Fan Xian tidak punya waktu untuk menjelaskan. "Aku ngomong; kamu gambar," perintahnya sambil tersenyum. Tidak ada waktu untuk menggiling tinta. Dia mengambil kuas bulu angsa, mencelupkannya ke dalam tinta, dan memberikannya kepada adiknya. Dia menutup matanya rapat-rapat dan mulai mengingat tata letak jalan rumit yang telah dia lewati di kompleks istana kerajaan.
Semakin lama ia menggambar, wajah Fan Ruoruo semakin pucat. Fan Xian juga terlihat semakin pucat saat dirinya memutar otak, berusaha keras untuk mengingat-ingat tata letak kompleks istana. Wajah si kakak maupun adik menjadi seputih lembaran kertas. Dengan susah payah, Fan Ruoruo membuat peta kompleks istana kekaisaran. Akhirnya, ia pun tidak tahan lagi dan bertanya, "Kakak, kamu sadar bukan, bahwa ini adalah konspirasi pengkhianatan?"