itu terdengar semakin keras dan dekat.
"Kita tidak boleh gagal di sini. Apapun yang terjadi, jangan panik! Jangan keluar dari formasi!"
Pada titik ini, Rhode hanya bisa meneriakkan peringatan kepada mereka. Tempat ini adalah tempat yang paling merepotkan dari Daratan Sunyi. Jujur saja, pemula seharusnya tidak berada di tempat ini. Kalau bukan karena pengalaman mereka yang masih minim, tempat ini lebih cocok dijadikan sebagai tempat latihan. Tapi bagaimanapun juga, dia tidak bisa mengharapkan sekumpulan anak TK lulus dari ujian pascasarjana, kan?
Sosok-sosok bayangan besar itu mendekat. Penampilan mereka agak mirip dengan Giant Dead Baby sebelumnya. Tapi gerakan mereka jauh lebih gesit. Mereka mulai muncul dari celah antara pepohonan yang mati. Marlene mencengkram tongkat sihirnya dengan erat dan menahan napas. Bau kulit busuk yang menjijikkan muncul dari para monster dan membuat orang-orang di sana ingin muntah…Mencium bau busuk seperti itu seperti menahan siksaan yang sangat berat.
"Abaikan saja. Kalian tidak perlu mengamati gerak-gerik mereka."
Rhode tidak perlu menoleh ke belakang untuk mengetahui bahwa anggota-anggota kelompoknya sedang mengamati gerak-gerik monster-monster.
"Fokuskan perhatian kalian ke depan. Saat ini formasi kita cukup rapat sehingga mereka tidak memiliki kesempatan untuk menyerang kita. Tetap fokus. Hadapi apapun yang ada di depan kalian. Serahkan sisanya pada yang lain. Tuan Sereck, tolong bantu di kedua sisi formasi untuk menahan serangan musuh. Saat ini kita sedang kekurangan orang. Aku yakin itu bukanlah masalah besar untukmu."
"Aku akan berusaha sebisa mungkin."
Pedang cahaya tersebut muncul dan bersinar terang dalam kegelapan.
Gerakan bayangan-bayangan di sekitar mereka terlihat semakin cepat. Mustahil menebak gerakan mereka sekarang. Tetapi, semua orang menuruti perintah Rhode dan memfokuskan perhatian mereka ke depan. Tidak terkecuali keempat gadis Cleric. Rhode sudah memberikan instruksi pada mereka untuk mengeluarkan Guardian Shield seperlunya.
"Fuh…fuh…"
Diikuti dengan suara yang terengah-engah, sosok-sosok bayangan besar itu menghilang.
Keheningan tiba-tiba melanda kelompok tersebut. Dalam sekejap mata, suara-suara yang menyeramkan itu menghilang seakan-akan tidak terjadi apa-apa di sana. Namun, bau busuk tajam masih tercium di udara. Bau itu semakin kuat tiap detiknya.
"Sepuluh, sembilan, delapan, tujuh…"
Rhode mulai menghitung dalam hati. Dia mengangkat pedang dan menatap area kosong di depannya.
"Tiga, dua, satu…Lize, keluarkan sihir Divine Brilliance sekarang!!"
Mendengar perintah Rhode, Lize segera mengangkat tangan. Dia segera mengeluarkan sihir yang sudah dia siapkan sebelumnya. Sihir Elemen Suci itu meledak menjadi sorotan cahaya terang yang membungkus semua orang di dalamnya. Aura hangat tersebut menyingkirkan perasaan takut dalam diri mereka. Saat ini, sebuah kebahagiaan dirasakan oleh kelima panca indra mereka.
Bayangan-bayangan gelap itu tiba-tiba muncul.
Sesuai dugaan, ketika bayangan-bayangan itu bergegas menuju ke arah mereka, sihir Divine Brilliance milik Lize sudah membungkus semua orang. Sihir tersebut menerangi area sekitar mereka di saat yang bersamaan. Dan ketika bayangan-bayangan itu menyentuh cahaya tersebut, Elemen Suci sihir Lize membuat mereka kesakitan.
Bayangan-bayangan tersebut masih berusaha menerobos masuk. Tetapi kelihatannya perjuangan mereka sia-sia. Itu karena mereka melawan kelemahan terbesar mereka.
Sereck mendengus dan mengayunkan pedangnya. Ayunan tersebut memunculkan hujan pedang yang menembus kegelapan. 'Pertunjukan cahaya' itu menyilaukan bagaikan sambaran petir. Keahlian pedangnya memang selalu seperti ini, mencolok. Kemampuan Sereck selalu menyenangkan untuk dilihat.
