Kedua mata Yang Sitong bengkak seperti buah prem ketika ia mengeluh, "Tapi begitulah kejamnya ia. Ketika aku membicarakan mengenai petani dan ular, ia berkata bagaimana sang ular mencoba memakan seekor gajah, bermaksud mengatakan betapa serakahnya aku. Tapi sejak awal hingga akhir, yang ingin kulakukan hanyalah menikah dengannya."
Seraya mengelus kedua pipinya dengan tangan, Yang Sitong mulai menangis tersedu-sedu.
Su Ya mengambil sehelai tisu dan membantunya menyeka air matanya sembari menghela napas. "Karena kau sudah memesan tiket pesawatmu, anggap saja kau pergi ke luar negeri untuk mendapatkan ketenangan. Mungkin setelah beberapa waktu, ketika amarah Lu Yanchen sudah reda, kau bisa pulang dan ia tidak akan mengatakan apa-apa mengenai hal itu. Lagipula, kau adalah penyelamat hidupnya."