Bau alkohol yang sangat menyengat membuat kening He Jichen berkerut sementara pandangannya beralih ke atas meja.
Ada lima sampai enam gelas anggur, dan sebotol whiskey yang hanya tersisa sepertiganya saja... Dia tidak mungkin meminum semua ini sendirian, kan?
Chen Bai, yang belum melihat keadaan Ji Yi, menghampiri mereka. "Tuan He, Nona Ji mungkin..."
Sebelum sempat mengakhiri kalimatnya dengan kata "…baik-baik saja", asisten itu mendadak bungkam karena ketakutan melihat He Jichen yang melotot garang.
"Sudah kubilang kau harus tinggal di sini dan memperhatikannya. Memangnya bagaimana caramu menjaganya? Bisa-bisanya kau biarkan dia minum begitu banyak?!"
Chen Bai gemetaran mendengar bentakan He Jichen dan spontan melangkah mundur. Kemudian, ia melihat Ji Yi.
Tatapan mata gadis itu kosong; dia jelas sudah minum terlalu banyak... Bukankah dia tadi sakit perut, jadi tadi dia berada di toilet lebih lama dari biasanya? Bagaimana mungkin semua berubah setelah dia keluar...
Detik berikutnya, Chen Bai segera memberikan usul, "Tuan He, saya akan meminta seseorang membuatkan minuman untuk menyadarkannya!"
Setelah mengatakan hal itu, pria itu berbalik hendak menuju ke restoran. Akan tetapi, baru saja ia maju dua langkah, Ji Yi mendadak turun dari sofa. "Berhenti di situ!"
Secara refleks, Chen Bai menghentikan langkahnya, lalu menoleh pada Ji Yi, dan berkata sambil tersenyum, "Nona Ji, apa perintah anda?"
Dia tidak yakin apakah Ji Yi mendengar perkataannya, atau apakah dia bisa mengenalinya dalam kondisinya itu. Namun, gadis itu menatapnya cukup lama sebelum bertanya, dengan lidah yang kelu, "Apa kau melihat He Jichen?"
"Tuan He ada di sampingmu!" jawab Chen Bai dengan cepat.
"Oh," kata Ji Yi sambil mengangguk. Lalu tatapannya melewati He Jichen, yang berdiri tepat di sampingnya, dan mulai bergumam sendiri: "Kenapa dia belum turun juga... Memangnya apa yang dia lakukan di atas, sampai begitu lama? Dia tidak mungkin kelelahan dan tertidur, kan..."
Suara Ji Yi pelan, dan karena dia sudah terlalu banyak minum, kata-katanya terdengar cadel dan tidak jelas. He Jichen, yang sedang berdiri tepat di sampingnya- tidak mengerti apa yang dikatakannya, apalagi Chen Bai.
"Mhm, dia pasti tertidur karena kelelahan!" gadis itu mengangguk seolah mengkonfirmasi pernyataannya sendiri. Sambil memiringkan kepala, dengan wajah tertegun, dia menambahkan setelah sempat terdiam sesaat, "Mmmmm. Kenapa aku bisa lupa ya? Dia memintaku menghubunginya setelah aku keluar dari kamar kecil..."
Ji Yi mulai mencari ponselnya.
Dia mencari-cari di atas meja cukup lama sebelum akhirnya menemukan ponsel itu. Gadis itu rupanya sudah sangat mabuk, meskipun dia terus-menerus memencet layar ponselnya, tetapi belum juga bisa membukanya. Layar ponselnya malah menjadi gelap. Ji Yi lalu menyodorkan ponsel itu pada He Jichen. "Coba periksa. Apa ponselku rusak..."
He Jichen menatap gadis yang mabuk berat itu. Tanpa menghiraukan perkataan wanita itu, pemuda itu berkata, "Kuantar kau ke atas untuk beristirahat."
Sambil mengatakan hal itu, He Jichen menarik lengan Ji Yi.
Karena pemuda itu tidak mengerahkan banyak tenaga, Ji Yi dapat dengan mudah melepaskan diri dan melambai memanggil Chen Bai sambil mengerutkan alisnya. "Orang ini bodoh sekali! Dia bahkan tidak tahu apakah ponselku rusak atau tidak. Ke sinilah dan bantu aku memeriksanya!"
Chen Bai hampir tersedak mendengar perkataan Ji Yi. Ujung bibirnya berkedut menahan tawa ketika menghampiri Ji Yi dan membantunya menyalakan ponselnya kembali. "Nona Ji, ponsel anda tidak rusak. Ini cuma dimatikan."