"He Jichen——" Sebelum He Jichen selesai bicara, sebuah suara terdengar tidak jauh dari tempat mereka berada.
Tubuh He Jichen sempat bergetar, lalu membeku seakan titik lemahnya telah ditotok.
Dia sangat mengenali suara itu. Begitu akrab di ingatannya sehingga ia merasa seakan waktu berputar kembali, mengulang masa remajanya.
Gadis itu datang setiap petang ke arena lari sekolah ketika hubungan mereka sangat dekat semasa SMA dan gadis itu akan berteriak ke arahnya di lapangan sepak bola, bermandikan keringat. "He Jichen, sudah waktunya pulang."
Selama fase kenakalannya sebagai remaja dulu, dia bangga jika tidak pulang hingga larut malam, tetapi setelah dekat dengan gadis itu, bagian terbaik dari hari-harinya adalah ketika pulang ke rumah.
Teriakan nama "He Jichen" tadi terdengar sama seperti ketika Ji Yi biasa memanggilnya "He Jichen" di lapangan sepak bola. Suara panggilan itu terdengar merdu dan nyaring seperti alunan balada yang riang.