Setelah Billy pergi, pesta makan malam itu terus berlanjut. Tindakan Rhode yang berani membuat para bangsawan yang semula meragukannya berubah pikiran. Hubungan antara Kerajaan Munn dan Negara Cahaya sudah tidak dapat didamaikan. Sehingga tindakan Rhode yang mencemooh utusan negara tersebut membuat para bangsawan mulai menganggapnya bagian dari Kerajaan Munn . Sesuai dengan pepatah, musuh dari musuhku adalah kawanku.
Rhode memiliki hubungan dekat dengan Marlene. Ditambah lagi, Sereck juga membantu menaikkan reputasi Rhode. Sereck adalah seorang ahli pedang yang terkenal di kota Deep Stone. Sedangkan Marlene adalah pewaris dari keluarga Senia sekaligus seorang Mage yang jenius. Dengan sikap keduanya yang mengakui kekuatan Rhode, hal itu menyiratkan bahwa pemuda tersebut memiliki kekuatan untuk bisa setara dengan mereka.
Saat ini, tidak ada orang yang ingin mencari masalah dengan Rhode. Karena mereka cukup pintar untuk mengetahui konsekuensi yang harus diterima jika bermasalah dengan orang seperti Rhode.
Oleh karena itu, beberapa bangsawan mulai mengajak Rhode untuk minum bersama dan berbincang-bincang sebentar dengannya. Pemuda itu juga merasa banyak wanita bangsawan yang mencuri pandang ke arahnya. Mereka berharap bisa menghabiskan malam bersama Rhode. Sikap seperti ini sering ditemui mengingat banyak wanita kaya yang ingin bertemu dengan seorang pria tampan. Wanita-wanita itu ingin menikmati waktu bersama para pria tampan. Sama halnya dengan seorang pria yang suka membanggakan kebersamaannya dengan seorang wanita cantik.
Sayangnya, sebelum wanita-wanita ini bisa mendekati Rhode untuk sekedar mengobrol, tatapan Marlene yang tajam menyurutkan niat mereka untuk mendekati pemuda itu.
"Tidak tahu malu."
Seorang gadis yang bergaun indah menunjukkan wajah yang menjadi merah sebelum meninggalkan mereka. Marlene mendengus dan mengangkat gelas anggurnya, meminumnya sedikit. Sebagai seorang bangsawan, Marlene tahu niat mereka.
"Jadi… Nona Marlene, apa kau memintaku untuk menemanimu minum? Atau mau jadi bodyguard-ku?
Rhode ada di samping Marlene sehingga dia dapat melihat dengan jelas apa yang dilakukan oleh gadis itu. Jujur saja, ini bukan yang pertama kalinya dia mengalami hal ini. Sebelum datang ke dunia ini, Rhode pernah berpacaran dengan beberapa gadis. Tetapi, tidak satu pun yang membekas di hatinya. Rhode mencampakkan beberapa perempuan setelah mengetahui sifat asli mereka. Sedangkan perempuan yang lainnya merasa tersaingi karena Rhode terlihat lebih cantik dibandingkan mereka. Mereka pun memilih untuk pergi.
Oleh karena itu, wawasan Rhode cukup luas tentang hal-hal semacam itu. Jika mereka bersedia, Rhode tidak keberatan untuk 'bersenang-senang'. Meskipun saat ini ada dua gadis cantik yang duduk di sampingnya… tapi pepatah mengatakan bahwa rubah mencari mangsa yang jauh dari rumahnya. Rhode sama sekali tidak berminat melakukan hal itu dengan mereka berdua. Salah satu keuntungan dari 'hubungan satu malam' adalah tidak adanya ikatan antara dua orang setelah hubungan itu berakhir.
"Apa? Apakah kau tertarik dengan wanita-wanita seperti itu?"
Marlena berkata sambil menaikkan dagunya dan menunjuk ke arah samping. Sekelompok wanita bangsawan melompat ketakutan setelah tahu bahwa Marlene sedang memelototi mereka. Kemudian, mereka segera bubar dan menghilang.
"Setidaknya kau harus memberikanku kesempatan untuk memilih."
"…Rendahan sekali."
