Gu Nianzhi dengan cepat membuka mata. Ia memandang Huo Shaoheng.
Matanya yang besar dan basah berkilau dengan air mata yang tidak terjatuh. Ada sebersit keraguan dan rasa malu di matanya. Ia seperti buah yang mentah, yang kini di ambang kematangan.
Huo Shaoheng merasakan sensasi tajam mengalir di tubuhnya. Ia tidak bisa menahannya—ia menangkupkan pipi Gu Nianzhi dan menciumnya.
Terakhir kali ia mencium Gu Nianzhi, ia seperti angin topan yang liar dan tak terhentikan. Kali itu, akan tetapi, ia benar-benar lembut; menekankan bibirnya dengan berhati-hati ke mulut Gu Nianzhi yang begitu lembut.
Ia menekan bibirnya ke bibir Gu Nianzhi dengan hati-hati beberapa kali, sebelum membuka bibirnya untuk mengisap bibir Gu Nianzhi.
Bibir Gu Nianzhi agak membengkak. Hatinya berdebar. Ia menjulurkan tangan dan mengalungkannya di pinggang Huo Shaoheng, menyandarkan diri di pelukannya seraya ia bersandar ke ciumannya yang lembut.