Punggung He Jichen menegang dan sekujur tubuhnya langsung membeku.
Dia merasa semuanya hanyalah mimpi; sebuah ilusi yang tidak nyata.
Dia tidak berani bergerak karena takut jika kedua tangan gadis itu akan menghilang dari pinggangnya.
Ji Yi juga tidak tahu apa yang salah dengan dirinya. Dia hanya mendadak ingin memeluk pemuda itu.
Dia membenamkan wajah di dada pemuda itu ketika merasakan kehangatan tubuhnya, dari balik kemeja.
Kehangatan itu membuatnya merasa damai, meredakan luapan emosinya yang rumit selama seharian.
Suasana di kantor lengang. Ji Yi tetap mempertahankan pelukannya yang tak berbalas itu. Air matanya perlahan mulai berhenti mengalir.
Karena baru saja menangis begitu kencang, sesekali Ji Yi cegukan.
Merasa agak tidak nyaman setelah lama mempertahankan posisi yang sama, gadis itu lalu bergeser dan memperbaiki posisinya.
Gerakan itu mengejutkan He Jichen, yang sejak awal belum bergerak sama sekali.