Marlene menatap tajam ke arah Rhode. Tapi seperti biasa, pemuda itu mengacuhkannya.
"Marlene…tidak baik bersikap seperti itu. Bagaimanapun juga, itu urusan pribadi tuan Rhode…"
Merasakan suasana yang berubah canggung, Lize yang duduk di seberang Rhode berusaha menengahi mereka.
"Apa? Maksudmu aku lebih baik membiarkan lelaki ini berbuat seenaknya? Lize, kau tidak bisa bersikap lembek seperti ini. Kalau tidak, setelah kau menikah, kau akan dimanfaatkan oleh pasanganmu!"
"Me, menikah?!"
Lize terkejut. Diam-diam, dia melirik Rhode. Lalu, wajahnya berubah menjadi merah karena tersedak anggur yang dia minum.
"Uhuk uhuk…tidakkah sekarang terlalu dini untuk membicarakan masalah ini? Aku…"
"Apa maksudmu? Tahun lalu, aku didesak oleh ayahku untuk menikah. Huft. Untungnya tidak ada laki-laki yang memenuhi syarat untuk menjadi pasanganku, kalau tidak…" Marlene kemudian teringat sesuatu dan berkata, "Ah, tapi kupikir kau tidak peduli dengan masalah-masalah seperti ini sekarang."
Kemudian dia menatap Lize dengan penuh rasa iri dan mengangguk.
"Sepertinya kehidupan di sini tidak terlalu buruk. Setidaknya kau bisa memutuskan semuanya sendiri…tidak sepertiku."
Marlene merasa bahwa dia terlalu banyak bicara. Gadis itu hanya menggelengkan kepalanya dan menutup mulut.
Suasana kembali terasa canggung. Tetapi, sesaat kemudian, Rhode memecah keheningan tersebut dan berkata, "Ah, aku baru saja ingat. Marlene, ada yang perlu aku bicarakan denganmu."
"Ada apa? Jika kau ingin membicarakan soal wanita-wanita rendahan barusan, aku tidak mau."
"Bukan. Ini tentang misi kita."
Marlene segera berbalik dan menatap Rhode.
"Ada apa memangnya?"
Tidak seperti wanita-wanita bangsawan tadi, Rhode tidak merasa gentar atau takut saat Marlene menatapnya. Tatapannya kadang terasa sangat menindas, penuh dengan kepercayaan diri dan kesombongan. Tapi itu sama sekali tidak berpengaruh pada Rhode.
"Mungkin lebih baik kalau aku pergi sendirian saja dalam misi itu."
"Kenapa?"
Marlena sedikit mengerutkan alisnya. Meskipun dia belum lama mengenal Rhode, gadis itu paham bahwa pemuda tersebut jarang berubah pikiran. Bahkan menurut ingatannya, ini adalah pertama kalinya dia mendengar Rhode menarik kata-katanya sendiri.
"Kurasa kau sudah mendengar cerita dari Lize tentang pertemuan pertama kami."
Marlene mengangguk dan memiringkan kepalanya sedikit. Meskipun Rhode memerintahkan Lize untuk merahasiakan kejadian kecelakaan kapal dagang Matt, Marlene adalah teman dekat Lize dan anggota kelompok prajurit bayaran Rhode. Jadi wajar jika Marlene mengetahui kejadian tersebut.
"Seperti yang pernah aku katakan, insiden itu berhubungan dengan Negara Cahaya. Selain itu, Sereck baru saja memberitahuku bahwa mata-mata mereka sedang mencari berbagai informasi tentang diriku. Aku merasa bahwa saat aku pergi melaksanakan misi ini, mereka pasti akan mencari masalah denganku."
"Jadi kau tidak ingin melibatkanku dalam masalah ini."
"Identitasmu tidak cocok dengan misi ini. Masalah ini juga cukup berbahaya. Demi reputasi, mereka rela melakukan apapun demi mendapatkan tujuan mereka. Nona Marlene, ketika mereka menyerang kapal dagang tersebut, kau tidak ada di sana. Sehingga masalah ini tidak berhubungan denganmu dan tidak mungkin mereka akan melibatkanmu."
"Bagaimana dengan Lize?"
Marlene mengerutkan alisnya dan bertanya.
