Setibanya Shi Guang di rumah, ia bersandar pada pintunya dan perlahan terjatuh ke lantai seperti balon kempis. Tatapannya terpaku pada suatu titik di depannya, pikirannya kebingungan dan hilang arah. Bahkan ketika ia disiksa oleh seluruh latihan tambahan dari Wu Xing, ia tak pernah selelah itu. Namun kelelahan yang kini ia rasakan membuatnya merasa kehabisan napas.
Bahkan ketika ia dijebak oleh He Xinnuo, ia tidak menangis sekali pun. Tapi saat itu, air mata mengalir di pipinya seperti untaian kalung mutiara yang terlepas dari benangnya. Ia tidak bisa menahan air matanya yang mengalir bebas.
Dengan menangkupkan wajah di tangannya, Shi Guang menangis terisak.
Tangis itu bukan karena sedih, bukan juga karena berduka; bukan karena rasa sakit, bukan juga keputusasaan. Ia merasa badannya dipenuhi emosi yang tak bisa ia singkirkan ataupun keluarkan, dan hanya bisa menjadikannyasebagai alasan untuk melampiaskannya melalui air mata.