Cheng Weiwan jongkok di lantai dan mengambil pinset dan gunting. Tak berapa lama kemudian, dia telah selesai mencabuti sisa pecahan gelas di telapak tangan He Jichen.
Kemudian Cheng Weiwan mengambil beberapa bola kapas, membasahinya dengan alkohol untuk membersihkan luka, dan mengolesi obat.
Dia bergerak dengan sangat cekatan selama proses pengobatan, kemudian duduk di sebelah He Jichen dengan menghadap Han Zhifan, yang sedang membicarakan perihal bisnis lewat telepon. Saat itu, perhatian Han Zhifan tanpa sengaja tertuju pada kedua tangan Cheng Weiwan yang putih-ramping.
Pandangan Han Zhifan perlahan beralih dari jemari Cheng Weiwan ke wajah wanita itu. Sementara itu, Cheng Weiwan sudah selesai merawat luka He Jichen dan mulai membereskan peralatan medisnya.
Dia memiliki wajah yang cantik, kulitnya putih bersih, dan berkepribadian tenang… Memandanginya seperti ini membawa kedamaian dalam hati Han Zhifan.
Han Zhifan tidak dapat menahan diri dan terus memandanginya sampai ponsel di tangannya terus menerus berbunyi "ding-dong! ding-dong!" Akhirnya dia mengalihkan pandangan, lalu menunduk, dan kembali bekerja.
"Berhati-hatilah agar tidak terkena air. Aku akan meninggalkan obat oles untukmu di sini. Ingatlah untuk mengoleskannya secara teratur," kata Cheng Weiwan kepada He Jichen dengan tenang sambil mengemasi barang-barangnya dan kemudian berdiri, membawa peralatan medisnya.
He Jichen menjawab dengan suara pelan "Mhm," tetapi tidak mengucapkan sepatah katapun.
Cheng Weiwan dengan pelan mengucapkan "selamat tinggal" dan melangkah pergi.
Ketika wanita itu berjalan melewati Han Zhifan, pria itu tak dapat menahan diri dan mengalihkan pandangan dari ponselnya kepada Cheng Weiwan.
Cheng Weiwan juga menoleh ke arahnya ketika menyadari bahwa Han Zhifan menatapnya. Kedua pasang mata mereka bertemu. Cheng Weiwan tidak berpaling dan dengan berani tersenyum pada Han Zhifan. Dia berjalan melewati pria itu, kemudian dengan tenangnya meninggalkan kamar suite He Jichen.
Kini hanya tinggal Han Zhifan dan He Jichen di kamar itu.
Han Zhifan kembali melanjutkan pekerjaannya dan sibuk dengan ponselnya untuk beberapa saat lamanya sebelum akhirnya meletakkan ponsel itu dan menoleh pada He Jichen.
Pria itu sedang berbaring santai di atas sofa, kepalanya sedikit terangkat sembari menatap langit-langit kamar, tenggelam dalam pikirannya.
Han Zhifan menatap He Jichen sesaat, tapi tidak mengatakan apapun. Dia berdiri dan berjalan ke arah meja dapur, kemudian membuka sebotol anggur merah. Dia menuangkan dua gelas anggur, kemudian kembali ke sofa dan meletakkan sebuah gelas di depan He Jichen.
Gelas itu berdenting ketika menyentuh permukaan meja marmer, menyita perhatian He Jichen. Dia lalu duduk dan melihat gelas tinggi di depannya, lalu mengulurkan tangan untuk mengambilnya.
Han Zhifan memutar anggur dalam gelas tingginya dan meneguknya, lalu memiringkan kepala memperhatikan He Jichen dari atas ke bawah. Tiba-tiba, dia bertanya sambil tersenyum, "Kak Chen, karena dia, kan?"
He Jichen yang baru saja hendak mendekatkan gelas ke mulutnya mendadak berhenti, kemudian menoleh pada Han Zhifan.
"Pada tahun keempat kuliah dulu, kau harus pergi ke Beijing tanggal delapan belas tiap bulannya. Kemudian setelah wisuda, kau meninggalkan masa depan yang gemilang hanya untuk pergi ke Beijing. Saat investasi awal terhadap "Three Thousand Lunatics" ditarik, kau rela mendapatkan keuntungan lebih sedikit dan memintaku mencari investor-investor lain. Bahkan jika kau tidak mendapatkan banyak keuntungan, kau tetap ingin memproduksi serial ini. Semua karena gadis itu… Karena aktris pendukung yang terluka malam ini, aku benar, kan?"
Karena rahasianya terbongkar, He Jichen langsung berhenti minum.
Han Zhifan sangat mengenal He Jichen. Dia tahu bahwa bahasa tubuh He Jichen saat itu menandakan bahwa tebakannya benar.
Dia tidak menuntut He Jichen menceritakan hal-hal pribadi. Ia hanya memegang gelas anggurnya dan kembali meminum dua teguk sebelum membicarakan hal lain. "Kak Chen…"