Kelakuannya tadi sudah cukup menakutkan bagi Ji Yi, tetapi geramannya kali ini membuat sekujur tubuh Ji Yi menggigil. Spontan dia menyandarkan kepala ke tembok di belakangnya.
Ji Yi sudah punya cukup pengalaman melihat betapa menyeramkannya He Jichen saat marah, maka dia pun tidak berani melihat ke arah pria itu. Ji Yi menahan napas, merapatkan diri ke tembok, dan diam-diam bergeser ke samping. Dia ingin cepat-cepat pergi ke kamar mandi dan mengunci pintu untuk menjaga jarak dengan He Jichen.
He Jichen sedang menatap Ji Yi lekat-lekat tanpa berkedip, maka begitu wanita itu bergerak, dia segera mengulurkan tangan dan menarik pergelangan tangan Ji Yi. Karena gadis itu mencoba melepaskan diri, suaranya terdengar dingin-menusuk tulang ketika berkata, "...sampai-sampai melakukan sesuatu sebodoh ini!"
Gadis itu tidak tahu betapa sakit hatinya ketika asisten sutradara memberitahunya bahwa ia terluka.
Ketika tiba di lokasi syuting dan melihatnya dalam genangan darah, dia hampir menjadi gila!
Dia telah mengalami perasaan itu dua kali dalam hidupnya. Pertama kalinya adalah tiga tahun yang lalu, saat dia mendengar Ji Yi mengalami kecelakaan mobil. Dia bergegas ke Beijing dari Sucheng, dan ketika melihat Ji Yi tak sadarkan diri, dengan selang menutupi sekujur tubuhnya, kakinya hampir tak kuasa menopang tubuhnya dan dia hampir saja tersungkur jatuh di depan mata semua orang yang melihatnya!
Yang kedua kalinya adalah hari ini, di lokasi syuting. Dia berusaha keras menahan diri agar tidak kehilangan kendali di depan semua orang, tetapi mereka semua tidak tahu betapa tersiksanya dia.
Dia bahkan mulai mempertanyakan apakah ia telah melakukan kesalahan dengan mempertemukan Ji Yi dan Qian Ge dalam kru yang sama. Apakah seharusnya aku menggantikan Qian Ge…
Tetapi pada akhirnya?
Ji Yi-lah yang ternyata menanam silet itu hanya demi melawan Qian Ge!
Si bedebah kotor itu, bahkan tak layak menjadi sampah. Ji Yi bahkan harus mempertaruhkan nyawa dan melukai dirinya hanya demi balas dendam?
Lukanya tidak terlalu dalam ataupun fatal, dan hanya butuh jahitan untuk menghentikan pendarahan, tetapi… tetapi jika silet itu menusuknya sedikit saja lebih dalam, itu akan mengenai organ dalamnya …
Semakin He Jichen memikirkannya, semakin ia merasa takut sekaligus marah dalam hatinya. Bahkan suaranya mulai terdengar geram saat ia berkata, "Apa kau merasa sangat bangga ketika kau berhasil dengan rencanamu itu? Sangat terhormat? Dari apa yang kulihat, kau sebenarnya sangat bodoh! Kau bukan hanya bodoh, tapi juga tidak bertanggung jawab! Kau merubah lokasi syuting menjadi ajang pertikaian antara satu sama lain. Kau memang tidak pantas jadi aktris!"
Ji Yi harus mengakui bahwa apa yang dilakukannya memang tidak baik, tetapi ia terpaksa melakukannya. Karena disudutkan dan sudah putus asa, satu-satunya yang bisa ia lakukan adalah melukai diri sendiri.
Apakah dia berpikir aku ingin berbuat sampai sejauh itu? Aku tidak punya pilihan lain.…
Dimarahi habis-habisan oleh He Jichen, dalam hati Ji Yi merasa diperlakukan tidak adil, dan spontan ia menggigit bibir bawahnya.
"Dengan IQ dan pencapaianmu, apakah kau masih ingin bekerja di dunia entertainment? Kusarankan kau sebaiknya bereskan barang-barangmu dan pergi sebelum terlambat!" Ketika berbicara, He Jichen tidak dapat menahan diri dan mempererat cengkeramannya pada pergelangan tangan Ji Yi.
Ji Yi merasa kesakitan dan merintih karena tidak tahan lagi.
"Apakah ini sakit?" He Jichen bukan hanya tidak melepaskan jari-jarinya, tetapi ia semakin mempererat cengkeramannya. "Kau masih merasa sakit? Jika kau merasakan sakit, mengapa kau melakukan hal sebodoh itu? Dengan kemampuanmu itu, kau masih ingin bertarung melawan si sampah. Apa kau pikir kau bisa mengalahkan sampah itu?"
Dia sangat marah… sangat marah karena Ji Yi sampai tidak memperdulikan keselamatannya sendiri!
Ji Yi adalah wanita yang sangat dicintainya dan ingin ia lindungi dengan sepenuh hati. Bahkan jika rasa sakitnya adalah akibat dari perbuatannya sendiri, dia tidak dapat memaafkan hal itu!
Akhirnya, karena He Jichen sangat ketakutan setelah kejadian itu, dia lalu berbicara dengan suara gemetar, "Kau beruntung, karena lukamu tidak terlalu serius. Apa kau pernah berpikir tentang konsekuensinya jika hal yang lebih parah terjadi padamu?!"