Setelah Ji Yi mendengar He Jichen berkata begitu, ia seakan baru terbangun dan segera berdiri, mendorong kursinya jauh-jauh.
Ketika ia membungkuk untuk mengambil tasnya, luka di pergelangan tangannya tergores.
He Jichen jelas melihat Ji Yi mengerutkan kening dan menggigit bibir bawahnya kesakitan. Pemuda itu pun ikut mengatupkan bibirnya tanpa sadar. Sebelum He Jichen dapat bergerak, Ji Yi telah berlari pergi.
Satu-satunya orang yang kini berada di ruang kelas yang tua dan kotor itu adalah He Jichen.
Berkas-berkas sinar mentari yang terang menembus jendela dan menerpa tubuhnya.
He Jichen terdiam di tempatnya semula, masih dalam posisi jongkok ketika membantu Ji Yi melepaskan tali yang mengikatnya. Ia tak bergerak sedikitpun, seakan membeku.
Setelah cukup lama, ia lantas mengalihkan pandangan, melihat ke arah Ji Yi pergi.
Ia tahu tindakannya salah; Ia mengatakan hal yang salah, lagi.
