Ji Yi sekilas melihat ke arah ponselnya untuk memeriksa siapa yang sedang menelponnya. Ternyata teman sekamarnya dan juga kepala asrama, Bo He. Gadis itu segera mengangkat ponselnya. Namun belum sempat dia berucap, suara Bo He terdengar lewat ponsel, "Xiao Yi, jangan lupa! Pesta makan malam hari ini di restoran Yuhuatai jam 7..."
Ji Yi tahu bahwa mereka sudah merencanakan makan malam beberapa waktu lalu, namun bagaimana bisa satu meja untuk bertiga di restoran hot pot
Ji Yi mengernyitkan alisnya, "Kenapa tempatnya berubah?"
"Xiao Ya yang mengubahnya..." Wanita dilahirkan untuk bergosip, maka Bo He melanjutkan, "...Aku rasa pacar barunya yang mengatur ini. Kelihatannya, pacar baru Xiao Ya sangatlah kaya."
Xiao Ya, atau Lin Ya, adalah teman sekamar Ji Yi juga. Gadis ini dikenal sebagai salah satu gadis tercantik di film-B. Dia belum memainkan satu peran pun, namun sudah cukup terkenal secara online. Tidak heran kalau dia bisa dapat pacar yang kaya raya.
Ji Yi menjawab dengan santai, "Oh, begitu..."
Mendengar nada suara Ji Yi yang datar dan malas-malasan, Bo He memutuskan untuk tak membahasnya lebih lanjut. Setelah mengingatkannya untuk tidak terlambat, mereka lalu mengakhiri pembicaraan.
Ji Yi dengan santai melempar ponselnya ke samping, lalu mulai berganti pakaian dan berdandan. Saat dia sudah siap, bertepatan dengan waktunya untuk berangkat.
Ketika hendak meninggalkan asrama, Ji Yi bercermin dan memeriksa penampilannya. Pantulan bayangannya pada cermin itu menunjukkan seorang gadis berkulit putih dan berwajah lembut—begitu sempurna. Dia mengenakan gaun selutut yang mempertontonkan kaki panjangnya yang jenjang dan indah. Dia juga memiliki pinggang yang mungil dan bentuk pantat yang ideal. Gadis itu terlihat mempesona.
Merasa puas, Ji Yi mengerutkan bibirnya untuk meratakan lipstik merah vintage
Restoran Yuhuatai tak terlalu jauh dari asrama Ji Yi, namun kebetulan sedang jam sibuk, sehingga lalu-lintas cukup ramai. Ketika Ji Yi tiba, ruangan VIP itu hampir penuh. Lin Ya sedang terlihat memegang menu untuk memesan makanan.
Meja untuk sepuluh orang itu hanya menyisakan dua kursi kosong. Satu kursi di sebelah Lin Ya, dan satunya lagi di sebelah Bo He.
Ji Yi dan Bo He berteman cukup dekat, sehingga dia memilih duduk di samping Bo He setelah menyapa semua orang. Selang waktu berlalu, kursi di sebelah Lin Ya tetap kosong, bahkan setelah makanan dihidangkan dan semua orang sudah mulai makan.
Sudah pasti, pesta makan malam tidak akan lengkap tanpa alkohol. Setelah meneguk beberapa gelas, suasana di meja makan mulai terasa hidup.
Di tengah keasyikan ini, setiap orang makan dengan lahap hingga piring-piring kosong mulai menumpuk. Saat pelayan hendak menyajikan hidangan penutup, ponsel Lin Ya berbunyi. Dia hanya melihat sekilas ke layar ponsel, namun segera kedua matanya dipenuhi dengan kegembiraan seolah tak sabar untuk mengangkat ponsel itu. "Apa kau sudah sampai?"
Mereka tak tahu pasti apa yang dikatakan orang itu melalui ponsel, tetapi Lin Ya kembali menjawab dengan suara yang sangat lembut, "Aku akan menemuimu." Lin Ya mengakhiri pembicaraan di ponselnya seraya bangkit berdiri.
"Xiao Ya, apa pacarmu akan datang?" Dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang penasaran itu, Lin Ya tak membenarkan atau menyangkalnya, namun dia terlihat sangat senang lalu tergesa-gesa lari keluar ruangan setelah menjawab dengan cepat, "Aku akan menjemput seseorang."
Tak lebih dari lima menit, pintu kembali terbuka, dan semua orang di ruangan itu, termasuk Ji Yi, menoleh secara bersamaan. Lin Ya, yang baru saja tergesa-gesa berlari keluar, telah kembali dengan seorang pria yang berjalan di belakangnya.