Sementara itu, salah satu Giant Dead Baby menghantamkan kepalan tinjunya ke arah perisai tajam Anne.
Kalau monster itu adalah makhluk hidup, mungkin rasa sakit akan membuatnya mundur. Tetapi sebagai mayat hidup, dia tidak bisa merasakan sakit. Oleh karena itu, perisai tersebut bukanlah masalah baginya. Giant Dead Body itu menggoyang tubuhnya dan mengangkat tinju kanannya sekali lagi.
Tapi kali ini, Anne menjulurkan kaki dan menendang bagian bawah perisai dengan kuat.
Bagian bawah perisai yang terkubur di tanah membalik ke atas. Perisai tersebut menerbangkan pasir dan tanah di saat yang bersamaan. Dan juga menciptakan dinding asap yang kecil. Pandangan Giant Dead Baby terhalang oleh dinding asap tersebut. Kemudian, dia memanfaatkan kebingungan monster itu. Anne menekan tombol pada perisainya sekali lagi.
"---!!!"
Hembusan udara yang keras berputar-putar di pinggiran perisai gadis itu. Bor logam yang ada di bagian tengah perisai melayang dan menusuk kepala Giant Dead Baby tersebut.
Bumm!! Monster yang kehilangan kepalanya itu pun kehilangan tenaga. Tubuhnya bergoyang ke kiri dan terjatuh di tanah. Monster itu tidak bergerak lagi.
Di sisi lain, Marlene sedang mengangkat tongkat sihirnya.
Seperti sungai yang mengalir, lapisan es yang tebal menyebar dengan cepat dari bawah kakinya. Salah satu Giant Dead Baby yang lemah karena efek Divine Brilliance, melangkah menuju lapisan es yang dingin dan licin. Kemudian, dia terjatuh ke tanah.
Lapisan es tersebut terpecah. Pecahan tersebut berubah menjadi pecahan-pecahan es yang tajam dan menusuk tubuh Giant Dead Baby tersebut. Sebelum monster itu bisa menyentuh Marlene, seluruh tubuhnya sudah dipenuhi dengan lubang. Monster tersebut tewas. Wajah monster itu menatap Marlene yang di depannya. Entah ekspresinya tersenyum atau marah. Menghadapi monster yang mengerikan itu, wajah Marlene terlihat tenang sekarang. Dia kembali mengangkat tongkat sihir dan merapalkan sebuah sihir yang memadat di ujung tongkatnya.
"Airy, ari!"
Api panas menyelimuti tubuh Giant Dead Baby itu. Api tersebut melenyapkan suara tangisan monster itu dan membakar segala sesuatu hingga menjadi abu.
Saat salah satu bayangan gelap jatuh dari atas, Celia sudah siap. Dia mengangkat pedangnya.
Kali ini, dia tidak terlempar seperti sebelumnya. Sebaliknya, simbol suci terbentuk menjadi perisai yang menghadang serangan setiap musuh. Giant Dead Baby yang jatuh dari langit mencoba memukul-mukul perisai itu. Tetapi monster tersebut tidak mampu menembus pertahanannya. Tidak peduli seberapa keras dia mencoba.
Rhode menghunuskan pedangnya dan mengiris telapak tangan kirinya dengan bilah pedangnya.
Setelah pedang itu meminum darah Rhode, sebuah cahaya merah yang bersinar terang dan bau darah pemuda itu membuat monster itu menjadi gila. Dia meraung dan meningkatkan serangannya. Bahkan Guardian Shield mulai membengkok.
Celia melepaskan pelindungnya dan mundur. Gadis itu melepaskan pelindungnya bukan karena tidak bisa bertahan, tapi karena…
Blade of Destruction melesat dari samping Celia dan menghantam mayat hidup itu. Benturan yang keras tersebut membuatnya mundur. Walaupun kulit-kulit mereka yang menjijikkan penuh dengan luka dan darah, itu bukanlah masalah besar bagi monster tersebut. Dia memutar bola matanya dan tergelak.
Tapi tiba-tiba monster itu membeku.
Sebuah kondensasi energi pedang yang berbentuk bulan sabit memotong leher monster itu.
Celia memegang pedangnya dan ekspresinya terlihat datar.
Semuanya kembali menjadi hening.
"Mereka kabur."
Rhode mengambil kembali pedangnya dan menyeka darah di tangannya. Ekspresinya sama sekali tidak berubah.
"Ayo lanjutkan perjalanan kita. Mudah-mudahan kita bisa menemukan orang-orang bodoh itu sebelum kita menghadapi serangan mendadak lainnya."