Chereads / Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu / Chapter 213 - Satu-satunya Orang Yang Tak Pernah Melupakannya (3)

Chapter 213 - Satu-satunya Orang Yang Tak Pernah Melupakannya (3)

Ji Yi ragu untuk sesaat sebelum pandangannya perlahan beralih dan berhenti pada wajah terlelap pemuda itu.

Ia tidak pernah membayangkan bahwa sebuah erangan pelan dan beberapa kata tidak penting yang memberitahukan lewat telepon bahwa kakinya terkilir ternyata sangat berarti bagi pria itu.

Di hadapannya, Ji Yi merasa sangat berharga dan disayangi, seakan ia adalah orang paling penting yang tanpanya pria itu tak dapat hidup.

Ekspresi di wajah Ji Yi tidak berubah, tetapi genggaman pada ponselnya semakin erat. Ia merasa hatinya kembali bergejolak di dalam dadanya.

Setelah beberapa saat, Ji Yi mengalihkan pandangannya dari "He Yuguang," dan teringat akan kado tahun baru yang diberikan kepadanya. Ia meletakkan ponsel dan dengan sangat hati-hati, mulai membuka kotak pembungkusnya.

Hadiahnya adalah sebuah gelang permata yang sangat indah.

Sinar matahari yang menembus kaca jendela pada lantai satu terpantul pada gelang itu, memperlihatkan kilaunya yang memukau menyilaukan mata. Cahayanya mengenai mata Ji Yi, tetapi seakan tidak berhenti sampai di situ, cahaya itu terus menembus ke dalam jantungnya.

Cahaya matahari sore di Lijiang sangat terang. Ji Yi memperhatikan bagaimana sinar matahari masuk melalui jendela kaca yang menjulang dari lantai hingga ke langit-langit kamar dan semakin menerangi kamar tersebut. Kuatir bahwa cahaya terang itu akan mengganggu tidur "He Yuguang", maka ia pun berdiri dan segera melangkah ke arah jendela untuk menutup tirai jendela.

Sinar matahari yang terhalang tirai terasa lebih bersahabat. Ji Yi kembali berbaring di sofa dan samar-samar mendengar suara tarikan napas "He Yuguang".

Satu demi satu tarikan napasnya menyapu hati Ji Yi, membuat tubuhnya terasa tergelitik, menyebabkan debaran dan getaran tak terlukiskan di dalam dada.

Ketika Ji Yi hendak mengambil ponselnya dan melanjutkan membaca cerita "Three Thousand Lunatics," Ji Yi merasa jantungnya masih terus berdebar. Ia menatap kata-kata dengan tulisan berwarna hitam pada layar ponsel itu untuk waktu yang lama, tetapi tidak ada sepatah kata pun yang ia pahami. Pada akhirnya, ia meletakkan ponselnya dan menatap lukisan tradisional yang dipajang di dinding kamar yang menggambarkan seorang wanita.

Ji Yi, yang belum istirahat sore itu, perlahan menjadi mengantuk. Ia berbaring dengan posisi yang nyaman di sofa, lalu memejamkan mata.

Ketika terbangun lagi, tirai jendela sedikit terbuka, dan sinar matahari dari balik jendela terlihat merah menyala karena matahari hampir tenggelam. Ia juga mendapati selimut di tubuhnya.

Ji Yi tertegun sesaat sebelum mendekap selimut dan perlahan duduk tegak. "He Yuguang" tak lagi berada di ranjang, dan ada suara ketikan keyboard yang pelan di dalam kamar. Ketika mendengar suara itu, Ji Yi menoleh dan melihat "He Yuguang" sedang duduk di depan komputer, mengetik pada keyboard dengan sangat cepat. Dia terlihat sedang sibuk dengan pekerjaannya.

Ji Yi tidak mengganggu "He Yuguang", tetapi mencari ponselnya dan membuka-buka beberapa website secara random. Kemudian dia membuka naskah untuk "Three Thousand Lunatics" dan meneruskan membaca pada bagian yang terakhir kali ia baca sore itu.

Setelah menangani semua emailnya, He Jichen meraih segelas air di mejanya dan seperti kebiasaannya, menoleh pada Ji Yi yang berbaring di sofa.

Tadi Ji Yi masih tertidur pulas, namun kini ia sudah bangun dan memegang ponselnya, begitu terkonsentrasi dengan apapun yang ada di layar ponselnya entah sudah berapa lama.

Ia menyadari ada gelang permata baru di pergelangan tangannya yang putih.

Itu adalah kado tahun baru yang disiapkannya sejak lama. Setelah Ji Yi bangun, ia memakai gelang itu, jadi kecurigaannya benar. Dia pasti menyukai sesuatu yang diberikan oleh He Yuguang kepadanya...

He Jichen mencoba menyembunyikan kesedihan di matanya.

...

Setelah makan malam, He Jichen melanjutkan duduk di depan laptop dan bekerja.

Saat itu adalah libur musim dingin, maka hotel-hotel di Lijiang penuh. Karena He Jichen tiba tanpa pemberitahuan, ia tidak mendapatkan kamar.

Ji Yi tentu saja tak bisa membiarkan "He Yuguang" tidur di jalanan. Tetapi saat merasa mengantuk, ia menatap ranjang besarnya, dan menyesal karena tidak memesan kamar twin.