Kemarin malam karena lama tidak mendapat jawaban dari "He Yuguang," dia mengira pria itu sudah tertidur, maka ia pun menyimpan ponselnya dan tidur.
Ji Yi tidak mengira bahwa dia sebenarnya belum tidur...
Sembari memikirkan hal itu, gadis itu membuka chat.
Selain pesan "Selamat malam" darinya, ada satu pesan lainnya. Pesan itu tidak terlalu panjang: "Kau tidak pernah sendiri, kau masih memilikiku."
Kau tidak pernah sendiri, kau masih memilikiku… adalah balasan Kak Yuguang untuk pesanku: "Aku hanya bisa mengandalkan diriku sendiri di dunia ini?"
Hati Ji Yi mendadak terasa hangat ketika memandangi kata-kata itu lekat-lekat.
Kau masih memilikiku… Meskipun ketiga kata itu sangat sederhana dan bukanlah janji cinta abadi yang manis dan membuat hati terenyuh, Ji Yi masih menganggapnya begitu menghangatkan hati.
Ya… Saat seseorang mengalami penghianatan, berada di posisi paling rendah dari yang terendah, tidak memiliki sesuatu yang tersisa dan harus memulai hidup dari awal, saat itulah ia akan paham bahwa kata-kata yang paling bisa membuatnya merasa aman di dunia ini bukanlah "Aku mencintaimu", "Aku akan menikahimu", "Aku akan mendukungmu secara finansial", dan bukan pula "bersama"… tetapi kata-kata itu adalah "Kau masih memilikiku."
...
Setelah He Jichen selesai bekerja, hal pertama yang dilakukannya adalah melihat ke arah Ji Yi.
Gadis itu sedang memegang ponselnya sambil menatap layar ponsel dengan lembut dan dengan senyuman di sudut bibirnya.
Apa yang membuatnya begitu bahagia?
Merasa penasaran, He Jichen spontan meregangkan lehernya dan melirik pada layar ponsel Ji Yi.
Segera ia melihat nama "Kak Yuguang."
Dari percakapan yang tampak di layar, He Jichen dapat dengan mudah mengenali bahwa itu adalah percakapan di WeChat.
Apakah dia membaca percakapan antara dirinya dan "He Yuguang"?
Kedua alis He Jichen bertaut dan dia meregangkan lehernya lebih jauh untuk bisa melihat layar ponsel Ji Yi dengan lebih jelas.
Layar menunjukkan percakapan mereka semalam.
Di bagian atas ada serentetan pesan yang dikirimkan oleh Ji Yi padanya, tetapi pada bagian paling akhir, adalah balasan yang dikirimkannya untuk Ji Yi.
Apakah dia benar-benar sebahagia ini karena percakapannya dengan "He Yuguang"?
Jauh di lubuk hatinya, He Jichen mulai merasakan kepahitan yang sangat getir. Detik berikutnya, dengan kedua mata kepalanya sendiri, dia melihat Ji Yi perlahan membelai kata "Kau tidak pernah sendiri, Kau masih memilikiku" pada layar ponselnya.
Jadi, dia bukannya bahagia karena percakapannya dengan "He Yuguang," tetapi karena kata-kata itu sendiri?
Hati He Jichen tertusuk oleh rasa sakit yang sangat menyengat dan spontan memalingkan muka, melihat ke luar jendela.
Bukankah aku mengirim kata-kata itu semalam untuk menghiburnya?
Kini melihatnya bahagia, bukankah seharusnya aku juga merasa bahagia?
Jadi tidak ada yang perlu disesali… Aku mencapai tujuanku, bukan?
He Jichen berulang kali mencoba menghibur diri sendiri untuk waktu yang lama, sampai rasa sakitnya berkurang.
Dia mengalihkan pandangan dan diam-diam memperhatikan pantulan siluet gadis itu pada kaca jendela untuk beberapa saat. Baru ketika dia hendak menoleh untuk mengatakan sesuatu pada Ji Yi, ponselnya mulai berbunyi.
Suara yang datang tiba-tiba itu menyadarkan Ji Yi dari lamunan.
Ketika He Jichen mengangkat ponsel, dia melihat melalui pantulan di kaca jendela betapa jari Ji Yi gemetar sembari menggenggam ponselnya.
Pandangan He Jichen terpaku pada Ji Yi selama dua detik sebelum menunduk melihat layar ponselnya.
Ketika melihat nama pada layar ponselnya, spontan pemuda itu mendongak memandang ke arah Ji Yi.