Yang Sitong mengejar Lu Yanchen dan keluar sambil bertanya dengan suara sesak, "Yanchen, bisakah kita bicara?"
Lu Yanchen tetap menjadi dirinya yang dingin seperti biasa. "Aku sudah mengatakan semua yang harus kukatakan padamu."
"Tidak!" Yang Sitong menggelengkan kepala dan matanya mulai memerah sekali lagi, menjadi berair seakan ia akan menangis.
Mata Lu Yanchen berkilat dengan ketidaksabaran. Tak ingin membuang-buang waktu dengannya, ia berbalik dan hendak memasuki mobilnya.
Siapa sangka, Yang Sitong ternyata berlari dan memeluk Lu Yanchen dari belakang dengan begitu kuat seakan ia takut Lu Yanchen akan mendorongnya menjauh. "Yanchen, bisakah kau memberiku satu kesempatan? Aku sungguh, sungguh mencintaimu!"
Lu Yanchen tidak mengira Yang Sitong benar-benar akan melakukan hal seperti itu. Dengan refleks, ia menarik tangan Yang Sitong dari tubuhnya dan mendorong wanita itu menjauh.