Suara Xie Dezhao mulai tercekat pada saat itu.
Gu Nianzhi tidak menyangka Xie Dezhao begitu mudah menangis ketika teringat akan mendiang istrinya. Terutama setelah lebih dari dua puluh tahun, menikah kembali, dan menyaksikan putrinya tumbuh.
Ia agak merasa bersalah. Demi kasusnya sendiri, apakah egois namanya kalau mempengaruhi orang lain dengan menyeret kembali ingatan menyakitkan mereka?
Wajah Gu Nianzhi menggelap. Ia menatap Xie Dezhao dan memberikan tisu padanya.
Xie Dezhao menerimanya dan menepuk wajahnya sebelum berkata, "Maaf, saya lepas kendali."
"Tidak apa-apa." Gu Nianzhi menghiburnya dengan hati-hati. "Anda boleh memilih untuk tidak mengatakannya kalau terlalu menyakitkan…."