Kamar mandi yang luas itu sangat lengang, sehingga meskipun suara He Jichen pelan, Chen Bai masih bisa mendengar dengan jelas setiap patah katanya. Jari-jarinya yang menggenggam kepala shower mulai rileks sembari memperhatikan pria berwajah pucat itu. Sebuah kesedihan yang teramat sangat membebani Chen Bai dan setelah sekitar sepuluh detik, dia tersadar. Ia lalu mengangkat kepala shower dari dinding dan menyesuaikan suhu air yang dingin menjadi hangat, lalu membiarkan airnya mengucur membasahi tubuh He Jichen.
Air bersuhu cukup rendah itu perlahan membangunkan He Jichen dari keadaan mabuknya. Matanya mulai terbuka dan dia menatap langit-langit ruangan sambil mengerutkan kening, seakan sedang bingung memikirkan sesuatu. Setelah menatap ruangan dengan tatapan kosong selama beberapa saat, bola matanya mulai bergerak ke arah Chen Bai.