He Jichen mengerutkan kening, merasa terganggu dengan rentetan pertanyaan pelayan bar itu. Ada kekesalan di matanya yang dingin, lalu ia meletakkan uangnya di meja. Dengan tetap membisu, ia mengapit rokok di sela jemarinya, berdiri tegak, lalu melangkah ke luar pintu.
Ketika berjalan melewati sang pelayan bar, He Jichen mendengar wanita itu berkata, "Kau hanya memandangi ponselmu. Apa kau ingin menghubunginya?"
He Jichen berpura-pura seakan wanita itu tidak ada, dan dengan santainya ia terus melangkah pergi.
"Kalau kau ingin menghubunginya, kenapa tidak kau lakukan saja? "
He Jichen perlahan menghentikan langkah seakan pertanyaan wanita itu telah memukul urat nadinya.
Dia tidak menoleh ke arah wanita itu, tetapi ia bisa merasakan bahwa wanita itu sedang memandanginya. "Kenapa jarimu terlihat seperti hendak memencet nomornya beberapa kali, tapi kau terus mengurungkan niatmu? Kenapa kau tidak mengikuti kata hatimu?"