Keesokan harinya adalah hari Senin. Seperti minggu sebelumnya, He Jichen tidak menampakkan diri dalam kehidupan Ji Yi sampai akhir pekan.
...
Ji Yi dulu punya teman sekelas ketika SMA, namanya Li Da, yang kini kuliah di sebuah perguruan tinggi di Beijing. Karena tinggal di kota yang sama, keduanya tetap saling mengabari.
Li Da sangat optimis dan jenaka, dia bahkan cukup dekat dengan teman-teman seasrama Ji Yi. Terlebih lagi, dia tertarik pada Bo He, jadi dia cukup sering mentraktir gadis-gadis itu untuk makan.
Ketika Ji Yi menjawab telepon Li Da, awalnya ia mengira pemuda itu hendak mentraktir mereka makan di luar seperti biasanya. Siapa sangka, Li Da justru ingin menghamburkan uang dan mengajak mereka semua menginap di resor pemandian air panas.
Resor pemandian air panas itu terletak di pinggiran kota bagian utara. Ji Yi and para gadis lainnya berangkat Sabtu sore. Ketika akhirnya mereka sampai di tempat peristirahatan itu dan check-in, sudah waktunya makan malam.
Pertama-tama mereka ke kamar masing-masing untuk menyimpan barang dan membuat rencana untuk bertemu di Restoran Paviliun Peoni dua puluh menit kemudian.
Ji Yi mengira bahwa ia hanya akan menikmati makan malam dengan teman-teman sekamarnya dan Li Da, tetapi ketika tiba di Paviliun Peoni, pemuda itu ada di sana. Pemuda yang duduk dengan santai di kursinya sambil menoleh ke arah Li Da, tak lain adalah He Jichen. Ji Yi tiba-tiba menyesali keputusannya untuk bertemu dengan Li Da.
Berbeda dengan Ji Yi yang menyesal, Tang Huahua justru merasa heran sembari berkata, "He Xuezhang
Li Da terkejut; tadinya ia berencana untuk memperkenalkan para gadis itu kepada He Jichen. "Kalian sudah saling kenal?"
"Tentu saja! He Xuezhang dan Xiao Ya kan paca-..." ujar Tang Huahua tanpa pikir panjang. Tapi sebelum ia menyelesaikan kalimatnya, Lin Ya, yang berdiri di sampingnya— tiba-tiba menarik lengan Tang Hua Hua dan menggelengkan kepala, seakan memberinya isyarat agar tidak melanjutkan kalimat itu. Lalu Lin Ya langsung menambahkan, "... He Dage adalah temanku, jadi ya, tentu saja kami saling kenal."
Meskipun Tang Huahua agak bingung, gadis itu tidak berkata apapun.
Lin Ya memandang He Jichen dengan cemas dan menyadari bahwa raut muka pemuda itu tak berubah. Lalu ia pun menghela napas lega dan menambahkan, "Kebetulan sekali, jadi semua sudah saling kenal..."
"Yeah, kebetulan sekali..." ujar Li Da, sedikit kecewa. Karena semua orang telah berkumpul di sana, mereka lalu memanggil pelayan untuk meminta menu. Li Da tidak memesan, tapi memberikan buku menu kepada He Jichen, "Kak Chen , kau saja yang pesan."
He Jichen tidak sungkan, ia membuka-buka buku menu tanpa basa-basi dengan satu tangan, lalu sesekali menunjuk beberapa hidangan dengan jarinya yang panjang-menawan.
"Kak Chen dan aku berasal dari kota yang sama. Kak Chen sudah seperti kakak pembinaku." Li Da memang selalu banyak bicara. Bahkan tanpa ditanya sekalipun, dia mulai bercerita tentang masa lalu He Jichen. "Setelah beberapa tahun lamanya, Kak Chen benar-benar tidak berubah. Kau masih saja menarik perhatian orang seperti biasa. Tadi di lobi, aku langsung mengenalimu."
Ketika Lin Ya mendengar hal ini, wajahnya langsung berubah muram.
Kemarin, ketika ia menelpon He Jichen untuk mengundangnya makan malam di akhir pekan, laki-laki itu menjawab dengan, "Kita lihat saja nanti."
Tentu saja, dengan pasrah Lin Ya mengatakan pada He Jichen bahwa jika ia sibuk, tidak perlu kuatir, sebab Lin Ya juga sudah punya rencana bersama teman-temannya di akhir pekan.
Sebagai alasan untuk bisa berbicara lebih lama dengan pemuda itu, Lin Ya bahkan menceritakan padanya bahwa yang mengundang mereka adalah Li Da, teman sekelas Ji Yi sewaktu masih SMA, yang tertarik pada Bo He. Ia juga mengatakan bahwa mereka akan pergi ke resor pemandian air panas.
Saat di telepon, dia sama sekali tidak tertarik dengan ajakanku. Tapi hari ini, dia tiba-tiba muncul di resor ini dan secara kebetulan bertemu dengan Li Da?!