"Oh, kakakku, kenapa kau bodoh sekali? Aku adalah seorang juara renang! Bagaimana bisa kau tidak bisa berenang? Cepat, cepat! Ayo kita coba lagi!"
"Benar! Gerakan tanganmu sudah benar! Lemaskan pergelangan kakimu! Tidak ada gunanya menarik kakimu yang tidak ada tenaganya. Bukan mendorong naik dan turun. Tendang ke luar!"
"Benar! Begitu! Astaga, kenapa kau berhenti lagi? Biar kuulangi sekali lagi. Lemaskan tubuhmu…"
Pembicaraan itu terulang dengan sendirinya di dalam benaknya.
Ia mengikuti kata-kata adiknya dan melemaskan tubuhnya, mengayunkan tangan dan kakinya seperti seekor katak.
Meski tubuhnya tenggelam dengan tak terkendali, ia tidak menyerah. Perlahan, ia mendapati seluruh tubuhnya menjadi lebih ringan, dan tak lama kemudian, ia melayang ke arah permukaan.
Untungnya, Surga tidak mengecewakannya dan ia tidak jauh dari tepian.
Sekali lagi, ia lolos dari kematian.