Aku tidak ingin menikah, tapi aku tidak punya pilihan lain....
He Jichen tiba-tiba teringat apa yang dikatakan Ji Yi pada Qian Ge sore hari itu di studio film, "Qian Ge, kau salah. Mudah sekali lolos dari jebakanmu—asalkan aku menikah..."
Langkah He Jichen mendadak terhenti.
Hanya untuk meloloskan diri dari jebakan Qian Ge, apakah ia sampai rela menikah?
"Tapi aku benar-benar tidak ingin menikah..." Setelah beberapa saat, Ji Yi yang mabuk kembali bergumam tak jelas.
He Jichen menyingkirkan pikiran itu dan kembali melangkah dengan ekspresi tenang. Ia terus berjalan dengan langkah tegap menuju mobilnya.
"Tidak ingin menikah, tidak ingin menikah..." Ji Yi terus mengulang kalimat itu lagi dan lagi, semakin terdengar yakin. "...Aku sama sekali tidak ingin menikah..."
Tiba-tiba, hembusan angin yang dinginnya menusuk tulang membuat tubuh Ji Yi menggigil. Suara gumaman Ji Yi terpatah-patah, namun He Jichen masih dapat mendengarnya. "... Sejak dulu sampai sekarang aku sudah memiliki seseorang yang ingin kunikahi. Sejak bertahun-tahun yang lalu, aku sudah punya..."
He Jichen menghentikan langkahnya. Sedetik kemudian ia kembali berjalan mendekati mobil dengan membopong Ji Yi di punggungnya, lalu membuka pintu mobil dan membantu Ji Yi masuk.
Dengan diterangi sorot lampu jalan yang kekuningan, He Jichen memandangi Ji Yi untuk beberapa saat, lalu menutup pintu. Pemuda itu lantas berjalan menuju bagian depan mobil dan duduk di depan kemudi.
Di dalam mobil, suasana sunyi senyap. Gadis yang sedang duduk di kursi belakang mobilnya tidak berhenti mengulang-ulang kalimat yang sama, lagi dan lagi.
He Jichen menatap jalanan di depannya dengan tenang.
Malam masih panjang, dan semua lampu jalan baru saja menyala. Di luar mobil, lampu neon warna warni tanpa henti menyoroti wajah tampannya, mempertegas tampilan rahangnya yang mengatup rapat.
He Jichen tidak membawa Ji Yi kembali ke rumahnya seperti ketika lambungnya sakit. Ia membawa gadis itu ke Hotel Four Seasons yang berada di dekat Kampus.
Ia mencari-cari KTP Ji Yi dari dalam tas untuk memesan kamar. Ia lantas membopong tubuh Ji Yi yang tertidur pulas dalam dekapannya, membawanya naik tangga.
He Jichen masuk ke dalam kamar hotel, lalu perlahan membaringkannya di ranjang, dan menyelimuti tubuhnya.
Ia berdiri cukup lama di samping ranjang hingga napas Ji Yi mulai teratur. Kemudian ia mematikan lampu, dan berjinjit ke luar kamar.
Jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari ketika ia meninggalkan Hotel Four Seasons. He Jichen berdiri di jalanan yang sepi dengan sebatang rokok menyala di sela-sela jarinya. Di bawah lampu jalan yang redup, ditemani kepulan asap dari rokoknya, ia lantas teringat malam pertama mereka. Ketika itu, ia pun berdiri di tepi jalan seperti saat ini setelah semuanya terjadi. Hal ini benar-benar membawa kenangan malam itu kembali.
Tetapi ketika ia membaringkan Ji Yi tadi, gadis itu kembali menggumamkan kata-kata yang menyayat hatinya, "Aku tidak ingin menikah, tapi aku tidak punya pilihan lain..."
He Jichen sama sekali tidak bergerak seakan telah berubah menjadi patung. Baru setelah rokok di tangannya habis dan mulai membakar kulitnya, ia kembali tersadar dan mematikan rokok itu.