Chereads / Sukacita Hidup Ini / Chapter 60 - Obrolan Adik-Kakak

Chapter 60 - Obrolan Adik-Kakak

"Apa itu proposal?" Fan Sizhe memandang kakak perempuannya untuk meminta jawaban.

Fan Ruoruo diam sesaat sambil mengedipkan matanya sebelum menjelaskan. "Gampang. Proposal adalah rencana dan strategi yang kamu susun untuk mencapai suatu tujuan."

Fan Sizhe mengangguk. Sejak masih kecil, ia telah menetapkan tujuan besar untuk dirinya sendiri. Itulah mengapa dia bisa tetap fokus dan bekerja keras dalam melakukan apa yang dia senangi.

Sejak kecil, Fan Sizhe bermimpi dapat membangun Keluarga Ye yang kedua; keluarga terkaya di dunia! Ia tidak menyadari hubungan antara keluarga Ye dan kakak laki-lakinya, yang mendukung mimpinya.

———————————————————————————

Setelah pengasuh Fan Sizhe membawanya pergi untuk mandi, hanya ada Fan Xian dan Fan Ruoruo yang tersisa di ruang keluarga. Fan Xian berjalan ke koridor dengan terdiam dan Ruoruo mengikutinya. Saat mereka hampir mencapai kamar tidur Ruoruo, langkah kaki mereka berhenti bersamaan di tepi kolam yang dangkal.

Ruoruo bicara duluan, "Aku tahu bahwa aku tidak boleh terlalu terpaku pada impian orang lain. Aku hanya berpikir bahwa Zhe'er[1] akan mengalami kesulitan jika ia memilih jalan itu."

Fan Xian tersenyum dan menggelengkan kepalanya, "Dalam suatu masyarakat, akan selalu ada pembagian status sosial. Sudah pernah aku katakan padamu; tidak perlu memaksakan diri untuk berubah. Meskipun pembagian status sosial selalu ada, kamu tidak perlu mengubah impianmu yang sebenarnya. "

Mata Fan Ruoruo melebar dengan rasa ingin tahu dan ia bertanya kepada kakaknya, "Apa yang kakak maksudkan impian yang sebenarnya?"

"Bukan impian yang dikatakan oleh para penipu yang mengatasnamakan Dewa itu." Fan Xian menepuk dadanya. "Lihat saja arti harfiahnya. Impian sebenarnya adalah ... apa yang benar-benar kamu inginkan."

Dia melanjutkan omongannya, "Hal paling berharga yang dimiliki seorang manusia adalah hidup. Seseorang hanya diberikan hidup sekali. Oleh karena itu, hidup harus menjalani sebaik mungkin agar tidak menyesali waktu yang terbuang. Hidup harus dijalani tanpa perlu menanggung malu terhadap masa lalu yang picik menyedihkan. Hidup hingga kelak, di hari ajal menjemput, kita bisa berkata : 'Aku telah melakukan semua yang kuinginkan, dan seumpama aku tidak berhasil, setidaknya aku sudah mencoba '. "

Mata Fan Ruoruo menatap wajah Fan Xian dengan penuh rasa kagum.

"Bukan aku yang membuat kutipan ini," Fan Xian menjelaskan dengan canggung. "Kutipan ini berasal dari seseorang yang bernama Ostrovsky."

"Nama yang aneh ... Sepertinya nama itu milik seseorang yang hidup di tepi laut."

"Benar, tapi aku mengubah akhir dari kutipan karena, bagaimanapun, aku bukan orang yang heroik. Aku hanya bisa fokus pada kejadian di waktu dekat."

"Jadi ... jika mencari uang adalah sesuatu yang senang dilakukan Zhe'er, maka ia harus bekerja keras untuk itu, agar ia tidak akan menyesal di masa depan. Inilah maksud dari tetap konsisten dengan impian yang sebenarnya." Jika Fan Ruoruo sampai pada kesimpulan seperti ini, itu artinya dia sudah mengerti.

Fan Xian melanjutkan, "Manusia harus bertahan hidup. Idealnya, cara mereka bertahan hidup bisa sesuai dengan minat mereka."

"Aku paham." sebuah senyuman tersungging di bibir Fan Ruoruo seperti bunga yang mekar.

Fan Xian terkekeh. "Mungkin kamu belum melihat wajah Fan Sizhe saat ia sedang menghitung. Raut wajahnya membuatku teringat sebuah kutipan 'Seorang yang bekerja keras adalah orang yang paling cantik'."

Fan Ruoruo mendengus saat membayangkan penampilan adiknya yang dibilang cantik.

