Dia tak pernah bermimpi akan bisa bertemu dengan He Jichen, yang sudah lama tak dilihatnya, meski hanya sebagai bunga tidur.
Dalam mimpinya, He Jichen tidak mengucapkan sepatah katapun, namun hanya duduk di sampingnya. Ujung jemarinya yang panjang dan ramping perlahan membelai alis dan wajahnya. Kehangatan yang masih menyelimuti kulitnya itu terasa sangat nyata, tak seperti mimpi.
Karena sedang memimpikan He Jichen, Ji Yi tak ingin bangun dari tidurnya.
Adegan singkat itu terus terulang di benak Ji Yi dan berputar tanpa henti. Ketika nada dering ponselnya yang keras terdengar, membuat kepalanya berdenyut-denyut, barulah ia membuka mata dengan enggan.
Sebuah ruangan serba putih seketika terlihat olehnya.
Keadaan sekelilingnya yang terasa asing membuat kedua alis Ji Yi mulai menegang. Dia memutar bola matanya dan memeriksa seisi ruangan sebelum akhirnya menyadari bahwa dia sedang berada di kamar pasien sebuah rumah sakit.