"Yah, karena dia akan tetap tinggal di kota Deep Stone, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Bahkan Negara Cahaya tidak sebodoh itu untuk mengundang masalah di tempat ini. Selain itu, aku sudah menyiapkan sistem keamanan di dalam markas kita. Selama Lize berhati-hati, tidak akan ada masalah."
Rhode tidak peduli dengan keamanan markasnya karena dia memegang kendali penuh atas sistem keamanan tempat tersebut. Jika seseorang mencoba menyerang markasnya, Rhode akan menerima sebuah pemberitahuan sistem. Penyusup tersebut akan menghadapi berbagai rintangan dari dalam markas Rhode.
"Sedangkan Lize sendiri…"
Rhode menatap gadis lain yang duduk di sampingnya.
"Setelah aku pergi, kau akan menetap di Asosiasi Prajurit Bayaran untuk sementara. Aku akan meminta tolong pada Sereck untuk menjaga kalian berdua."
"Baik, Tuan Rhode."
Lize merasa agak sedih karena harus meninggalkan 'rumah barunya'. Dia ingin pergi bersama Rhode. Tapi jumlah sihir yang dia kuasai masih terlalu sedikit. Selain itu, sebagian besar sihirnya memiliki elemen suci. Artinya bahwa sihir-sihir itu hanya berguna ketika melawan mayat hidup. Alih-alih membantu, Lize hanya akan membebani pemuda itu dalam misi ini.
"Lalu, Nona Marlene…"
Setelah menerima jawaban Lize, Rhode berbalik ke arah Marlene. Tapi sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya, gadis itu sudah memotong ucapan Rhode.
"Aku menolak."
"Eh?"
"Walaupun masalah ini tidak ada hubungannya denganku, sebagai anggota keluarga Senia, aku menolak untuk kabur dari masalah tersebut. Ini bukan karakterku…" Marlene mendadak menyipitkan matanya, lalu berkata, "Ini adalah negara kita, Kerajaan Munn. Jika orang-orang bajingan dari Negara Cahaya itu merencanakan sesuatu di sini, mereka harus melangkahi mayat kita terlebih dulu. Tuan Rhode, aku harap bisa membantumu. Seperti kau yang pernah menolongku, sekarang giliranku untuk membalas budi. Kau memang kuat, tapi musuh kita bukan hanya satu orang. Aku adalah seorang Mage Lingkaran Tengah, jadi aku memiliki kelebihan bertarung dengan banyak orang. Setidaknya, aku berharap kau bisa mempertimbangkan usul ini."
Setelah mendengar perkataan Marlene, Rhode menutup matanya untuk berpikir.
Usul Marlene jelas masuk akal. Jika musuh Rhode ingin menyerangnya saat Rhode memasuki wilayah hutan Twilight, kemungkinan besar mereka akan menyergapnya. Dia mungkin bisa mengatasi musuh-musuhnya sendirian. Tetapi Marlene bisa menyapu bersih musuh-musuhnya dengan lebih cepat tanpa perlu mengeluarkan keringat.
Kalau saja Rhode tidak mengetahui betapa beresikonya misi ini, dia tidak perlu membawa Marlene bersamanya. Tapi sekarang, dia mengetahui situasinya dengan jelas. Jika ada orang lain yang ingin membantunya, kenapa tidak?
"Baiklah, aku setuju."
Akhirnya, Rhode mengangguk.
"Tapi kuharap kau ingat dengan semua persyaratanku."
"Aku paham bahwa aku harus menuruti perintahmu. Bagaimanapun juga, aku tidak ingin kehilangan nyawa hanya karena kesombonganku sendiri."
"Kalau begitu…"
Rhode mengulurkan tangan.
"Selamat datang sekali lagi."
"Aku harap kita dapat bekerja sama dengan baik."
Marlene menjabat tangan Rhode dengan mantap sambil tersenyum penuh percaya diri.
Tapi kedua orang itu tidak menyadari tatapan Lize. Gadis itu menyaksikan percakapan mereka berdua dengan ekspresi campur aduk. Tangannya yang halus mencengkram erat ujung roknya saat dia menggigit bibir bawahnya.
Aku ingin menjadi kuat…