Fan Xian mendisiplinkannya dengan serius. "Jangan tertawa. Dibandingkan dengannya, kamu masih kurang dalam bidang ini. Setidaknya Fan Shize tahu apa yang ingin dilakukannya; sedangkan kamu? Walaupun orang-orang ibukota memanggilmu gadis yang berbakat, apa yang sebenarnya ingin kamu lakukan? Membuat karya puisi adalah pilihan yang serius, jadi kamu harus bekerja keras jika memilih jalan hidup itu. Kamu tidak bisa memperlakukan puisi hanya sebagai hobi. "

Kepala Fan Ruoruo tertunduk saat ia diomeli, tetapi jauh di lubuk hatinya, gadis itu merasakan kehangatan. Di masa lalu, ia hanya bisa mendengar nasihat kakaknya melalui surat, tapi sekarang bisa terjadi secara langsung. Fan Ruoruo merasa beruntung. Cahaya bulan menyelimuti malam dan tercermin di danau dangkal. Cahaya redup yang menyinari dinding dan wajah Fan Xian. Wajahnya yang mulus dan indah tampak lebih indah lagi di bawah sinar bulan.

"Kamulah yang indah." Fan Ruoruo berbicara dengan suara pelan sambil memandang kakaknya.

Fan Xian tidak mendengarnya, karena dia sedang memikirkan ulang peristiwa yang terjadi di ruang tamu hari itu. Dia bergumam pada dirinya sendiri, "Kuharap rumah ini akan menjadi tempat yang lebih tenteram, dan aku harap Lady Liu cukup pintar untuk tidak mengecewakanku."

...

...

Tepat ketika keduanya hendak berpisah, Fan Xian tiba-tiba teringat tentang gadis berpakaian putih yang dilihatnya di kuil tadi sore. Dia memberikan ciri-cirinya kepada adik perempuannya, dengan harapan adik perempuannya memiliki informasi tentang gadis itu, karena gadis itu tampaknya berasal dari keluarga bangsawan di ibukota; Ruoruo sering mengunjungi rumah-rumah para bangsawan di ibukota.

Setelah mendengar deskripsi kakaknya, Ruoruo tetap tidak tahu siapa yang dimaksudnya. Ia terkikik dan bertanya kepada Fan Xian, "Di mana kamu melihat gadis cantik ini? Sepertinya dia telah memikat hatimu."

Baginya, kakak laki-lakinya adalah seorang guru yang sangat dewasa, jadi ketika melihat ekspresi kekecewaan di wajahnya, Fan Ruoruo menjadi penasaran siapa gadis itu. Fan Xian tersenyum kecut dan berkata, "Jika kamu saja tidak mengenalnya, sepertinya benar-benar tidak ada cara untuk menemukan gadis itu." Meskipun Fan Xian mengatakan ini, dia masih yakin bahwa suatu hari dia akan menemukan gadis itu ... sambil mengunyah paha ayam lagi.

Hati Fan Xian tiba-tiba berdebar saat dia terpikir sesuatu.

Dia teringat manisan berri yang menuntunnya menuju kuil sehingga dia dapat bertemu dengan gadis itu. Peristiwa yang penuh kebetulan seperti itu membuatnya percaya pada kata "takdir". Hatinya berdebar, dan Fan Xian berbicara dengan penuh semangat, "Mungkin ... Mungkinkah dia ... gadis dari keluarga Lin?"

Fan Ruoruo mengerutkan kening, "Aku sendiri belum pernah melihat Nona Lin sebelumnya. Itu karena identitasnya sedikit... Sedikit ..." Ia menatap kakaknya, dan melanjutkan dengan hati-hati. "... tidak jelas. Tidak banyak orang yang tahu penampilannya seperti apa. Hanya ada sedikit informasi tentangnya dari Keluarga Ye. Aku dengar mereka teman baik, dan mereka sangat akrab."

"Nona Ye?" Fan Xian panik setelah mendengar nama "Ye".

"Anak perempuan dari komandan garnisun ibukota; namanya adalah Ye Ling'er. Memangnya ada apa?" Ruoruo bertanya penasaran.

Fan Xian tertawa ketika dia teringat kembali pada hari pertama dia tiba di ibukota, dan pada seorang gadis muda yang menunggangi kuda yang pernah dia lihat. Dia tidak perlu khawatir kehilangan petunjuk jika dia bisa menemukan Nona Ye. Setelah berpikir sejenak, Fan Ruoruo berkata, "Namun, aku merasa gadis yang kamu temui hari ini bukanl Nona Lin, jadi tidak ada gunanya bertanya pada Ye Ling'er."

"Bagaimana kamu bisa begitu yakin?" Fan Xian sedang membayangkan kisah romantis dari novel-novel romansa, jadi dia cukup terkejut saat mendengar pernyataan adiknya.

[1] Zhe'er- Nama panggilan dari Fan Sizhe.