Mungkin karena sudah lama He Jichen tidak pernah tidur senyenyak itu, dia terlelap seakan tidak ada hari esok.
Ketika bangun, kamar itu sangat senyap. Cahaya matahari di luar jendela menyilaukan mata, tetapi juga terasa hangat di tubuhnya.
He Jichen masih agak linglung karena tidur terlalu lama, maka ia pun berbaring di ranjang, memandangi biasan-biasan cahaya di langit-langit kamar untuk waktu yang lama. Ia kemudian mendekap selimut, lalu duduk.
Dia sudah terbiasa mengambil ponselnya dari meja samping ranjang begitu bangun, tetapi kali ini ia tak menemukan benda itu setelah cukup lama meraba-raba. Pemuda itu mengerutkan keningnya. Ketika itulah ia menyadari bahwa ia tidak sedang berada di kamarnya; melainkan kamar Ji Yi.
Adegan demi adegan akan kejadian kemarin malam segera muncul di benaknya. Seketika itu ia menoleh pada sisi lain ranjang.