Malam yang seharusnya damai itu berubah menjadi malam berdarah.
Jeritan dan ratapan manusia memenuhi langit malam ketika kobaran api membakar rumah-rumah yang ada di desa itu. Segerombolan mayat hidup menyerbu rumah dan sawah yang terbakar sambil mengayunkan pedang mereka ke arah para penduduk desa. Mereka tampak tak punya emosi atau keyakinan. Satu-satunya hal yang menjadi prioritas mereka adalah melaksanakan perintah majikan mereka dan menghabisi semua manusia yang ada di depan mereka.
"J-jangan mendekat. Pergi!"
Seorang petani berwajah pucat menggenggam sabit sambil menghadap beberapa mayat hidup yang berjalan ke arahnya. Istri dan anak laki-lakinya meringkuk di sudut dinding, tapi para mayat hidup mengabaikan jeritan mereka. Mereka terus berjalan maju sambil mengangkat senjata.