Ji Yi menggelengkan kepalanya kuat-kuat dan mendorong semua pikiran itu jauh ke dalam benaknya. Tersadar dari lamunannya, ia menarik napas dalam-dalam dua kali, lalu kembali ke ranjang, memejamkan mata, dan berusaha untuk tidur.
Tak berapa lama setelah benaknya kosong, tiba-tiba saja ia kembali teringat pada apa yang dikatakan oleh He Jichen.
"Ji Yi, maafkan aku."
"Bukan hanya untuk ini, juga untuk kejadian malam itu,empat tahun yang lalu."
Ji Yi tidak pernah membayangkan bahwa dia akan mendengar He Jichen meminta maaf atas malam pertama mereka yang merupakan sebuah kecelakaan empat tahun yang laluꟷseribu empat ratus enam puluh hari dan malam yang lalu. Dia tidak pernah menyangka bahwa He Jichen akan meminta maaf atas cinta pertamanya yang harus berakhir sebelum sempat dimulai…
Sekali lagi, jantungnya berdegup tak karuan.
Ji Yi membuka mata dan menatap langit-langit kamarnya, tidak bisa tidur.
Telinganya seakan sudah tersihir karena ia terus mendengar kata "Ji Yi, Maafkan aku" dan "Bukan hanya untuk ini, juga untuk kejadian malam itu,empat tahun yang lalu."
Ji Yi tidak yakin sudah berapa lama benaknya terus memikirkan kedua kalimat itu. Meskipun dia tidak pernah membayangkan akan menerima permohonan maafnya atau memaafkan pemuda itu, setelah mendengarnya mengucapkan kedua kalimat itu, hati Ji Yi mulai goyah.
-
Pada hari keenam, luka Ji Yi kurang lebih sudah sembuh.
Pada malam ketujuh, Cheng Weiwan datang ke kamarnya untuk membuka jahitan lukanya.
Pada pagi hari kedelapan, Ji Yi kembali bergabung dengan tim dan mulai syuting adegan-adegannya.
Setelah kekacauan yang terjadi, Ji Yi tahu bahwa hari-harinya di lokasi syuting tidak akan sesulit sebelumnya. Namun, ketika sampai di lokasi, Ji Yi baru menyadari bahwa bukan hanya dia tidak perlu merasa waspada atau khawatir akan mengalami kesulitan lagi, dia bahkan diperlakukan seperti ratu. Perbedaannya bagaikan siang dan malam.
Pada jam tujuh pagi, Ji Yi tiba tepat waktu di lokasi syuting. Ia mengira harus mengantri untuk dirias seperti sebelumnya, tetapi ketika dia masuk ke ruang rias, seorang penata rias langsung siap untuk meriasnya. Bahkan ada para aktor yang baru mendapat riasan pada sebagian wajah mereka yang berebut menawarkan kursi mereka padanya.
Selama dirias, asisten sang penata rias sesekali berlari menghampirinya dengan membawakan air dan camilan untuknya.
Ji Yi, yang belum pernah menerima perlakuan seperti itu, agak terkejut dengan semua perhatian tersebut. Ketika dia memperhatikan seisi ruang rias untuk memeriksa apa yang terjadi, siapapun yang bertemu pandang dengannya akan segera menghentikan kegiatan mereka, dan tersenyum padanya.
Dengan sangat kebingungan, Ji Yi meninggalkan ruangan dengan perasaan aneh setelah wajah dan rambutnya selesai dirias. Ia mengira semuanya akan menjadi seperti biasa di luar ruangan, tetapi siapa sangka… Ketika dia melangkahkan kaki keluar, para staff langsung tersenyum dan menyapanya satu demi satu ketika mereka melihatnya. "Selamat pagi, Nona Ji."
Nona Ji… selamat pagi? Bukankah mereka selalu memanggilku Ji Yi atau aktris pendukung? Bagaimana mungkin setelah tujuh hari, mereka semua menyapaku dengan sangat sopan?
Ji Yi diam-diam mencubit dirinya sendiri untuk memastikan bahwa dia tidak sedang bermimpi. Kemudian dia pun segera membalas senyuman mereka kembali.
Tak disangka-sangka… ketika Ji Yi tersenyum, mereka justru tersenyum lebih ceria. Gadis itu sebisa mungkin terus memasang senyuman di wajahnya, lalu bergegas menuju tempat latihan kuda, di mana tidak terlalu ada banyak orang.
Dalam perjalanan ke sana, setiap kali Ji Yi berpapasan dengan seseorang, mereka akan berhenti dan dengan sopan mengatakan "halo."
Setelah dengan susah payah menemukan tempat yang sepi untuk bersembunyi, Ji Yi menghela napas lega. Tetapi sebelum dia sempat beristirahat selama dua menit, asisten sutradara casting secara kebetulan melewati tempat itu.